Manchester United lagi-lagi kehilangan momentum pada laga-laga yang terbilang sangat penting. Setelah kalah dari Arsenal yang membuat langkah mereka menuju 4 besar menjadi terganggu, kini giliran Wolverhampton yang merusak mimpi United untuk meraih gelar di kompetisi tertua di dunia, FA Cup. Inilah kali pertama United takluk dua laga beruntun bersama Ole.
Piala FA bisa dikatakan menjadi trofi yang cukup realistis untuk dimenangi Setan Merah. Melihat pesaingnya yang sudah berguguran pada fase sebelumnya, maka besar peluang United untuk meraih trofi tersebut. Akan tetapi, Diogo Jota dan Raul Jimenez membuat rombongan Setan harus tunduk dari kencangnya auman Serigala.
Formasi Pemain
Dua perubahan dibuat Ole pada pertandingan kali ini. Ashley Young yang absen karena akumulasi kartu, digantikan oleh Diogo Dalot. Mengingat kalau ini adalah pertandingan Piala FA, maka jatah menjaga gawang dipegang oleh Sergio Romero. Yang menarik, United sudah bisa memainkan Ander Herrera, Jesse Lingard, dan Anthony Martial, sehingga ia bisa memainkan skema 4-3-3 yang menjadi andalan.
Hal sama juga dilakukan oleh Wolverhampton. Nuno Santo hanya mengganti Rui Patricio dengan John Ruddy. Sisanya, ia menurunkan seluruh pemain intinya untuk memenuhi skema 3-4-3 yang akan berubah menjadi 5-4-1 ketika bertahan. Serangan balik menjadi senjata utama Wolves dengan mengandalkan intensitas dan umpan-umpan cepat.
Disiplinnya Wolves Membuat Serangan United Hanya Berputar-Putar Saja
Penyelesaian akhir yang buruk menjadi penyebab kekalahan United ketika mereka bermain melawan Arsenal. Mereka saat itu punya Expected Goals (peluang gol) paling banyak ketimbang lawannya tersebut. Alih-alih memiliki peluang gol, United justru tidak bisa memberikan ancaman apa pun kepada lini pertahanan tuan rumah.
United menguasai bola lebih banyak dari lawannya (61% melawan 39%). Akan tetapi, hal ini tidak diimbangi kualitas pemain depan mereka ketika mereka memasuki sepertiga akhir pertahanan Wolves. Sepanjang 90 menit, hanya ada dua sepakan saja yang mengarah ke sasaran. Dua-duanya adalah hasil dari Marcus Rashford.
Bandingkan dengan Wolverhampton yang memiliki 7 sepakan ke arah Romero. Dengan penguasaan bola yang minim, Wolves justru jauh lebih berbahaya. Hal ini yang menunjukkan kalau kontrol pertandingan ada di tangan mereka meski bola lebih banyak dipegang United.
Seperti biasa, 4-3-3 milik Ole akan menempatkan Rashford dan Martial di sisi sayap, dan menjadikan Jesse Lingard sebagai false nine yang akan masuk dari lini kedua. Bobot serangan United akan diberatkan pada sisi kiri penyerangan mereka yang ditempati oleh Paul Pogba, Anthony Martial, dan Luke Shaw. Kombinasi tiga pemain ini memang menjadi andalan Ole dalam membangun serangan.
Faktanya, sisi kiri United justru banyak melepaskan beberapa umpan yang tidak efektif. Wolves dengan mudah dapat membaca skema serangan mereka. Dendoncker akan bergeser untuk membantu Doherty sehingga mereka bisa menutup celah agar Pogba dan Shaw tidak bisa melakukan kombinasi umpan dengan Martial. Belum lagi ditambah passing range pemain United yang buruk sehingga serangan menjadi mudah terputus.
Kehadiran Ruben Neves juga berperan dalam matinya kreativitas United. Ia akan ikut bergeser ke sisi kiri sehingga menciptakan overload (3 vs 2) yang membuat Pogba dan Martial akan berhadapan dengan trio Dendoncker, Doherty, dan Neves. Serangan United kemudian menjadi berputar-putar tanpa arah. Bola kerap tidak sampai hingga ke dalam kotak penalti karena para pemain United kesulitan menembus solidnya tiga pemain tadi. Kalau pun bola bisa dikuasai Martial hingga tepi kotak penalti, maka ia sudah ditunggu oleh Roman Saiss dan Conor Coady yang membuat pemain United di sisi kiri semakin terpojok. Skill individu mereka pun menjadi tidak telihat. Jarak antara pemain United juga terlalu jauh sehingga membuat mereka kesulitan untuk melakukan perpindahan bola dari satu sisi ke sisi lainnya.
Pergerakan pemain United di kotak penalti pun bisa dihitung dengan jari. Sisanya, mengingatkan kita semua pada permainan United di era Louis Van Gaal yaitu menguasai bola, namun lebih banyak melakukan umpan-umpan ke samping dan belakang. Tidak mengejutkan jika pada wawancara setelah laga, Ole menyebut permainan hari ini sebagai sebuah kemunduran besar.
“Ini sebuah kemunduran besar. Saya tidak melihat adanya kualitas yang cukup bagus di sepertiga akhir. Penguasaan bola kami tidak cukup membantu. Ini menjadi sebuah kemunduran yang begitu besar melihat kualitas kami dalam menguasai bola dan melakukan umpan. Melawan Arsenal, kami kalah karena tidak bisa mencetak gol, dan yang sekarang kita saksikan adalah penampilan yang buruk,” tutur Ole.
Terlambatnya Respons Ole
Tidak mampunya pemain United menembus lini tengah mereka membuat garis pertahanan United sedikit demi sedikit mulai bergerak naik sehingga tidak jarang membuat Victor Lindelof dan Chris Smalling berada dekat dengan garis tengah. Hal ini nampak sudah ditunggu oleh Wolverhampton agar bisa membalas melalui serangan balik. Dua gol kemudian tercipta yang salah satunya adalah skema andalan mereka yaitu serangan balik.
Satu hal yang menarik, setelah kebobolan United justru tetap mempertahankan cara mereka bermain yaitu menekan dari kiri, lalu para pemain akan sebisa mungkin mengeluarkan skill individu yang justru menjadi mubazir. Ole pun nampak tidak bisa berbuat banyak karena materi pemain cadangan yang ia punya cenderung pas-pasan. Masuknya Andreas Pereira, Juan Mata, dan Scott McTominay tidak diikuti dengan berubahnya pola permainan United.
Kesimpulan
United seharusnya bisa mengambil keuntungan dari kembalinya para pemain utama mereka. Namun masuknya Herrera, Matic, Martial, dan Lingard justru tidak membantu timnya. Sebaliknya, kehadiran mereka memperlambat sirkulasi serangan United yang pada pertandingan kemarin begitu miskin kreativitas. Begitu juga dengan skill individu yang lebih banyak terbuang sia-sia dan sirkulasi bola ketika melakukan serangan yang tidak terlalu bagus.
Faktor internal seperti kelelahan, cedera, belum kembalinya chemistry dengan pemain lain, dan kualitas pemain cadangan memang bisa menjadi penyebab kekalahan United. Namun, kekalahan United juga tidak lepas dari bagusnya penampilan Wolverhampton baik dalam bertahan mau pun menyerang. Solidnya pertahanan mereka diimbangi dengan serangan balik yang menjadi ciri khas mereka. Pergerakan tanpa bola dari para pemain depan juga memudahkan para pemain tengah yang memiliki jangkauan umpan bagus untuk mengirimkan bola yang memadai kepada mereka.