Kasus rasisme kembali terjadi, dan kali ini, Paul Pogba yang menjadi targetnya. Ia memang sedang hangat dibicarakan banyak orang di Twitter setelah gagal mengeksekusi penalti kala United menghadapi Wolves akhir pekan lalu. Hal itu kemudian memicu beberapa ujaran rasis yang akhirnya membuat pihak United meresponnya dengan mengatakan bahwa mereka akan mengambil tindakan secepat mungkin.

Di sisi lain, United sendiri harus terpaksa bermain imbang ketika mereka menghadapi Wolverhampton dengan skor 1-1. Di pertandingan itu, sebenarnya United bisa unggul lewat hadiah penalti yang diberikan kepada mereka, namun sayangnya, penalti itu gagal dieksekusi oleh Pogba, yang juga kemudian menjadi awal kemarahan pihak-pihak terkait yang sudah menginginkan kemenangan di akhir laga.

Kegagalan eksekusi penalti Paul Pogba tersebut merupakan kegagalan keempat kali dalam 11 tendangan penalti terakhirnya. Kendati begitu, manajer United Ole Gunnar Solskjaer tetap mendukungnya. Namun, Pogba harus terpaksa menerima tweet rasis yang diarahkan padanya. Pemain asal Prancis ini menjadi pemain sepakbola ketiga dalam tujuh hari yang dicaci akibat tidak berhasil mengeksekusi penalti.

Oleh karena itu, pihak Manchester United langsung merespon tindakan rasial tersebut dengan menyatakan bahwa mereka sangat “jijik” terhadap oknum-oknum yang melakukan pelecehan ras kepada seorang pesepakbola. Secara resmi, mereka mengatakan bahwa semua orang di klub sangat muak dan sangat mengutuk tindakan rasis yang ditunjukan kepada Pogba.

“Semua orang di Manchester United muak dengan tindakan rasial yang ditujukan kepada Paul Pogba tadi malam, dan kami benar-benar mengutuknya. Orang-orang yang menyatakan pandangan ini tidak mewakili nilai-nilai kami sebagai klub besar, dan itu mendorong kami untuk melihat bahwa sebagian besar suporter kami juga mengutuk tindakan ini di media social,” tulis pernyataan resmi United dilansir dari The Guardian.

“Manchester United tidak memiliki toleransi terhadap segala bentuk rasisme atau diskriminasi kepada pemain manapun, dan kami berkomitmen secara jangka panjang untuk berkampanye menentangnya melalui inisiatif #AllRedAllEqual yang sudah kami buat. Kami akan bekerja untuk mengidentifikasi beberapa yang terlibat dalam insiden ini dan mengambil tindakan secepat yang kami bisa. Kami juga mendorong perusahaan media sosial untuk mengambil tindakan dalam kasus ini.”

Selain Paul Pogba, akhir pekan lalu, penyerang Reading Yakou Meite juga menjadi target rasisme meski klubnya sudah menang 3-0 atas Cardiff City. Kasusnya sama, ia gagal mengeksekusi penalti di menit-menit akhir pertandingan. Hal ini juga yang kemudian menggerakkan pemain asal Pantai Gading itu untuk memposting sebuah tulisan di sosial media.

“Saya rasa saya tidak perlu bicara,” tutur Yakou di laman Twitternya. Kemudian, pihak Reading juga merespon hal yang sama dengan mengatakan; “Kami tidak akan memberikan oksigen kepada para pembuat komentar rasis yang dikirim via media sosial siang ini. Sebagai gantinya, kami hanya akan membiarkan gambar untuk memberi tahu Anda dengan ribuan kata ‘Kami punya Meite… Yakou Meite…'”

Sebelumnya, terdapat pula nama Tammy Abraham yang dilecehkan dengan cara yang sama setelah penyerang Chelsea itu gagal mengeksekusi penalti yang menentukan di pertandingan final Piala Super UEFA melawan Liverpool. Manajer The Blues, Frank Lampard, lalu menyatakan bahwa perusahaan media sosial harus berbuat lebih banyak untuk menghentikan tindakan rasis ini.

Bahkan tidak sampai disitu, di EFL, James McClean dari Stoke City, Theo Robinson dari Southend United, Bambo Diaby dari Barnsley dan saudara perempuan dari bek Fulham, Cyrus Christie, pun sempat menjadi sasaran pelecehan dan diskriminasi. Sebuah studi dari Kick It Out yang terbit pada bulan Juli lalu menunjukkan bahwa di musim lalu laporan pelecehan rasis telah meningkat sebesar 43%, dengan 274 kasus.

 

Sumber: The Guardian