Sering kali kita mendengar kalau Manchester United kerap mendapatkan porsi berita yang tidak adil. Entah berita yang berasal dari mulut para pundit, atau yang tertulis di atas media cetak. Hal ini yang membuat United mendapat serangan berupa standar ganda. United kerap mendapat penilaian yang berbeda meski mengalami kejadian serupa seperti yang terjadi di klub lain.
Legenda United, Gary Neville, kini sedang dalam sorotan. Bukan karena ketakutannya terhadap Liverpool, namun penilaiannya yang berbeda dalam menyikapi kegagalan United mengeksekusi penalti dalam dua pertandingan terakhir.
Ketika Paul Pogba gagal menendang penalti dalam laga melawan Wolves, Gary nampak gerah sekaligus marah. Ia menganggap tingkah Pogba yang meminta untuk menendang penalti tersebut sangat memalukan. Saat itu memang terjadi sedikit perdebatan tentang siapa yang mengambil penalti antara Pogba dan Rashford. Gelandang asal Prancis tersebut yang kemudian mendapat kesempatan.
“Sebelum dia mengambil tendangan penalti itu, saya sudah marah. Mengapa Anda berpikir untuk mengambil penalti dari orang lain,” tutur Gary saat itu.
Marcus Rashford sendiri sudah meminta media untuk tidak membesar-besarkan masalah tersebut karena terpilihnya Pogba sebagai penendang juga berasal dari persetujuannya.
Sikap Gary kemudian berbeda ketika Rashford yang gagal menendang penalti saat melawan Crystal Palace enam hari berselang. Jika Pogba dikritik keras, maka Rashford nampak seperti dilindungi oleh kakak kandung Phil Neville tersebut.
“Rashford telah gagal dalam menendang penalti dan ini adalah momen yang buruk. Yang paling buruk sebenarnya bukan kegagalan penaltinya,, melainkan adalah hasilnya yaitu kalah di kandang dari Palace,” ujarnya kepada Sky Sports.
Komentar tersebut mengundang kemarahan dari para penggemar United. Gary dianggap pilih-pilih orang dalam melakukan pembelaan. Kalau ia bisa mengkritik keras Pogba, mengapa ia tidak melakukan hal serupa kepada Rashford? Begitu juga sebaliknya. Akun Twitter @Marek_Roter menyebut kalau saja yang mengambil penalti itu adalah Pogba, maka Gary akan mencabik-cabiknya melalui mulut pedasnya.
Akun Facebook Manchester United Fans juga tidak kalah keras menyerang Gary. Ia bahkan dengan berani menyebut kalau mantan kapten Setan Merah ini telah bertindak rasis dengan membeda-bedakan pandangan hanya karena kebangsaannya.
“Mengapa Anda tidak pernah berbicara soal pemainan buruk Lingard atau Rashford, Gary? Apakah karena mereka orang Inggris sehingga kamu tidak mau menyalahkan mereka dan memilih untuk menyalahkan Pogba! Rasisme bukan hanya tentang warna kulit, namun terkadang juga terkaitan kebangsaan seorang pemain!1” tuturnya dengan keras.
Kritikan Mata Terhadap Para Jurnalis
Bukan kali ini saja pemberitaan media kerap tidak berimbang kepada United. Masih ingat kasus ketika Jose Mourinho dicibir berbagai penjuru karena kakinya tidak sengaja masuk ke lapangan. Saat itu, Mou dianggap pelatih yang tidak mengerti peraturan.
Namun kesan berbeda akan muncul jika yang melakukan itu adalah Jurgen Klopp atau Pep Guardiola. Jika ada bagian tubuh mereka yang masuk ke dalam lapangan, maka media akan menyebut itu merupakan gairah mereka yang berapi-api terhadap timnya dan itu bukan menjadi sebuah masalah.
Ketika diwawancara oleh Telegraph beberapa waktu lalu, Juan Mata mengeluarkan kritik pedas bagi mereka yang kerap membuat berita yang tidak berimbang kepada United. Penggawa asal Spanyol ini menyebut kalau banyak berita yang sebenarnya berskala kecil, namun terkesan dibesar-besarkan karena yang mengalami hal itu adalah United.
“Kalian para wartawan selalu berbicara lebih banyak tentang United daripada klub lain, kan? Itu (bias media) adalah sesuatu yang saya sadari sejak pertama kali datang. Jika anda melihat pakar di TV, banyak sekali mantan pemain United. Bahkan jika itu adalah cerita kecil, maka dibuat menjadi besar karena itu adalah Manchester United.”
“Tingkat reaksi yang gila membuat Anda berpikir tentang bagaimana kita harus bersatu dengan para penggemar, klub, pemain karena Anda memiliki perasaan bahwa semua orang yang tidak mendukung United akan merasa bahagia jika United kalah. Itu adalah fakta,” tuturnya.
Meski terkesan kecewa dengan sikap media, namun pemilik dua gelar Euro dan satu Piala Dunia ini merasa kalau pemberitaan yang bias dan standar ganda, justru memperkuat persatuan dan kesatuan diantara para pemain untuk membuktikan diri lebih baik daripada yang tertulis di media.
“Banyak yang mendoakan kami bernasib buruk, tapi itu membuat kami semakin bersatu dan meningkatkan perasaan kalau kami akan kembali. Klub ini memang sangat istimewa. Anda tidak bisa sukses dengan hanya menjentikkan jari karena sukses butuh waktu. Jika Anda melakukan rutinitas dengan benar, berlatih dengan benar, dan saling menuntut satu sama lain, maka hal itu akan membuahkan hasil,” ujarnya.
Semoga saja Juan Mata dan rekan-rekannya mampu membawa United kembali meraih kesuksesan. Tidak hanya untuk mengembalikan tradisi klub sebagai penantang gelar juara, namun juga agar pemberitaan media tentang United tidak selalu diisi dengan hal-hal yang buruk.