Sejarah baru dibuat kesebelasan perempuan Manchester United. Kemenangan telak 5-0 melawan Aston Villa di Leigh Sports Village membawa mereka memastikan satu tiket promosi ke FA Women’s Super League musim depan. Millie Turner, Alex Greenwood, Jess Sigsworth, Ella Toone, dan Charlie Devlin, menjadi bintang berkat satu golnya pada laga tersebut.

Kemenangan tersebut membuat United mantap di puncak klasemen dengan poin 46. Mereka berselisih tujuh poin dari Tottenham Hotspur yang berada tepat di bawahnya. Satu tiket tersisa kini diperebutkan oleh tiga klub yaitu Spurs, Charlton Athletic, dan Durham. Fokus United saat ini tinggal melengkapi tiket promosi yang mereka raih dengan piala Women’s Championship.

“Luar biasa melihat prestasi tim ini. Saya ingat ketika mereka datang bersama pada musim panas lalu, mereka adalah 21 orang asing yang datang ke sebuah ruangan. Saya tidak menyangka kebersamaan mereka luar biasa. Kami sekarang adalah bagian dari sejarah klub, kami membuat sejarah pada musim pertama,” kata manajer mereka, Casey Stoney.

Casey tidak menyangka kalau timnya langsung meraih prestasi pada musim pertamanya dan ketika klub belum merayakan ulang tahun pertamanya. Jika diibaratkan bayi, maka tim perempuan United seharusnya sedang menjalani fase belajar jalan. Akan tetapi, mereka langsung berlari dan langsung membuat kejutan.

“Tidak ada tekanan dari klub untuk langsung promosi pada musim pertamanya. Tetapi sepertinya kami berada tepat di jalur untuk melakukan itu. Proyek dari tim ini tetap jangka panjang dan mudah-mudahan kami bisa meninggalkan warisan untuk klub ini selamanya.”

Tidak mudah untuk meraih prestasi bagi tim yang usianya baru seumur jagung seperti kesebelasan perempuan United. Ketika pertama kali diresmikan sebagai manajer, Casey, layaknya Indra Sjafri, melakukan blusukan ke beberapa klub untuk mengajak beberapa pemain untuk membela United.

Sasaran utamanya adalah pemain-pemain yang semasa remaja menimba ilmu sepakbola di United atau pemain-pemain yang sedang menganggur seperti penjaga gawang Siobhan Chamberlain. Penjaga gawang veteran ini adalah salah satu rekrutan terbaik United yang saat itu tidak memiliki klub setelah memutuskan kontraknya bersama Liverpool.

Setelah mendapatkan pemain yang diinginkan, tugas Casey berikutnya adalah menyatukan chemistry sesama pemain. Pekerjaan yang cukup sulit karena pemain ini datang dengan karakter berbeda. Yang menarik, Casey punya cara jitu untuk membuat mereka bisa saling mengenal satu sama lain dan membangun karakter. Caranya adalah dengan mengadakan latihan tinju setiap pagi.

Tidak hanya dengan tinju, Casey juga punya cara unik lain untuk membuat timnya menyatu. Salah satunya adalah dengan mengundang guru tari. Kelas ini cukup ditakuti oleh beberapa pemain United yang tidak pandai dalam menari. Begitu juga dengan kelas tinju. Namun itu semua dilakukan agar para pemain United memiliki hubungan erat.

“Kami sudah bertinju sejak pukul enam pagi, tujuannya untuk membangun karakter tim. Saya percaya cara ini bisa membawa para pemain keluar dari zona nyaman mereka. Kami juga membawa guru tari. Ketakutan terbesar bagi pemain lain karena harus menari di depan rekannya. Beberapa dari mereka menyukainya tapi ada juga yang tidak. Sama seperti kelas tinju.”

“Ini adalah cara kami memandang aspek kerja sama dan dinamika di dalam tim dengan cara yang berbeda. Menghadapi ketakutan, berusaha berkomunikasi, dan melakukan hal-hal yang kita benci dan kita takuti, justru bisa menambah hubungan yang erat,” tutur Casey.

Hubungan yang erat tersebut dibuktikan dengan penampilan tim di atas lapangan. Mereka tampil begitu menyatu dan menjelma menjadi salah satu tim dengan penampilan yang superior sepanjang musim. Mereka hanya dua kali kehilangan poin dan menjadi kesebelasan tersubur dengan 81 gol di liga. Lini belakang juga tidak kalah kompak dengan hanya kebobolan tujuh gol saja musim ini.

Semoga saja tren bagus ini bisa dipertahankan Casey dan para pemainnya. Musim depan tantangan yang hadir jelas lebih sulit lagi karena harus menghadapi Arsenal, Manchester City, dan Chelsea, tiga tim yang kesebelasan perempuannya cukup ditakuti di Eropa.