Foto: Hürriyet Daily News

Ada yang masih ingat Anderson?

Ya, pemain yang satu ini pernah sempat mengisi skuat Manchester United di masa Sir Alex Ferguson. Ia menjadi gelandang yang juga pernah bermain di final UCL pada 2008. Hanya saja sayangnya, namanya mulai meredup sampai sebagian suporter Setan Merah tidak tahu bahwa Anderson masih berseragam United hingga musim 2014/2015.

Banyak yang berasumsi tentang perjalanan karier gelandang asal Brazil yang satu ini, terutama perihal kegagalannya di Manchester United. Namun, semua itu seakan terbantahkan ketika Rafael da Silva mengungkap apa sebenarnya penyebab Anderson tidak mampu bersinar di Old Trafford.

Mantan rekan setimnya di United tersebut mengatakan bahwa Anderson sebetulnya sangat berpotensi besar menjadi pemain terbaik di dunia. Karena ia memang punya talenta mempuni dalam permainannya. Dan hal itu sangat mungkin terjadi jika saja ia dapat mengurangi kecintaannya pada junk food dan McDonald’s.

Rafael sendiri sempat bermain untuk United di era yang sama dengan Anderson, yakni kisaran antara 2008 dan 2015. Ia membuat 170 penampilan sebelum meninggalkan klub untuk hijrah ke klub Ligue 1 Lyon setelah memenangkan tiga gelar Premier League.

Selama waktunya di Old Trafford itu, ia menjadi teman yang sangat dekat dengan Anderson. Dulu, Anderson sempat dianggap sebagai wonderkid ketika pindah dengan harga 20 juta paun dari Porto pada 2007. Maka wajar, Anderson kala itu juga langsung jadi favorit suporter lantaran gaya dan kepribadiannya di luar lapangan.

Sayangnya, keadaan itu tidak berlangsung lama. Karena Anderson harus berjuang dengan masalah cedera di sepanjang waktunya, dan ia sulit mendapatkan jam terbang untuk bermain. Selain masalah cedera, terungkap bahwa Anderson memiliki masalah dengan berat badan dan dietnya. Ini menjadi faktor terbesar dalam kegagalannya untuk mencapai status sebagai pesepakbola profesional.

Hal itu diungkap sendiri oleh Rafael. Ia menulis langsung tentang Anderson dalam buku otobiografi yang menceritakan dirinya dan saudara kembarnya Fabio Da Silva. Intinya, di sana ia mengungkapkan bahwa Anderson sebetulnya cukup bagus untuk menjadi pemain terbaik dunia jika ia lebih profesional di luar lapangan.

“Kami sering berada dalam satu tim di latihan, dan saat waktu pulang, dia (Anderson) sering bersama kami. Ketika melewati jalan tol, Anderson akan melompat secara impulsif dan berteriak ‘McDonald’s, McDonald’s’. Pria itu gila, tapi saya mencintainya,” tulis Rafael di dalam bukunya.

“Beri dia (Anderson) sepakbola, dan dia hanya akan bermain dengan kebebasan. Kadang-kadang, jika dia menjalankan permainan dengan baik, dia bisa bermain sebaik pemain mana pun di liga terbaik. Sayangnya, dia mengalami banyak cedera dan kemudian masalah makannya mulai memengaruhinya.”

Bukan sebuah kebetulan bahwa bentuk terbaiknya datang ketika Anderson memang diberi kesempatan bermain di banyak pertandingan. Karena disaat itulah ia tidak bisa makan terlalu banyak. Sudah menjadi tuntutan juga bagi seorang pesepakbola profesional untuk mengurangi makan-makanan yang kurang baik tubuhnya bisa stabil saat bermain.

“Saya akan mengatakan sesuatu tentang Anderson. Jika dia adalah pemain sepakbola profesional, dia bisa menjadi yang terbaik di dunia. Saya mengatakan ini semua dengan serius. Saya tidak tahu apakah dia pernah menganggap sesuatu dengan seserius ini atau tidak. Ya itu karena dia hanya mencintai hidup dengan cara yang begitu mudah dan santai,” ungkap Rafael da Silva.

Anderson sendiri hanya mencatatkan 181 penampilan selama delapan musim bersama Manchester United. Di era Louis van Gaal, ia hanya mencetak dua gol sampai akhirnya dilepas manajer berkebangsaan Belanda tersebut. Anderson pun kembali ke Brazil untuk bergabung dengan Internacional. Sekarang, ia sudah pensiun. Ia angkat sepatu pada September 2020 setelah bermain di Turki bersama Adana Demirspor.