Manchester United terancam kehilangan Ander Herrera dalam beberapa laga. Hal ini terjadi apabila pemain internasional Spanyol itu harus menjalani persidangan kasus pengaturan skor yang melibatkan namanya.

Skandal itu sendiri memang tak ada kaitannya dengan tim Setan Merah, dan bukan pula terjadi di Premier League Inggris; klub dan kompetisi tempat dia berkarier sejak Juni 2014. Kasus ini ada di La Liga Spanyol dan terjadi pada Mei 2011 silam, saat Herrera masih membela klub masa kecilnya, Real Zaragoza, sebelum dia pindah ke Athletic Bilbao beberapa bulan kemudian.

Sejumlah laporan di Spanyol pun menyebutkan setidaknya ada 42 orang yang terlibat dan berpotensi menghadapi hukuman penjara dengan durasi enam bulan hingga empat tahun jika terbukti bersalah. Namun sejauh ini, baik Herrera maupun Gabi masih belum terbukti punya keterlibatan dan bersalah dalam kasus tersebut.

Meski demikian, The Red Devils tentu bisa saja kehilangan pemain bernomor punggung ’21’ itu dalam beberapa waktu, apabila benar-benar harus menghadiri proses persidangan skandal pengaturan skor yang telah menjerat namanya tersebut dalam beberapa tahun belakangan.

Seperti diketahui, pada Februari 2015 lalu, Herrera juga sudah mendapat panggilan dari pengadilan Spanyol, masih terkait dengan kasus tersebut. Seperti dilansir Tribal Football, ketika itu dia diminta hadir dalam persidangan pada 5 Maret 2015. Namun, beberapa waktu sebelumnya, pemain berusia 28 tahun itu telah membantah keras pernah menjadi bagian dalam skandal pengaturan skor dalam pertandingan La Liga di masa lalu. Bahkan, dia pun juga menegaskan tidak akan pernah mau atau berninat untuk melakukan manipulasi hasil pertandingan, seperti yang dijeratkan padanya saat ini.

“Bila saya dipanggil untuk bersaksi di pengadilan, saya akan senang untuk hadir karena itu panggilan hati nurani. Saya mencintai sepakbola dan saya percaya dengan fair play, baik di dalam dan juga luar lapangan,” ungkapnya ketika itu.

Kasus pengaturan skor ini sendiri terkait dengan pertandingan yang melibatkan Zaragoza dan Levante di La Liga pada musim 2010/2011. Dalam laga yang digelar pada 21 Mei 2011 itu, mantan tim Herrera berjuluk Los Manos itu menang atas sang lawan dengan skor 2-1. Alhasil, Zaragoza yang terancam degradasi bisa selamat dan tetap bermain di La Liga musim berikut.

Namun, sejumlah pihak merasa curiga dengan adanya pengaturan skor pertandingan itu, sehingga sebuah investigasi dilakukan oleh pihak berwenang. Akhirnya, ditemukan bukti bahwa para pemain Levante dibayar Zaragoza secara tunai agar sengaja mengalah dalam laga tersebut. Mereka diduga memberikan suap sebesar 965 ribu euro, atau sekitar Rp 15 miliar, agar bisa menang di laga pekan terakhir musim itu. Kasus ini kemudian dibawa Badan Anti-Korupsi Spanyol kepada jaksa penuntut Alejandro Luzon untuk ditindaklanjuti, dan masih terus dibahas hingga enam bulan ke depan ini.

“Presiden Zaragoza Agapito Iglesias, begitupun direktur Fransisco Javier dan Francisco Jose Checa, setuju dengan direktur olahraga Antonio Prieto, pelatih Javier Aguirre, dan juga para kapten, Gabi (Fernandez), (Leonardo) Ponzio dan (Jorge) Lopez, mewakili dan dengan persetujuan para pemain lain, telah mencurangi (hasil) pertandingan. Untuk kasus itu disebutkan 965 ribu euro dibayarkan pada para pemain Levante agar membolehkan Zaragoza menang,” jelas sang jaksa, Luzon memberi penjelasan pada 2014 silam ketika kasus ini mulai terkuat, seperti dikutip dari laman The Mirror.

Kasus pengaturan skor sendiri merupakan momok bagi sepakbola yang menganut prinsip fair play. Banyak skandal yang terjadi di masa lalu, terutama terkait dengan judi sepakbola. Salah satu skandal pengaturan skor terbesar adalah kasus Calciopoli di Italia pada 2006, yang melibatkan Juventus dan kemudian dihukum degradasi. Selain itu, Premier League pun pernah pula dihantam skandal yang disebut dengan istilah match-fixing ini. Pada November 1994 lalu, The Sun melaporkan bahwa kiper andalan Liverpool, Bruce Grobbelaar, telah menerima suap untuk mengalah dalam sejumlah laga.

Salah satu kasus pengaturan skor terbesar di Inggris adalah melibatkan United dan Liverpool pada 1915 silam. Ketika itu, keduanya bermain di kompetisi utama saat masih bernama First Division, dan berduel pada 2 April 1915. The Red Devils yang bertindak sebagai tuan rumah punya motivasi besar untuk menang agar bisa lolos dari degradasi. Sementara sang lawan yang berjuluk The Reds masih tertahan di papan tengah. United memang berhasil menang, namun pertandingan berjalan janggal. Setelah dilakukan penyelidikan, terbukti bahwa ada tujuh pemain dari kedua tim terlibat skandal pengaturan skor bersama perusahaan judi. Mereka pun dihukum larangan bermain seumur hidup.