Musim 2018/2019 menjadi musim yang kurang menyenangkan bagi seorang Andreas Pereira. Kembali dari dua kali peminjaman ke Spanyol dengan maksud merebut satu tempat di tim utama, nyatanya Andreas kesulitan untuk menembus skuad inti Setan Merah. Namanya lebih akrab berada di bangku cadangan.

Datang dengan transformasi posisi dari pemain depan menjadi pemain tengah, Andreas kesulitan bersaing dengan nama-nama seperti Nemanja Matic, Ander Herrera, Fred, hingga Marouane Fellaini. Ketika Ole Gunnar Solskjaer datang, Andreas juga lebih banyak bermain sebagai pengganti. Ia bahkan kalah dari Scott McTominay yang merupakan juniornya di Manchester United.

Padahal, Andreas mengumpulkan caps yang jauh lebih banyak ketimbang saat ia menjalani musim pertamanya berseragam merah bersama Louis van Gaal (2015/16). Bersama Mourinho dan Solskjaer, ia bermain sebanyak 22 kali. Dua kali lipat lebih banyak dibanding tiga musim sebelumnya. Sayangnya, ia hanya sembilan kali bermain sebagai starter.

Ketika dipercaya tidak jarang ia membuat kesalahan. Siapa yang tidak lupa ketika Andreas gagal melindungi bola dengan baik yang mengakibatkan gawang United kebobolan ketika menghadapi Burnley Pada awal tahun lalu. Hal ini yang mungkin membuat Solskjaer cukup berhati-hati ketika ingin memiankan dia.

Meski begitu, Nicky Butt masih percaya kalau Andreas bisa tampil lebih baik jika diberikan banyak kesempatan pada musim depan. Kepala Pengembangan Akademi United ini menyebut kalau musim ini Andreas masih menjalani fase transisi dari seorang pemain depan menjadi pemain tengah. Wajar apabila permainannya belum terlalu menonjol.

“Andreas sejauh ini menurut saya sudah bagus. Dia pemain sepakbola yang sangat baik. Secara teknis dia sangat berbakat, dia anak yang pemberani, tangguh, dan bisa berlari sepanjang hari. Dia lebih bugar daripada siapa pun yang berada di lapangan. Dia hanya perlu mengikuti ritme tim dan menjadi lebih percaya diri seiring berjalannya waktu,” kata Butt kepada Inside United.

Apa yang diucapkan Butt memang tidak mengada-ngada. Meski tidak terlalu sering bermain, namun soal work rate untuk tim, Andreas jauh lebih baik dari rekan setimnya. Dalam urusan lari misalnya, Andreas memiliki jarak tempuh yang jauh lebih banyak ketimbang Paul Pogba, Ashley Young, Luke Shaw, Marcus Rashford, Romelu Lukaku, dan Anthoy Martial.

Begitu juga soal sprint per pertandingan. Andreas hanya kalah dari Marcus Rashford, Jesse Lingard, dan Alexis Sanchez. Hal ini jelas membuktikan kalau Andreas memiliki fisik yang mumpuni. Akan tetapi, segala kelebihannya dalam hal berlari tersebut bisa diimbangi dengan kapasitasnya sebagai seorang gelandang box to box.

“Dia harus melakukan hal-hal berbeda dari yang pernah ia lakukan di tim U-23 dan U-19.  Suasana tim utama tidak mudah dari itu semua, Apa yang terjadi kepada Andreas saat ini bukanlah akhir dari segalanya. Anda harus melangkah dengan hati-hati. Ketika Anda masuk dalam tim secara teratur, maka Anda bisa mengekspresikan diri lebih banyak. Scott McTominay telah melakukan itu dan saya merasa Andreas juga bisa melakukan hal serupa,” tuturnya menambahkan.

Langkah awal itu sebenarnya sudah dimulai pada pekan lalu saat United menggelar acara penganugerahan pemain terbaik musim 2018/2019. Dalam seremoni tersebut, Andreas berhasil menyabet satu penghargaan yaitu gol terbaik. Sepakan melengkungnya ke gawang Southampton dipilih sebagai gol terbaik pada musim lalu.

Semoga saja trofi tersebut bisa meningkatkan penampilan Andreas ke level yang jauh lebih baik lagi. Melihat proses golnya ke gawang Angus Gunn saat itu, Andreas memang pemain yang istimewa. Tinggal bagaimana ia mengasah lagi skill dan mentalitasnya agar bisa menjadi pemain besar pada masa yang akan datang.