Wartawan dari Sunday Times, Duncan Castles, telah mengklaim bahwa David de Gea ingin menandatangani perpanjangan kontrak di musim lalu. Sontak hal ini pun mengejutkan suporter Manchester United jika memang pernyataannya itu benar.
Di sisi lain, pemain asal Spanyol tersebut saat ini sedang berada di dalam kebuntuan negosiasi dengan Manchester United soal perpanjangan masa baktinya di Old Trafford. Dengan hanya dua tahun saja yang tersisa pada kontraknya saat ini, De Gea dinilai bisa saja pergi jika kesepakatan perpanjangan kontrak baru tidak segera dilakukan.
Bahkan sebenarnya, kontraknya itu akan berakhir di musim panas ini sampai klausul perpanjangan satu tahun disetujui untuk diaktifkan terlebih dahulu oleh United. Kemungkinan besar klausul tersebut bisa diaktifkan, mengingat De Gea jelas merupakan pemain terbaik United yang sudah tidak terbantahkan lagi telah banyak berkontribusi besar bagi pasukan Setan Merah.
Bagaimanapun, De Gea merupakan pemain yang harus mendapat kontrak baru dari United. Dikutip Daily Star, buntunya negosiasi perpanjangan kontrak adalah karena De Gea ingin mendapatkan bayaran yang sama dengan Alexis Sanchez, yang saat ini digaji paling tinggi. Menyikapi hal tersebut, Duncan Castles pun lalu berpendapat jika CEO Ed Woodward sengaja membiarkan kontrak kipernya itu memasuki masa tenggat meski sang pemain menginginkan pembaharuan kontrak.
“Dalam kasus De Gea, sebenarnya sang pemain ingin menandatangani kontrak baru di Manchester United di musim lalu. Dia terbuka untuk itu, dan secara aktif meminta United untuk memperpanjang kontraknya dengan persyaratan yang dia inginkan. Tapi, Ed Woodward tidak ingin terlibat dengan kemauannya itu,” tutur Duncan Castles.
“Jadi, dia (Ed Woodward) memiliki kesempatan untuk membuat De Gea di klub masuk ke dalam jangka panjangnya, dengan bayaran yang lebih sedikit daripada biaya yang harus dikeluarkan untuk mempertahankannya sekarang. Dia sengaja membiarkan kontrak De Gea memasuki masa tenggatnya.”
“Dan seperti yang telah dia (Ed Woodward) lakukan selama ini, itu tidak berarti hanya kontrak David De Gea yang sedang kita bicarakan, dia juga melakukannya dengan pemain lain, yang memungkinkan kontrak berjalan sampai kadang-kadang ke dalam opsi satu tahun terakhir, sebelum akhirnya bernegosiasi untuk kontrak jangka panjang.”
Maka, jika benar apa yang dikatakan Duncan Castles, wajar rasanya mengapa banyak pemain United di musim ini memiliki situasi kontrak yang sama. Mereka sama-sama memiliki kontrak yang masuk ke masa akhir tenggatnya. Castle pun mengklaim bahwa cara seperti ini merupakan strategi apik yang kerap diterapkan United kepada para pemainnya dalam beberapa musim terakhir.
“Jadi ini semua adalah strategi United yang saya anggap sebagai strategi penurunan upah. Kalkulasinya adalah seperti ini; ‘mereka bisa saja membayar De Gea dengan mahal jika mereka memberinya kontrak yang sedini mungkin, tapi itu akan menghabiskan biaya mereka selama dua tahun ke depan’,” pungkas Castles.
“’Akhirnya, mereka harus menunggu hingga tahun terakhir kontrak, lalu memberinya kesepakatan baru di sana dan kemudian mereka bisamenghemat uang’. Namun, strategi ini tampaknya kesulitan ketika diterapkan sekarang.”
Yang jelas, Ed Woodward merasa dibenarkan dengan keputusannya untuk mengizinkan beberapa kontrak para pemain klub sengaja dibiarkan masuk ke tahun-tahun terakhirnya. CEU United tersebut jelas merasa seolah-olah daya tarik pemain-pemain United untuk terus bermain di Old Trafford bisa dipaksa dengan memperbarui kontrak mereka secara terlambat dan dengan biaya yang lebih rendah.
Kendati memang strategi seperti itu mungkin bekerja pada kesempatan tertentu. Tapi tetap saja hal seperti ini jelas bukan solusi jangka panjang karena permainan era modern saat ini sering memperlihatkan pemain sebuah klub lebih bersedia untuk pergi secara gratis daripada memperpanjang kontrak baru. Contoh yang paling baru bisa dilihat dari Aaron Ramsey, yang rela meninggalkan Arsenal secara gratis demi pindah ke Juventus di musim panas ini.
Sumber: The Peoples Person, Daily Star