Manchester United sedang menikmati libur panjangnya selama kurang lebih tiga pekan. Akhir pekan kemarin mereka tidak main di Piala FA dan laga melawan Liverpool harus ditunda karena sang lawan bermain pada turnamen antar piala tersebut.
Meski begitu, United tidak sepi dari pemberitaan. Yang paling ramai dan tampaknya akan terus bergulir hingga musim ini berakhir adalah mengenai pencarian siapa manajer baru mereka untuk musim tepat. Hingga saat ini belum ada sosok yang benar-benar jelas mengisi kekosongan kekuasaan tersebut.
Menurut Mirror terdapat empat nama yang menjadi kandidat kuat sebagai juru racik taktik Manchester United yaitu Erik Ten Hag, Mauricio Pochettino, Julen Lopetegui, dan Luis Enrique. Sebenarnya, ada nama-nama lain yang juga dikabarkan masuk dalam pantauan seperti Julian Nagelsmann dan Thomas Tuchel. Namun melihat situasi dan kondisi, rasanya empat nama yang disebut Mirror ini yang paling realistis.
Lantas, bagaimana Track Record empat orang ini di dunia kepelatihan. Mari kita berkenalan dengan kandidat pertama yaitu Erik Ten Hag yang dikabarkan sudah diwawancarai oleh United.
Bagaimana Masa Muda Erik Ten Hag?
Erik Ten Hag lahir pada 2 Februari 1970 di kota Haaksbergen, Belanda. Sama seperti manajer sepakbola kebanyakan, karier Erik dimulai dengan menjadi seorang pemain di beberapa kesebelasan Belanda.
Karier sepakbola Erik hanya dihabiskan di Belanda. Akan tetapi, dia tidak pernah bermain untuk klub besar macam Ajax, PSV, atau Feyenoord. Hanya FC Twente dan FC Utrecht dua tim yang profilnya cukup mentereng di dunia sepakbola.
Prestasinya pun tidak banyak. Berposisi sebagai bek tengah, Ten Hag hanya punya KNVB Cup yang merupakan satu-satunya trofi bergengsi yang ia raih sebagai pemain yaitu saat memperkuat FC Twente pada musim 2000/01. Ten Hag sendiri kemudian pension pada akhir musim 2001/02 pada usia yang masih cukup muda yaitu 32 tahun.
Bagaimana Kiprah Dia Di Dunia Kepelatihan?
Memanfaatkan koneksinya dengan Marc Overmars sebagai pemegang saham, Ten Hag ditunjuk sebagai manajer Go Ahead Eagles pada 2012. Hanya satu musim bersama Eagles, ia langsung membawa tim ini promosi untuk pertama kalinya sejak 17 tahun.
Ia kemudian melatih Bayern Munchen pada 2013 hingga 2015. Eittsss… Bayern yang ia perkuat hanyalah Bayern Munchen II. Setelah dirasa cukup dengan ilmu kepelatihannya, Ten Hag kembali ke Belanda dan menjadi pelatih kepala FC Utrecht. Pada musim pertama, ia membawa tim ini finish pada posisi kelima. Musim berikutnya, posisi Utrech naik ke urutan empat dan mengunci satu tempat di kualifikasi Liga Europa.
Kesuksesan bersama dua klub tersebut membuat Ajax kepincut untuk mendatangkan Ten Hag. Ia akhirnya resmi menjadi pelatih untuk kesebelasan juara empat kali Liga Champions tersebut menggantikan Marcel Keizer pada akhir Desember 2017.
Bagaimana Prestasi Ten Hag di Ajax?
Gagal mengalahkan PSV dalam perburuan gelar juara Eredivisie pada 2017/18, Ten Hag langsung membalasnya semusim kemudian dengan meraih gelar ganda yaitu liga dan Piala Belanda. Meski begitu, prestasi terbaik yang pernah ia berikan adalah membawa Ajax ke semifinal Liga Champions untuk pertama kalinya sejak 1997. Sayang, saat itu impiannya ke final kandas dari Tottenham Hotspur.
Ten Hag kemudian kembali memberi gelar ganda bagi Ajax pada musim lalu setelah semusim sebelumnya kompetisi tidak memiliki pemenang karena Covid-19. Pada Januari 2022, Ten Hag menjadi manajer tercepat sepanjang sejarah Eredivisie yang bisa meraih 100 kemenangan.
Apa yang Disukai Dari Ten Hag?
Selain legasi, Ten Hag disukai karena taktik dan filosofinya. United ingin memiliki tim yang dominan menguasai bola layaknya City atau Liverpool dan itu sedang dipelajari di era Rangnick. Rencananya, apa yang dilakukan Rangnick akan disempurnakan oleh Ten Hag.
Ten Hag on the importance of off the ball runs pic.twitter.com/rSDU8b3vFJ
— #TouchlineFracas (@touchlinefracas) November 10, 2021
Orang-orang menyebut sepakbola Ten Hag sebagai Total Football 2.0. Filosofi ini akan bertumpu pada tiga hal yaitu pergerakan tanpa bola, penempatan posisi, dan pergerakan orang ketiga. Inilah yang membuat permainan Ajax begitu cair di atas lapangan.
Selain itu, Ten Hag juga rajin mengorbitkan pemain-pemain muda. Sesuatu yang sangat disukai oleh United yang juga memiliki akademi dengan banyak talenta di dalamnya. Segala aspek ini yang kemudian membuatnya banyak diincar klub besar Eropa.