Foto: WhoScored

“Membangun lebih sulit daripada menghancurkan…”

Mungkin kalimat barusan sangat pas untuk membuat kita sedikit “mengamini” kondisi Manchester United hari ini. Kondisi tim yang masih buruk dan permainan yang membosankan, semua ini sudah dicoba untuk diperbaiki selama hampir satu dekade. Tapi sampai detik ini, kondisi-kondisi barusan masih sama dan bahkan semakin mengkhawatirkan.

Namun menurut manajer sementara Ralf Rangnick, ia justru percaya kalau untuk membangun kembali United sebetulnya tidak perlu membutuhkan waktu lama. Setidaknya perlu maksimal dua tahun untuk mendapatkan hasilnya. Karena yang membuat sulit ketika membawa Setan Merah kembali ke tahta kejayaannya lagi adalah soal “tujuan apa yang ingin dibawa”.

Jika berbicara musim ini, United telah mengalami kesulitan, dan itu disebabkan oleh kegagalan mereka dalam meraih tujuan yang mereka tetapkan di awal musim. Bagaimana tidak, mereka akan mengakhiri (sekali lagi) musim tanpa trofi dan terancam gagal masuk ke Liga Champions musim depan.

Selain itu, United juga akan terancam kehilangan tujuh pemainnya di musim panas. Lee Grant, Paul Pogba, Jesse Lingard, Juan Mata dan Edinson Cavani, semua pemain ini dipastikan habis kontrak pada bulan Juli nanti. Nemanja Matic bahkan telah mengkonfirmasi kalau ia akan pergi. Lalu ada pula Andreas Pereira yang sedang menunggu transfer permanen ke Flamengo.

Manchester United benar-benar kehilangan posisi dan tujuanya. Bahkan saat ini mereka memasuki lima tahun puasa trofi, dan hampir satu dekade tanpa merasakan gelar liga. Rasanya jalan United hampir bernuansa seperti nasib apes Liverpool. Dan sepertinya roda memang sedang berputar ke bawah.

Jika mau melihat bagaimana Liverpool bangkit dari keterpurukannya, itu semua dimulai dari kedatangan Jurgen Klopp pada Oktober 2015. Sejak kedatangan manajer asal Jerman itu, The Reds mampu melewati semua batas-batas penyebab kegagalan mereka dan meraih beberapa trofi. Setidaknya semua terjadi dalam waktu kurang lebih tiga sampai empat tahun.

Liverpool mengakhiri puasa gelar liga selama 30 tahun di bawah Klopp pada tahun 2020 setelah di musim sebelumnya berhasil memenangkan Liga Champions keenam mereka. Kemudian prestasinya bertambah lagi ketika mereka memenangkan Piala Liga kesembilan mereka di musim ini.

Kenaikan nasib Liverpool memang begitu signifikan. Mereka pernah finis di urutan kedelapan di awal-awal kedatangan Jurgen Klopp (musim 2015/2016). Mereka lalu naik ke peringkat keempat pada musim 2016/2017. Kenaikan terus terjadi dan The Reds duduk di posisi kedua dengan 97 poin pada musim 2018/2019. Sampai akhirnya Liverpool memenangkan gelar liga ke-19-nya dengan 99 poin pada musim 2019/2020.

Menanggapi proses perjuangan Liverpool keluar dari lubang nasib apesnya tersebut, Ralf Rangnick kemudian berpikir bahwa proses yang sama pun bisa dialami United. Meskipun menurutnya, klub seperti United tidak perlu sampai mengalami perubahan nasib dengan waktu lama seperti yang dibutuhkan Liverpool.

“Saya tidak berpikir klub seperti Manchester United mampu mengambil tiga atau empat tahun untuk mencapai perubahan, dan saya pikir waktu sebanyak itu tidak perlu. Kami berbicara tentang Liverpool sebelumnya dan berapa lama waktu yang dibutuhkan,” ujar Rangnick dikutip dari MEN Sports.

“Sebetulnya United butuh dua atau tiga jendela transfer, tapi dengan syarat jika Anda tahu apa yang Anda cari. Tapi jika tidak tahu apa yang Anda cari, Anda akan selalu mencari ‘lubang jarum’. Jika Anda tahu, Anda bisa menemukan jawabannya. Maka ini memang tentang menemukan dan meyakinkan apa yang Anda cari.”

“Liverpool finis kedelapan di awal kedatangan Klopp. Setahun setelah mereka tidak bermain di sepakbola Eropa, mereka kemudian fokus penuh untuk gelar domestik. Kemudian butuh dua jendela transfer dan mereka melakukan banyak transfer yang sangat bagus. Inilah masalahnya. Ini tidak rumit. Anda hanya perlu tahu apa tujuan Anda. Jika Anda tidak tahu itu, itu akan sulit.”

Ralf Rangnick sendiri sangat mencemooh sebuah “ramalan” kalau Manchester United akan puasa gelar liga selama 30 tahun seperti yang dialami Liverpool. Karena baginya sudah cukup jelas apa yang perlu diubah dari Setan Merah. Hanya butuh fokus untuk membangun kembali di masa depan, dan puasa gelar yang panjang itu tidak akan terjadi.