Penalti dari David de Gea gagal dieksekusi. Hal ini membuat Manchester United mengalami kekalahan dramatis. Mereka kalah 11-10 di babak adu penalti dari Villareal di final Europa League menyusul hasil imbang 1-1 di Gdansk.
Hasil ini membuat Ole Gunnar Solskjaer merasa bahwa para pemainnya “tidak muncul” sebagai pengisi panggung besar final Europa League. United hanya memiliki dua tembakan tepat sasaran dalam pertandingan tersebut. Meskipun pertandingan berlanjut sampai babak perpanjangan waktu.
“Kami tidak bermain sebaik yang kami bisa lakukan. Kami memulai dengan baik dan mereka (Villareal) mencetak gol dari satu-satunya tembakan tepat sasaran. Kami mendorong dan menekan mereka dan mendapatkan gol. Tapi setelah kami mencetak gol, kami malah tidak bisa mengontrol permainan. Walaupun kami mendominasi,” ungkap Solskjaer kepada BT Sport.
“Mereka (Villareal) mempersulit kami dengan menutup ruang. Kami memiliki mayoritas penguasaan bola dan mereka bertahan dengan baik. Kami tidak menciptakan peluang yang cukup besar. Sekarang bukan waktunya untuk menunjukkan keringanan. Karena ketika Anda tidak mendapatkan trofi, itu berarti Anda tidak melakukan segalanya dengan benar.”
“Kami merasa semakin dekat dan lebih dekat untuk memenangkan gelar. Kami tinggal mencetak satu tendangan hari ini untuk memiliki trofi. Tapi kami harus rela menerima hasil buruk untuk kembali ke tahun depan dan meningkatkan kualitas. Satu-satunya cara untuk mendapatkan kemenangan di sisi Anda adalah bekerja lebih keras dan lebih baik lagi.”
Kiper Villareal, Geronimo Rulli, menjadi pahlawan dalam babak adu penalti. Setelah sebelumnya mengkonversi penalti dengan baik, dan kemudian mencegah tendangan De Gea setelahnya. Dengan hasil ini Unai Emery meraih gelar Europa League keempatnya.
Hasil kekalahan ini sangatlah mengecewakan. Pasalnya, final Europa League merupakan kesempatan besar bagi Solskjaer untuk mendapatkan trofi pertamanya sebagai manajer Manchester United. Namun sayang, ia dan timnya malah harus rela menjadi runner-up.
Lalu ketika ditanya dalam konferensi pers pasca pertandingan tentang apakah ini musim yang sukses bagi Manchester United, Solskjaer dengan tegas menjawab; “Tidak”. Bagi manajer asal Norwegia itu, tim asuhannya sangat perlu untuk terus menjadi lebih baik lagi. Karena hanya dengan memenangkan gelar saja, tim bisa disebut sukses.
“Kami perlu menjadi lebih baik. Sesederhana itu. Kami telah melakukannya dengan sangat baik di musim ini untuk melewati awal yang sulit. Kami mendorong kekuatan kami di liga, dan semakin dekat ke puncak klasemen daripada sebelumnya. Kami mencapai final, tetapi Anda harus memenangkan final ini untuk menjadikannya musim yang baik,” tegas Solskjaer.
“Kami, yang ada di sini sekarang, perlu melakukan yang lebih baik. Kami harus bekerja lebih baik, lebih keras, dan lebih pintar. Tetapi dua atau tiga pemain dari skuat kami secara keseluruhan perlu untuk melangkah lebih jauh. Saya yakin Villareal juga akan melakukan hal yang sama. Jadi sekarang, kami akan meningkatkan sebanyak mungkin yang kami bisa.”
Salah satu hal yang paling disorot saat final Europa League adalah, keputusan Solskjaer dalam mengganti pemain. Ia baru memutuskan untuk melakukan pergantian di menit ke-100. Maka untuk menyikapi hal tersebut, eks manajer Cardyff itu mengatakan bahwa ia merasa para pemainnya masih sanggup bermain baik dan mencetak gol.
“Kami merasa para pemain seperti Mason, Marcus, Bruno, dan Edi, bisa memenangkan pertandingan. Mereka bisa mencetak gol kapan saja. Scott dan Paul masih bermain di lapangan. Jadi sulit untuk membuat pergantian pemain dengan kondisi itu. Terutama saat Fred cedera selama seminggu. Ya meskipun akhirnya kami tidak bisa menciptakan peluang yang cukup untuk memenangkan pertandingan,” ujar Solskjaer.
“Kami tidak berbuat cukup peluang dalam 120 menit untuk mencetak lebih banyak gol. Itu sedikit mengecewakan. Bayangkan, Anda memiliki pemain berkualitas tinggi di sana, dan kami bermain dengan banyak pencetak gol, namun gol tidak kunjung terjadi. Kami sudah berharap bahwa kami bisa mengungguli mereka (Villareal).”
“Kekecewaan (atas kekalahan di final) adalah perasaan terburuk. Hal ini adalah momen yang paling Anda ingat dalam karier Anda, entah sebagai pemain dan sebagai manajer. Anda dapat pergi berlibur dan tidak melakukan apa-apa, atau pulang dan melakukan sesuatu untuk melupakannya. Namun ketika Anda kembali, maka Anda perlu lebih lapar, lebih kuat, dan menjadi lebih baik sejak menit pertama.”