Arsene Wenger mungkin telah menjadi satu inspirasi yang membuat Jose Mourinho bisa menjadi sampai saat ini. Bahkan, pelatih asal Portugal itu mengklaim bahwa Arsenal Invincibles telah membuatnya menjadi pelatih yang lebih baik. Mou lalu menambahkan dengan mengatakan, “Hal ini adalah jenis bukti pekerjaan di mana sebuah pengalaman membuat saya lebih baik.”

Kenyataannya José Mourinho memang sangat berterima kasih sekali kepada Arsene Wenger karena telah membuatnya menjadi seorang manajer yang lebih baik. Ia juga mengakui bahwa ia juga ingin tetap bertanggung jawab melatih sebuah klub sepakbola hingga usianya nanti menginjak 68 tahun. Di sisi lain, kedua manajer tersebut memiliki perbedaan yang signifikan di masa lalu, namun sekarang Mourinho justru mengatakan jika ia menyesalkan beberapa hal yang sempat membuatnya bersiteru dengan Wenger.

Meskipun begitu, Mourinho percaya bahwa fans Manchester United sudah cukup adil ketika memberikan Wenger sambutan yang baik untuk terakhir kalinya pada pekan ke 35 Premier League, di mana United berhasil mengalahkan Arsenal dengan skor 2-1 di Old Trafford. “Saya pikir Arsène tidak akan mengakhiri karier kepelatihannya. Sejauh yang saya tahu dia hanya menyudahi kariernya di Arsenal,” ungkap Mourinho.

“Saya yakin fans Manchester United akan mengingat semua tahun ketika Arsenal adalah rival terbesar mereka, dan saya akan mengingat Arsene sebagai lawan besar, si manajer Invincibles. Itu adalah tahun pertama saya berjibaku di negeri ini. Ketika saya tiba pada 2004, Arsenal baru saja memenangkan gelar tanpa kalah semusim.”

Jose Mourinho lalu menilai dengan jelas bahwa ketangguhan Arsenal yang tidak mengalami satu pun kekalahan dalam satu musim yang dinahkodai oleh tangan dingin Arsene Wenger, berhasil menginspirasinya. Bahkan, ia menganggap bahwa dirinya mungkin tidak akan pernah bisa melatih sebuah klub sepakbola selama 22 tahun, dan juga sebaik Wenger.

“Saya akan mengatakan bahwa cerita Arsenal Invincibles itulah yang membuat saya menjadi pelatih yang lebih baik dan begitulah saya akan mengingat Arsène, meskipun saya harus mengatakan dia jelas-jelas belum mengakhiri karirnya di dunia sepakbola. Karena saya masih ragu apakah dia sudah muak dengan permainan ini atau tidak,” jelas Mou.

“Anda pasti tidak akan mengizinkan media, media sosial, industri, ataupun cendekiawan, untuk mendekati seorang pelatih, apalagi seorang Arsene Wenger, yang selalu mendapati kritik. Saya pun jika berpikir demikian, akan membuat diri saya memiliki banyak tekanan. Bahkan tidak hanya untuk seorang manajer, tetapi juga bagi klub. Saya tidak yakin jika saya bisa melatih selama 22 tahun. Namun jika memungkinkan, tentu saja saya bisa, mengapa tidak?”

“Kadang-kadang banyak orang yang mengatakan pada Arsene untuk mengakhiri karirnya, tetapi sampai saat itu tiba, saya berpikir bahwa pekerjaan yang dia miliki sebenarnya adalah jenis pekerjaan di mana sebuah pengalaman bisa membuat Anda lebih baik.“

Di samping itu, sejatinya, pelatih berusia 55 tahun itu memang telah mengubah karakteristiknya sejak tahun awalnya di Chelsea, di mana ketika ia masih senang memberi tahu orang-orang bahwa ia akan bersantai di Algarve dalam 20 tahun. Ditambah lagi, pertemuannya dengan Wenger, sempat memanas saat ia mendapati periode keduanya bersama Chelsea pada 2015. Namun, percaya atau tidak, Mourinho menegaskan bahwa pengalaman seperti itulah yang membuatnya bisa belajar untuk terus tumbuh dan lebih baik dari sebelumnya.

“Pengalaman tahun-tahun awal saya di sini (Premier League) telah menjadi hal yang lebih baik dalam segala hal. Di setiap level yang sampai sekarang saya terus jalani, entah itu pelatihan, pertandingan, hubungan dengan pemain, ataupun semuanya, terasa seperti deja vu. Saya telah memiliki segalanya, dan ini seperti terjadi kedua kalinya. Maka, wajar jika tidak ada hal yang mengejutkan saya, ataupun membuat saya bertanya-tanya,“ pungkas Jose Mourinho.

“Saya tidak tahu berapa lama saya akan berada di United, tetapi saya tidak ingin berada di tempat lain. Sejujurnya, di semua klub saya yang lain, saya merasa sudah memikirkan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Ada yang harus saya lakukan. Saya harus pergi ke Italia, pasti. Saya harus pergi ke Spanyol, pasti. Mereka adalah hal-hal yang benar-benar ingin saya lakukan, tetapi pada saat ini, tidak ada hal yang saya tunggu. Saya tidak ingin melakukan sesuatu yang berbeda dari apa yang saya lakukan sekarang.”

 

Sumber: The Guardian