Manchester United punya modal bagus untuk menutup musim terakhir Sir Alex Ferguson di sepakbola Eropa. Pada leg pertama 16 besar Liga Champions musim 2012/2013, Setan Merah sukses menahan imbang 1-1 Real Madrid di Santiago Bernabeu. Hasil imbang di kandang lawan tentu menguntungkan United yang balik menjamu Real Madrid asuhan Jose Mourinho di Old Trafford.
Saat itu, hanya Manchester United harapan Inggris untuk sukses di kejuaraan nomor satu Eropa tersebut. Manchester City sudah gugur di fase grup sedangkan Arsenal disingkirkan Bayern Munich melalui gol tandang. Tersisa United dan Chelsea (Liga Europa) yang diharapkan bisa memperbaiki koefisien Inggris di Uefa.
Tanda-tanda keberhasilan muncul ketika pada menit ke-48, Sergio Ramos membuat gol bunuh diri. Akan tetapi, keunggulan tersebut disamakan oleh sepakan jauh Luka Modric pada menit ke-66. Tiga menit berselang, Cristiano Ronaldo membalikkan keadaan. Sang mantan meneruskan sepakan Gonzalo Higuain yang diikuti oleh aksi diam CR7 karena menghargai United sebagai mantan klubnya.
Skor 2-1 membuat United tersingkir dengan agregat 3-2. Perjalanan mereka tidak jauh beda dibanding musim sebelumnya saat mereka tergusur ke Liga Europa 2011/2012. Perdelapan final menjadi prestasi terakhir seorang Sir Alex bersama United pada ajang Liga Champions.
Selepas laga, Jose Mourinho, justru tidak memuji penampilan timnya. Sebaliknya, ia justru memuji United. Bahkan ia menyebut kalau United lebih layak menang ketimbang timnya. Sebuah kejadian unik ketika seorang pelatih justru memuji lawannya ketimbang kesebelasan yang ia pegang.
“Keputusan pribadi saya kalau tim terbaik justru kalah. Kami tidak pantas untuk menang, namun sepakbola kadang seperti ini. Perasaan saya Manchester United tampil lebih bagus, lebih kompak, dan agresif. Saya ragu jika jumlah pemain masih 11 melawan 11, kami akan menang,” tutur Jose Mourinho.
Semua tampak sepakat kepada Mourinho. United jauh lebih agresif dan bergairah untuk mengincar kemenangan. Peluang yang mereka dapat justru jauh lebih berbahaya ketimbang yang dimiliki Los Galacticos. Mereka bahkan bisa unggul lebih dulu kalau sundulan Nemanja Vidic pada babak pertama tidak membentur tiang.
Satu nama yang kemudian menjadi sasaran kemarahan penggemar United adalah wasit yang memimpin, Cuneyt Cakir. Kepemimpinan wasit asal Turki tersebut dirasa merugikan Setan Merah, khususnya kartu merah yang diterima Nani pada menit ke-56. Saat itu, Nani tidak sengaja menendang sisi kiri perut Alvaro Arbeloa. Tidak ada kontak keras yang terjadi, namun kedua pemain jatuh kesakitan. Cakir memutuskan mengusir Nani yang disambut sorakan dari seluruh Old Trafford.
Kartu merah Nani dianggap mengubah jalannya pertandingan. Mourinho kemudian memasukkan Modric menggantikan Arbeloa yang membuat United mau tidak mau harus menurunkan garis pertahanan mereka menjadi lebih rendah karena serangan Madrid. Mendapat tekanan bertubi-tubi, United akhirnya kebobolan dua kali hanya dalam tempo tiga menit saja.
Selepas tertinggal, beberapa kali Robin van Persie dan Danny Welbeck membuat peluang berbahaya. Namun serangan mereka mentah di tangan Diego Lopez. Seandainya David De Gea juga tidak tampil gemilang, maka gawang United bisa kebobolan lebih banyak. Selepas pertandingan, Sir Alex Ferguson memilih untuk tidak menghadiri konferesi pers. Ia masih kecewa karena keputusan Cakir yang dianggap tidak tepat ketika mengusir Nani.
“Kami kecewa. Semua orang di ruang ganti kecewa kenapa hal ini bisa terjadi. Kami bermain baik dalam situasi 11 melawan 11 dan berhasil unggul dulu. Namun keputusan wasit benar-benar merugikan kami,” kata Mick Phelan.
Sir Alex kemudian baru buka suara terkait pertandingan tersebut tiga hari kemudian. Bagi Fergie, inilah kali ketiga dirinya tersingkir di Liga Champions akibat keputusan wasit. Kejadian pertama pernah terjadi saat 16 besar musim 2003/2004 melawan Porto asuhan Mourinho. Yang kedua terjadi pada musim 2009/2010 saat United disingkirkan Bayern Munich akibat gol tandang.
“Sulit menjaga keyakinan Anda melihat apa yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Ini adalah kali ketiga saya tersingkir di Liga Champions karena wasit. Sulit diterima. Sebelum laga, saya sudah punya firasat mengenai hal-hal seperti ini. Tapi sudahlah, yang kami dapatkan saat ini hanya kekalahan,” kata Ferguson.
Cakir sendiri membela keputusannya. Baginya, kartu merah untuk Nani sangat tepat. “Saya merasa baik dan saya tidak ragu dengan keputusan saya. Kartu merah untuk Nani sangat tepat. Orang bisa melihatnya sendiri. Saya tidak merasa saya membuat kesalahan. Segala kritikan jelas tidak akan berpengaruh kepada keputusan yang sudah saya buat,” ujarnya.
Dalam buku autobiografinya, Ferguson menyebut kalau United layak menjadi juara Liga Champions pada musim terakhirnya. Ia menyebut kalau persiapan tim untuk pertandingan melawan Real Madrid sangat sempurna. Namun ia juga menyebut kalau malam pertandingan tersebut adalah bencana. Semua dikarenakan Cuneyt Cakir.