Sudah enam musim beruntun Manchester United tidak bisa mengangkat titel liga mereka yang ke-21. Jika melihat performa mereka yang masih angin-anginan pada musim ini, maka musim ini bisa menjadi tahun ketujuh mereka. United sementara terjebak di urutan kedelapan klasemen sementara dan tertinggal 10 poin dari Liverpool.

Jangankan mendapat titel liga, masuk posisi empat saja United masih kerap sempoyongan. Sejak pensiunnya Sir Alex Ferguson, hanya dua kali United bisa bertahan pada zona empat besar dengan satu diantaranya finis pada posisi kedua yang terjadi pada musim 2017/18. Sisanya, United dua kali finis posisi keenam, dan masing-masing satu kali finis pada urutan lima dan tujuh.

Rata-rata United menyelesaikan musim dengan selisih 21,5 poin dibelakang pemuncak klasemen. Sebuah gap yang terlalu jauh bagi kesebelasan yang sebelumnya bisa mendominasi kompetisi ini untuk jangka waktu yang tidak sebentar.

Performa mereka yang inkonsisten ini membuat nama besar United hanya bisa bertahan untuk sisi komersial semata. Untuk menjadi title contender, Setan Merah perlahan mulai tersingkir dan mulai tidak dianggap lagi. Sesuatu yang membuat Patrice Evra merasa sangat sedih karena United sekarang nampak kesusahan bahkan untuk meraih kemenangan melawan kesebelasan yang di atas kertas dan kualitas pemain sebenarnya bisa dikalahkan.

Tidak hanya Evra, penggemar United pun sudah pasti merasa kecewa terkait performat tim kesayangan mereka. Kekecewaan diiringi perasaan khawatir kalau status mereka sebagai raja Inggris akan diambil alih. Liverpool sudah mengincar hal itu mengingat mereka perlahan mulai bangkit kembali sebagai sebuah raksasa. Entah apa jadinya kalau Si Merah berhasil menyamai atau bahkan melebihi torehan gelar liga Setan Merah dalam kurun tiga musim ke depan.

Namun para Red Army nampaknya harus memperpanjang hasrat mereka sekaligus rasa sabar untuk melihat tim kesayangan mereka bisa berjaya lagi. Dilansir dari ESPN, keluarga Glazer, selaku pemilik Manchester United, menegaskan kalau Manchester United tidak akan mengincar gelar juara liga paling tidak sampai musim 2021/22 mendatang.

Menurut Mark Ogden, jurnalis ESPN, keluarga Glazer ingin menjadikan tiga musim era kepelatihan Ole Gunnar Solskjaer sebagai momen untuk memulihkan kepercayaan diri klub. Dengan kata lain, hingga musim 2021/22 nanti, tugas Solskjaer adalah membawa tim ini konsisten finis di empat besar dan meraih beberapa gelar di kompetisi lain seperti Piala FA, Piala Liga, atau Liga Europa yang menjadi target tim musim ini. Baru pada musim 2022/23 mendatang, United sudah siap untuk mengincar titel Premier League.

Sumber-sumber United lainnya mengungkapkan kepada ESPN kalau beberapa petinggi United ingin melakukan ‘cultural reset’ yaitu men-set ulang budaya mereka menjadi lebih sabar dan lebih tenang dalam menjalankan klub ini. Sebelumnya, petinggi United kerap tidak sabar dengan beberapa kali memecat tiga manajer sebelumnya dan melakukan beberapa transfer yang tidak tepat guna.

Hal ini berarti, Ed Woodward dan keluarga Glazer akan fokus mendukung Ole Gunnar Solskjaer dalam tiga musim ke depan dengan kepercayaan penuh dan akan mendukung segala apa pun keinginan Solskjaer pada bursa transfer. Termasuk diantaranya mencari direktur olahraga.

Kabar ini sudah pasti memberi angin segar bagi mereka yang mengharapkan Solskjaer bisa menjadi manajer yang memberikan kejayaan berikutnya setelah Sir Alex Ferguson. Namun ESPN juga memberikan catatan kalau ini baru titik awal semata alias belum tentu menjadi jaminan kalau United benar-benar akan menjadi tim yang siap untuk menantang gelar pada musim 2022/23. Namun satu hal yang pasti, jarak tiga musim sebagai masa transisi sudah pasti membuat jarak United semakin melebar dengan Liverpool dan Manchester City dalam hal ini terkait kedalaman skuad dan kualitas tim.

Selain itu, hal ini juga belum bisa menjadi jaminan kalau Solskjaer bisa bertahan lama sebagai manajer. Rentetan hasil buruk dan permainan yang tidak meyakinkan bisa saja mengubah pendirian keluarga Glazer dan Ed Woodward. Sudah menjadi kebiasaan bagi mereka untuk bermulut manis di depan media dengan menyebut kalau mereka akan mendukung manajer sepenuh hati, sebelum akhirnya dipecat di tengah jalan.

Lagipula, jika memang petinggi United ingin melakukan cultural reset seperti yang diungkapkan ESPN, lantas mengapa hal itu tidak dilakukan ketika tim masih dilatih oleh Louis van Gaal dan Jose Mourinho, dua manajer yang sejauh ini prestasinya cukup mentereng setelah era Sir Alex Ferguson.