Tidak bisa dipungkiri kalau musim ini merupakan musim terburuk bagi seorang David De Gea. Pada kompetisi Premier League musim ini, dia baru mengumpulkan tujuh clean sheets saja. Selebihnya, gawang United menderita ketika dijaga oleh pemain kelahiran Madrid ini. Dalam empat pertandingan terakhirnya, ia sudah kemasukan sepuluh gol.
Selain itu, ia juga mulai rajin membuat kesalahan. Sudah tiga error ia hasilkan sepanjang musim ini yang membuat gawangnya kemasukan. Yang paling hangat tentu saja laga melawan Chelsea kemarin. Ia mencoba menangkap sepakan keras Antonio Rudiger yang justru membuahkan gol penyama kedudukan.
Sebelumnya, ia hanya membuat satu sampai dua kali kesalahan saja. Bahkan pada musim 2013/2014 dan musim 2017/2018, De Gea bahkan tampil tanpa cela dengan tidak membuat satu kali pun kesalahan.
Musim lalu, De Gea tampil laksana ksatria. Beberapa peluang ia mentahkan menggunakan tangan, kaki, bahkan badannya. Pada akhir musim, ia dianugerahi gelar kiper terbaik Premier League dan pemain terbaik klub. Namun saat ini, ia justru tampil layaknya pemain semenjana. Ia bahkan tidak lebih baik dari penjaga gawang papan bawah macam Martin Dubravka atau Neil Etheridge.
Ia bahkan sudah memungut bola dari gawang lebih dari 50 kali di Premier League. Hampir dua kali lipat dari jumlah yang ia lakukan pada musim lalu (28). Angka tersebut menjadi yang terburuk sejak 1979. Bahkan catatan itu bisa lebih buruk lagi jika dibandingkan dengan kompetisi saat masih berformat 20 tim. United musim 2018/19 mengulangi pencapaian buruk mereka pada 1915.
Musim kedelapan De Gea mengingatkan kita saat ia pertama kali masuk ke Manchester United pada 2011 lalu. Layaknya dejavu, kesalahan yang ia lakukan pada musim ini sama persis dengan saat itu. Ia tidak bisa menangkap sepakan pelan Shane Long, telat sepersekian detik mengantisipasi sepakan Edin Dzeko, hingga gagal memetik bola udara dengan Grant Hanley. Kali ini, Lionel Messi, Gylfi Sigurdsson, dan Skhodran Mustafi menjadi aktor yang mempermalukan De Gea.
Kejadian saat itu membuat banyak penggemar United meminta De Gea untuk dicadangkan. Hal serupa juga terjadi pada musim ini. Banyak yang menginginkan mantan penjaga gawang Atletico Madrid ini untuk sementara diparkir terlebih dahulu. Namun Solskjaer menolak untuk mencadangkan De Gea.
“Mencadangkan David? Saya kira tidak. Saya mempercayai David sepenuhnya dan buat saya, ia adalah pemain terbaik kami dalam enam hingga tujuh musim terakhir. Ia mungkin memiliki periode sulit saat ini, dan ini adalah bagian dari karier seorang pemain top seperti dia. Ia akan baik-baik saja,” kata Solskjaer.
Nama De Gea memang bukan lagi anak baru sehingga kesalahannya bisa dimaklumi. Statusnya sekarang sudah kiper kelas dunia. Buktinya ia bisa menembus FIFPro World XI pada musim lalu. Kesalahan demi kesalahan yang ia dapat akan membuatnya mendapat kritik yang jauh lebih keras dari sebelumnya.
Bahkan yang lebih mengerikan, sudah ada beberapa yang merasa De Gea tidak fokus lagi di sini dan memintanya untuk dijual ke klub lain. Namun pernyataan Solskjaer di atas seperti mengajak kepada seluruh penggemar United untuk mendukung penjaga gawang andalannya tersebut. Apakah dengan mencadangkan De Gea atau menjual De Gea, maka permasalahan bisa langsung selesai? Belum tentu.
Patut diingat kalau setelah Sir Alex Ferguson pensiun, De Gea adalah pemain terbaik klub empat kali dari lima kali penyelenggaraan. Selain itu, jika seorang penjaga gawang menjadi pemain terbaik dalam sebuah kesebelasan, maka ada yang salah dengan kualitas para pemain lainnya. Hal itu yang sepertinya ingin diucapkan Solskjaer kepada para penggemar United yang ramai-ramai meminta De Gea untuk dijual.
Masalah kontrak memang menjadi pemicu dari tidak fokusnya De Gea di atas lapangan. Namun allih-alih menyalahkan De Gea karena terlalu memikirkan kontraknya, toh manajemen juga patut mendapatkan kritikan serupa seperti apa yang diterima si penjaga gawang. De Gea ingin bertahan, namun manajemen tidak mau menaikkan gajinya. Ia harus tetap berada di bawah gaji Sanchez, pemain yang performanya tidak menentu sejak dibeli.
Padahal jika dilihat dari sumbangsihnya sebagai pemain, De Gea jelas memberikan lebih banyak kesuksesan untuk klub dibanding Sanchez. Kalau situasinya akan selalu seperti ini terus, maka wajar saja jika Roy Keane menyindir klub dengan menyebut kalau pemain top tidak akan ada yang mau gabung dengan United. Toh manajemen saja tidak mau melindungi pemain terbaiknya dan memilih memperpanjang kontrak pemain yang lebih cocok jadi pelawak.
De Gea masih berusia 28 tahun. Angka yang masih sangat muda untuk pemain berposisi penjaga gawang. Dia masih layak untuk berada di klub ini dalam jangka waktu yang lama. Dia masih layak untuk didukung.
Lagipula, faktor penurunan performa De Gea juga tidak lepas dari mudah rapuhnya pertahanan United pada musim ini. Dari tim-tim penghuni enam besar musim ini, hanya United yang lini belakangnya tidak mencerminkan pertahanan kelas dunia. Gol Marcos Alonso kemarin bisa saja tidak terjadi jika Eric Bailly jeli dan tidak tertinggal rekannya yang sudah membuat jebakan offside.
Penjaga gawang sekelas Edwin Van Der Sar sekalipun nampaknya tidak akan sanggup untuk kemasukan banyak gol jika di depannya ada Chris Smalling, Phil Jones, Eric Bailly, atau Marcos Rojo, empat bek United yang begitu bermasalah dengan konsistensi. Beruntung, Edwin bermain saat Smalling masih minim kesempatan bermain di era Sir Alex Ferguson.
Hal ini yang sedang dirasakan De Gea sekarang. Ia hanya butuh lini belakang yang solid. Lini belakang yang bisa memberikannya rasa aman. Sayangnya, ia tidak mendapatkan hal itu dalam lima tahun terakhirnya. Beberapa kesalahannya memang memuakkan. Namun ia hanya butuh istirahat, dan tidak perlu sampai membuatnya terusir dari kota Manchester?