Foto: Man United News

Dalam beberapa tahun terakhir, masalah kesehatan mental atau yang sering disebut mental illness mulai banyak dibicarakan di media sosial. Banyak orang yang seolah-olah merasakan hal yang sama. Bahkan sampai ada yang berpura-pura mengalami sakit mental hanya agar dapat exposure. Mereka lalu memproklamirkan kata healing dan staycation sebagai sarana yang dianggap mampu menyembuhkan kondisi mental mereka.

Masalah ini pun berubah menjadi semacam paradigma. Maka ketika banyak yang pura-pura mental illness, salah satu stand up comedian Oza Rangkuti membuat sebuah video kritik sosial yang berkaitan dengan persoalan ini. Ia menyindir orang-orang yang mengekspos penderitaannya hanya demi exposure, dan menyindir mereka yang terlalu sering healing dan staycation.

Namun sebetulnya masalah kesehatan mental ini tidak boleh diremehkan dan dianggap sepele. Karena masalah ini dialami oleh banyak orang, dan salah satunya dialami oleh gelandang Manchester United yakni Paul Pogba. Ia juga telah membuka suara terkait hal ini. Ia bahkan sampai mengakui kalau dirinya sempat mengalami depresi “beberapa kali” selama kariernya.

Pogba percaya betapa sulitnya bagi pesepakbola untuk berbicara tentang perjuangan kesehatan mental mereka. Ia juga menambahkan bahwa gaji tinggi bukanlah penghalang seseorang terhindar dari kesehatan mental. Jadi menurutnya harus ada pengawasan terus-menerus terhadap pemain supaya dapat tercipta sebuah lingkungan yang baik untuk kesehatan mental.

“Sejujurnya, saya mengalami sakit mental beberapa kali selama karir saya. Saya telah melaluinya, tetapi saya tidak membicarakannya. Kadang-kadang Anda bahkan tidak tahu bahwa Anda mengalami depresi. Anda hanya ingin diisolasi, memilih menyendiri, dan ini adalah tanda-tanda bahwa Anda depresi,” ujar Pogba kepada media Prancis Le Figaro.

“Dari sudut pandang pribadi, sakit mental saya dimulai ketika saya bersama Jose Mourinho di Manchester. Anda bertanya pada diri sendiri apakah ada yang salah dengan diri Anda. Karena pada dasarnya Anda belum pernah mengalami momen-momen ini (depresi) dalam hidup Anda.”

“Tentu saja saya mendapatkan banyak uang dan saya tidak mengeluh. Tapi itu tidak dapat mencegah Anda melewati saat-saat terendah dalam hidup Anda. Anda seperti merasa lebih sulit hidup daripada orang lain. Dalam sepakbola hal seperti itu tidak dapat diterima. Tapi kami bukanlah pahlawan super, kami hanyalah manusia.”

Paul Pogba kemudian menggunakan dampak dari kegagalan adu penalti Kylian Mbappe di Euro 2020 yakni saat laga Swiss melawan Prancis sebagai contohnya. Ia menunjukkan bagaimana kesehatan mental pemain seolah terabaikan. Maka dari itu, saat ini ia sangat mendukung seruan terbaru Thierry Henry untuk mengadakan diskusi lebih banyak tentang kesehatan mental para pesepakbola.

“Saya sepenuhnya setuju dengan Henry. Sepakbola adalah olahraga tim yang paling individual. Setiap pemain perlu dikondisikan agar selalu dalam keadaan baik. Karena pesepakbola memiliki kekhawatiran yang sama seperti semua orang lain. Terutama, baik itu dengan pasangan, pelatih, atau maslaah lain dalam kehidupan sehari-hari,” pungkas Pogba dilansir dari Sky Sports.

“Tentu saja Anda akan merasakan masalah itu di tubuh Anda, di kepala Anda, dan Anda bisa sembuh dalam waktu sebulan atau bahkan setahun. Tergantung seberapa kuat Anda. Tapi Anda tidak bisa mengatakannya kepada publik. Semuanya hanya ada di dalam kepala Anda. Pikiran mengendalikan segalanya, dan semua pemain pasti mengalami momen ini.”

“Kylian, ketika dia gagal mengeksekusi penalti melawan Swiss, tidak ada yang memikirkan kesehatan mentalnya setelah itu. Meskipun dia menerima banyak kritik dan hal-hal buruk yang menghujam perasaanya. Jika Anda tidak terlindung secara mental, Anda akan mati. Masalah ini akan membuat Anda tertekan, dan Anda tidak boleh lengah.”

Paul Pogba kemudian mengatakan bahwa ia sempat menceritakan masalah depresi ini kepada orang terdekatnya. Seperti mantan rekan setimnya di Manchester United dan Prancis Patrice Evra, istrinya, atau putranya selama mengalami masa-masa sulit ketika depresi.

“Saya tidak ingin momen-momen negatif ini membuat saya melupakan semua pencapaian saya. Tapi menjalaninya tidak selalu mudah, dan ketika saya tidak bisa mengatur diri saya sendiri, saya banyak berbicara dengan Evra. Dia juga pernah mengalami hal yang sama, dan dia mengerti seperti apa rasanya,” ungkap Pogba

“Psikiater saya adalah orang terdekat saya. Dan psikiater saya bisa menjadi sahabat saya. Merekalah istri saya atau anak-anak saya. Mereka selalu ada untuk jadi tempat berbicara, untuk didengarkan, dan untuk mengeluarkan semua kemarahan ini. Depresi yang menggerogoti Anda sangat wajib Anda tangani.”