Setelah lebih dari dua dekade bergelut dengan sepakbola, Patrice Evra mengumumkan pensiun dari dunia yang membesarkan namanya tersebut. Keputusan ini ia umumkan melalui video yang diunggah pada instagram pribadinya. Dalam video yang berdurasi hampir 6 menit tersebut, Evra hanya bisa mengucapkan terima kasih dan sampai jumpa lagi dalam bahasa Prancis.
Meski pensiun dari aktivitasnya sebagai seorang pemain, namun Evra nampaknya tidak ingin lepas dari permainan ini. Ia kini mengincar posisi baru yaitu sebagai seorang pelatih. Jika tidak ada halangan, impiannya tersebut akan bisa digapai dalam waktu dekat mengingat saat ini Evra sudah mengantungi lisensi UEFA B.
“Karier bermain saya sudah selesai saat ini. Saya mulai mengikuti sertifikasi untuk lisensi kepelatihan UEFA B pada tahun 2013, sekarang saya ingin menyelesaikannya dan melanjutkannya demi bisa mendapatkan lisensi UEFA A. Jika semuanya berjalan dengan baik, maka saya sudah siap untuk menjadi pelatih dalam satu setengah tahun.”
“Dalam satu setengah tahun terakhir, segalanya berjalan lancar. Saya akan siap memimpin tim. Sir Alex Ferguson pernah memprediks dua pemainnya yang akan jadi pelatih top. Dia adalah Ryan Giggs dan Patrice Evra,” tuturnya.
Sejak masuk dunia profesional pada 1998, Evra tercatat pernah bermain di tiga negara yaitu Italia, Prancis, dan Inggris. Namun kesuksesan terbesar dalam kariernya sudah pasti ketika ia memperkuat Manchester United. Selama sembilan musim, ia bermain sebanyak 379 kali, mencetak 10 gol, dan meraih beberapa gelar prestisius seperti Premier League, Liga Champions, dan Piala Dunia Antar Klub.
Pemain yang memiliki darah Senegal ini sebenarnya nyaris menjadi rekrutan terburuk Sir Alex Ferguson. Didatangkan pada bursa transfer Januari 2006, Evra tampil buruk dalam debutnya melawan Manchester City. Ketika itu, ia hanya bermain selama 45 menit saja. Meski usianya saat itu baru 24 tahun, namun Evra beberapa kali keteteran menghadapi Robbie Fowler dan Trevor Sinclair yang usianya lebih tua darinya. Fergie bahkan menyebut kalau memainkan Evra saat itu adalah sebuah perjudian. Kejadian itu membuat Evra diragukan untuk sukses bersama Setan Merah.
“Dia menggantiku setelah bermain 45 menit. Aku tahu dia marah. Dia hanya bisa menatap dengan serius dan berkata, ‘Evra, sekarang kamu sudah melihat sepakbola Inggris. Perhatikan dan pelajari’. Sejak saat itu, saya belajar dengan menyaksikan banyak DVD tentang cerita klub. Sejak saat itu, saya sadar cara menghormati jersey United,” tuturnya.
Evra kemudian memperbaiki segala kesalahan demi kesalahan yang ia lakukan. Lambat laun, performanya semakin membaik. Bahkan pada musim penuh pertamanya sebagai pemain United, Evra langsung menggusur Gabriel Heinze, membawa United meraih gelar Premier League pertama setelah tiga tahun, dan terpilih dalam PFA Team of the Season. Sejak saat itu, posisinya tidak pernah tergantikan meski United sering mendatangkan beberapa bek kiri baru seperti Fabio da Silva, Ritchie de Laet, dan Alex Buttner.
Setelah memperkuat United, Evra kembali ke Italia untuk memperkuat Juventus pada musim panas 2014. Pada musim pertamanya, ia membawa La Vecchia Signora melangkah ke final Liga Champions di Berlin. Akan tetapi, mereka dikalahkan Barcelona. Bersama juara Italia tersebut, Evra hanya bertahan dua setengah musim saja.
Ia kemudian hijrah ke Marseille. Akan tetapi, kebersamaannya bersama juara Liga Champions 1993 tersebut tidak berlangsung lama. Ia terlibat konflik dengan salah satu suporternya ketika Evra menendang kepala suporter tersebut saat Marseille bersiap menghadapi Vitoria dalam lanjutan Europa League. Menurut media-media di Prancis, Evra dicemooh sehingga ia emosi dan menendang suporter tersebut. Sejak saat itu, kariernya berantakan. UEFA melarang Evra bermain di kompetisi Eropa hingga Juni 2018. Marseille pun kemudian memutus kontraknya. “Kamu pikir dirimu lebih besar daripada klub dan suporternya. Kami tidak ingin dirimu mengenakan baju kebesaran kami. Keluar, Evra!” tulis dalam salah satu spanduk yang ditujukan kepada Evra.
Pada Februari 2018, Evra kembali ke Inggris dengan menanda tangani kontrak pendek selama enam bulan bersama West Ham United. Akan tetapi, ia hanya bermain lima pertandingan saja bersama The Hammers. Hampir satu tahun free agent, ia akhirnya memutuskan gantung sepatu.
Oleh fan Marseille, Evra dicap sebagai sosok yang arogan. Namun Evra sejatinya adalah pribadi yang menyenangkan. Dia adalah sumber keceriaan di ruang ganti United. Tingkah lakunya pun kerap mengundang tawa. Ia pernah menyebut para pemain Arsenal sebagai bayi.
Ketika karier sepakbolanya mulai meredup, ia mencoba eksis di dunia instagram. Beberapa kali aksinya mengundang tawa seperti ketika ia mencium seekor Simpanse, mencium ayam mentah, hingga menari-nari sambil meneriakkan jargon andalannya “I Love This Game”.
Kini, Evra siap memindahkan sisi arogan dan keceriaan dalam dirinya di kursi kepelatihan. Menarik untuk melihat karier Evra sebagai pelatih nanti. Seandainya hal itu terjadi, maka Evra sudah pasti akan menekankan para pemain asuhannya untuk mencintai permainan ini.
Merci Evra.