Foto: Mirror Football

Gelandang Manchester United Bruno Fernandes belakangan ini angkat bicara dan memberikan beberapa saran serta tips tentang kesehatan mental. Khususnya di ranah media sosial sebagai bagian dari kampanye Mental Health Awareness Week milik akademi klub.

Seperti yang diketahui, di dunia yang begitu cepat dan canggih seperti sekarang, kesehatan mental adalah suatu masalah yang banyak muncul di beberapa tempat. Dan masalah ini paling banyak timbul di media sosial. Di mana di tempat ini orang lebih mudah terjangkit penyakit mental tanpa disadari.

Kondisi inilah yang membuat akademi Manchester United meluncurkan kampanye Mental Health Awareness Week pada bulan Maret lalu. Kampanye ini sendiri secara resmi sudah berlangsung di Inggris dari Senin 9 Mei kemarin hingga Minggu 15 Mei 2022 nanti.

Pihak United tampaknya sangat tertarik untuk mendorong percakapan seputar kesehatan mental, yang notabene masih belum menjadi kesadaran umum. Dan Bruno Fernandes, sebagai wakil kapten United, adalah salah satu sosok yang juga ternyata sangat terbuka tentang masalah ini.

Fernandes kemudian membahas beberapa hal. Salah satunya adalah dampak media sosial pada kesehatan mental. Ia kemudian menawarkan beberapa tips serta nasihat kepada generasi muda. Pemain asal Portugal itu menggarisbawahi bahwa penting untuk “memutuskan ketergantungan” dari media sosial demi menjaga kesehatan mental.

Walaupun di satu sisi media sosial sebenarnya bukan suatu tempat yang buruk jika digunakan secara baik. Hanya saja karena banyak orang yang terganggu kesehatan mentalnya di media sosial, bagi Bruno Fernandes itu berarti porsi penggunaannya mesti diperhatikan.

“Pertama-tama, kita mesti punya keinginan untuk memutuskan sedikit (ketergantungan) dari media sosial. Memiliki media sosial itu penting, dan saya pikir itu sesuatu yang baik. Karena dari sana banyak sesuatu yang bisa membantu Anda. Tapi kuncinya, semua harus digunakan sesuai dengan porsinya. Jangan berlebihan,” ujar Fernandes kepada Pro Direct Soccer.

“Karena Anda tahu bahwa di sosial media Anda dapat dikritik sebebas mungkin. Anda memposting foto yang menurut Anda bagus dan seseorang akan memberi tahu Anda bahwa foto itu sebenarnya tidak bagus. Atau Anda kemudian dinilai tidak cukup baik, tidak cukup cantik atau apa pun itu yang berlawanan dengan apa yang Anda inginkan.”

Realitanya media sosial memang menjadi tempat yang seolah-olah indah bagi sebagian orang. Banyak dari mereka yang berlomba-lomba untuk membuat dirinya terlihat bagus dengan cara yang dibuat-buat. Seperti misalnya, jika wajah ingin tampak bagus, maka seseorang akan langsung menggunakan filter. Atau jika ingin dilihat baik oleh followers, maka seseorang akan melakukan pecintraan.

Padahal hal-hal yang seperti itu dapat memicu efek samping yang negatif, dan membuat kesehatan mental seseorang menjadi terganggu. Karena akhirnya mereka menjadi fokus mencari tanggapan atau respon positif dari keindahan yang mereka buat di media sosial. Dan seolah-olah membayangkan bahwa media sosial adalah dunia yang nyata.

Dari sinilah Bruno Fernandes memberikan sedikit saran dan tips kepada para pengguna media sosial khususnya generasi muda. Supaya kesehatan mental mereka tidak mudah terganggu dan terpengaruh oleh ilusi dunia maya. Menurut Fernandes, seharusnya para pengguna media sosial fokus saja pada hal-hal penting yang bermanfaat bagi kehidupannya.

“Jadilah diri kalian sendiri, cobalah untuk percaya diri, dan bangga dengan apa yang kamu lakukan. Fokus saja dengan hal-hal yang bermanfaat untuk hidup kalian. Penting untuk tidak berpikir bahwa semua yang orang tunjukkan di Instagram, Twitter, Facebook, atau apa pun itu, adalah kebenaran yang sebenarnya. Karena semua hanyalah ilusi,” tandas Fernandes.

“Di balik itu semua, kebanyakan orang menggunakan sebagian waktunya untuk menutupi rasa sakit yang mereka miliki. Mereka tidak ingin menunjukkan bagian ini di media sosial. Jadi penting bagi kalian untuk memahami bahwa dunia ini luas dan berisi banyak hal. Pedulilah dengan diri kalian sendiri, dunia kalian sendiri, dan terutama dengan keluarga sendiri.”