Foto: En.as

Apa yang dipertontokan Phil Jones pada laga melawan Wolverhampton Wanderers kemarin bisa menjadi turning point di tengah situasi tidak menentu yang selalu menimpa dirinya.

Gol Joao Moutinho ke gawang David De Gea beberapa waktu lalu hadir dari lemahnya clearance header yang dilakukan Phil Jones saat mengantisipasi umpan silang. Apes bagi United karena mereka tidak mampu membalas gol tersebut dan harus menderita kekalahan untuk keempat kalinya di Old Trafford musim ini.

Meski punya andil, namun Jones tidak dihujat. Meski ada, namun kritik yang datang tertutupi dengan banyaknya pujian yang ia terima. Ia dibela, dianggap pahlawan, dan dianggap lebih krusial dari 9 pemain non kiper lainnya di atas lapangan.

Statistiknya menunjukkan layak untuk dipuji. Jones memenangkan 7 dari 8 duel di atas lapangan. Selain itu, 7 ball recoveries yang ia buat adalah yang terbanyak dibanding pemain United lain. Ditambah dengan 3 blok, 2 intersep, dan 2 sapuan membuatnya layak mendapat apresiasi dari seisi Old Trafford.

Performa gemilang Jones di laga tersebut memang membuat kita takjub. Tidak ada tanda-tanda kalau dia sudah dua tahun tidak bermain untuk klub ini. Bahkan bukan tidak mungkin suporter United kaget kalau ternyata dia masih menjadi bagian dari skuad ini.

Memainkan Jones pada laga kemarin memang menjadi sebuah keharusan sekaligus keterpaksaan. Maguire cedera mendadak. Lindelof juga masih belum fit sejak insiden yang membuat dadanya sesak itu. Eric Bailly sudah mempersiapkan diri untuk Piala Afrika. Begitu juga Tuanzebe yang dipinjamkan.

Memasang pemain muda minim pengalaman juga sangat riskan. Jadi alih-alih membuat perjudian, memainkan pemain yang sudah lama tidak bertanding namun dengan pengalaman segudang macam Jones mau tidak mau harus diambil Rangnick dan ternyata keputusannya tepat.

“Memilih Jones adalah hal yang logis. Dia adalah profesional sepanjang waktu. Bahkan ketika nama dia tidak ada dalam skuat pun dia selalu berlatih dengan keras,” kata Ralf Rangnick.

***

Tidak ada kesebelasan yang tingkahnya jauh lebih absurd ketimbang Manchester United dalam hal memperbarui kontrak para pemainnya. Itulah yang terjadi ketika Jones menandatangani perpanjangan kontrak bersama United hingga tahun 2023 pada 2019 lalu.

Banyak yang menyebut kalau keputusan itu dilakukan karena pada musim berikutnya United akan kehilangan Rojo, Darmian, dan Valencia, sedangkan belum jelas siapa pemain yang akan dibeli pada jendela transfer.

Namun setelah Harry Maguire datang, keputusan United akhirnya menjadi sebuah bentuk kesia-siaan. Kritik bermunculan. Uang 100 ribu paun kembali keluar dari kas mereka untuk sesuatu yang tidak ada faedahnya. Menjualnya pun susah karena tidak ada yang mau membeli. Jones layaknya barang antik tapi gampang rusak sehingga tidak laku. Tak ayal si pemain juga yang menjadi korban pada akhirnya.

“Dia tidak pernah bisa sepenuhnya memantapkan diri di tim. Cedera, kurang percaya diri, dan lain-lain. Dia merebut tempat yang seharusnya bisa diisi pemain muda. Seharusnya dia sudah pergi dari sana,” komentar ini keluar dari mulut mantan rekan setimnya, Rio Ferdinand.

Jones bukannya tidak tahu diri. Saat mendapat perpanjangan kontrak itu ia sadar kalau hujatan sudah pasti akan datang. Itulah kenapa ia tidak mau mengumumkan berita perpanjangan kontrak tersebut dalam media sosialnya.

Pada akhirnya Jones memilih melarikan diri dari media sosial. Baik Twitter maupun Instagramnya sudah tidak update lagi untuk jangka waktu yang lama. Bahkan saat ia punya peluang untuk melakukan laga testimoni, ia pun menolak. Malu jika ia masih diperlakukan istimewa saat dirinya sendiri sudah tidak lagi istimewa di mata suporternya.

“Saya menjauh dari media sosial dan itu sangat sulit karena semua teman dan keluarga akan membaca lalu membantu Anda yang terbaik. Mereka tidak ingin saya dibantai di beberapa media. Mental saya mengalami masa-masa sulit ketika membaca hal itu,” ujar Jones.

Jones memang mengalami pembullyan yang begitu parah. Terkadang tidak lagi menyasar ke permainannya di atas lapangan namun hingga ke fisiknya yang kemudian dijadikan meme yang sebenarnya tidak begitu lucu.

Keputusan menjauhi media sosial merupakan tanda kalau Jones mencoba untuk tidak lagi peduli-peduli amat dengan omongan orang lain. Segalanya tertutupi dengan tekadnya yang masih mau membuktikan diri. Ia masih tetap ikut latihan meski ia juga tahu kalau selagi masih ada nama Lindelof, Bailly, dan Varane, maka namanya tidak akan ada di skuat utama.

Persetan dengan omongan orang, Jones akan tetap terus melangkah sebelum ia benar-benar diberi tahu kalau kariernya di United sudah berakhir. Setelah menunggu hampir 720 hari, kesempatan itu datang dan dia sukses membayarnya dengan baik.

Apa yang ia tampilkan ketika melawan Wolves baragkali tidak akan membuatnya kembali menjadi pilihan utama layaknya satu dekade lalu. Namun, modal tersebut bisa untuk membuktikan kalau dirinya sudah siap dan tersedia saat tim sedang membutuhkan seperti kemarin.

Bukan tidak mungkin pula musim ini menjadi musim terakhirnya di Manchester mengingat posisinya rawan untuk dijadikan alat cuci gudang Ralf Rangnick. Selagi ia mempersiapkan diri untuk menyambut tantangan baru, maka kesempatan bermain sekecil apa pun pantas untuk dijadikan ajang memperbaiki reputasi sekaligus mendapatkan kembali rasa hormat dari para pendukung yang sudah lama merundungnya.