Foto: Zimbio.com

Kekalahan 0-1 Manchester United dari Newcastle United tidak hanya sebatas membuat posisi mereka semakin terancam menuju zona degradasi. Namun lebih dari itu, kekalahan ini juga membuat masa depan Ole Gunnar Solskjaer kembali dipertaruhkan. Sudah banyak nada-nada sumbang yang meminta Setan Merah untuk memecat pria asal Norwegia tersebut.

Sejak dipermanenkan pada bulan Maret lalu, permainan United tidak kunjung membaik. Baik ketika bermain kandang maupun tandang, mereka sulit untuk meraih kemenangan. Jangankan untuk menang, mencetak gol saja United kesulitan. Meski masuk dalam lima besar pemilik jumlah peluang terbanyak d Premier League, namun konversi gol mereka hanya 8,2%. Permasalahan yang tidak boleh ada untuk tim yang mengaku sebagai pemilik gelar Liga Inggris terbanyak.

Selain sulit menang, penggemar United juga kadang dipaksa untuk mendengar atau membaca komentar Solskjaer di media yang cenderung tidak masuk akal dan melenceng dari realita sebenarnya. Saat bermain imbang 0-0, Solskjaer menyalahkan kontur lapangan buruk yang membuatnya timnya gagal menang dan menyebut kalau dia sudah senang dengan hasil imbang ini meski secara permainan AZ mendominasi mereka.

Selain itu, ia juga kerap menyebut kalau timnya tidak beruntung ketika mereka tidak bisa mengalahkan lawannya. Padahal, dari segi permainan saja United kerap tidak jauh lebih baik dari lawannya. Kalaupun mereka mendominasi secara statistik, biasanya mereka tidak terlalu menonjol pada beberapa aspek yang membuat mereka sebenarnya juga tidak layak untuk menang.

Reaksi Solskjaer seperti ini yang kemudian memancing rasa muak dari para suporter United. Ia dianggap tidak bisa berkata jujur dan lebih memilih untuk membela para pemainnya yang sebenarnya tampil tidak terlalu baik. Hal ini yang kemudian mendapat tanggapan negatif dari banyak orang termasuk dari Robin van Persie.

Tokoh kunci keberhasilan Manchester United meraih gelar ke-20 Liga Inggris ini merasa kecewa melihat cara Solskjaer berbicara di depan media. Satu hal yang tidak ia sukai adalah ketika Solskjaer menyebut kalau para pemain ini butuh waktu untuk ‘menjernihkan kepala mereka’ dari kekalahan tersebut. Ucapan ini tidak bisa diterima oleh RVP karena para pemain ini tidak bisa bangkit sendiri tanpa peran dari Solskjaer sebagai seorang manajer. Ia pun menyebut kalau Solskjaer sudah kesulitan dalam menangani MU, tidak hanya dari segi taktik melainkan juga dalam memilah kata.

“Jika saya bisa jujur, Anda bisa lihat betapa dia berjuang di sana (di depan media) selama wawancara tersebut. Saya bisa mengerti jika kamu manajer Manchester United selama periode sulit ini. Jadi dia mencari kata-kata yang menurut saya beberapa diantaranya salah,” tuturnya seperti dikutip dari Optus Sports.

“Sebagai pemain, saya tidak tahu apa maksud dia dengan “menjernihkan pikiran pemain”, jika mereka adalah pemain yang disukai, maka pikiran mereka pasti baik-baik saja. Meski dia bisa melihat kalau para pemainnya saat ini memiliki kepercayaan diri yang rendah namun dia punya tugas untuk memperbaiki itu semua dan membuat kepercayaan diri mereka kembali tumbuh.”

Mantan pemain Arsenal ini juga menyebut kalau Solskjaer tidak memiliki man management yang bagus layaknya pelatih lainnya. Hal ini yang membuatnya tidak bisa mengendalikan ruang ganti United yang beberapa diantaranya diisi oleh pemain pilihannya sendiri.

“Anda harus mampu menaikkan kepercayaan diri tim Anda ketika mereka sedang tidak percaya diri. Ketika mereka terlalu percaya diri, maka tugas manajer adalah mengendalikannya agar rasa percaya diri itu tidak menjadi berlebihan. Untuk saat ini, berdasarkan apa yang saya lihat dari pertandingan Manchester United, saya tidak yakin dia punya kemampuan man management yang baik bagi tim ini. Saya tidak yakin kalau dia benar-benar tahu situasi ruang gantinya.

Mantan manajer Molde ini beberapa kali kerap disebut sebagai manajer yang terlalu lembut bagi para pemainnya. Ia bukan sosok yang galak untuk melatih tim sekaliber MU yang sebelumnya memiliki Sir Alex Ferguson, manajer dengan kemampuan man management yang baik.

Fergie memang kerap melindungi pemainnya di depan media. Namun ketika di dalam ruang ganti, hair dryer treatment bisa menyerang siapa saja yang membuat bulu kuduk si pemain bergidik. Hasilnya, si pemain akan bermain sungguh-sungguh agar terhindar dari gertakan manajernya tersebut.

Karisma ini yang tidak dimiliki oleh Solskjaer. Sejak awal, ia dijuluki sebagai the baby face assassin. Wajahnya yang awet muda, serta sikapnya yang baik dan pendiam itu dianggap tidak bisa memaksa para pemainnya untuk tampil dengan permainan spartan seperti yang pernah mereka lakukan dulu. Bahkan di pinggir lapangan sekalipun, Solskjaer terlihat kesulitan untuk membangkitkan motivasi para pemainnya. Hal ini yang kemudian membuat MU terlihat seperti badut alih-alih sebagai setan yang menakutkan sesuai dengan julukannya.