Paul Pogba sempat memberikan harapan besar kalau ia layak dibeli mahal oleh Manchester United. Setidaknya itu yang ia tampilkan ketika Ole Gunnar Solskjaer pertama kali menangani tim. Mantan pemain Juventus ini seolah tidak tersentuh dan beberapa kali menjadi bintang kemenangan tim.
Gol demi gol, asis demi asis, dan peluang demi peluang ia kreasikan setidaknya sampai bulan kedua tahun 2019. Namun memasuki bulan ketiga, permainan Pogba mendadak anjlok. Seolah menjadi sebuah siklus, penampilan Pogba kembali seperti bermain di era Mourinho. Miskin kreasi, dan tidak tahu mau bermain seperti apa. Memang, kita tidak bisa menyalahkan Pogba saja. Namun harapan penggemar United kepada si nomor enam cukup besar karena klub tidak mengeluarkan uang sedikit untuk membawanya pulang.
Sejak Real Madrid menjadikannya target incaran, Pogba kini kembali menjadi sasaran pundit. Penampilannya semakin lama semakin memburuk. Yang terbaru tentu saja ketika United kalah telak dari Everton. Ia lagi-lagi mengecewakan orang yang menaruh harapan tinggi kepadanya. Oleh Manchester Evening News ia hanya diberi nilai satu menunjukkan betapa buruknya Pogba pada hari itu.
Gary Neville merupakan salah satu pundit yang paling lantang bersuara soal Pogba. Jika Mourinho menyebutnya sebagai yang mulia, meski belum tentu benar, maka Neville mengindentifikasikan pemain ini sebagai salah satu benalu yang harus dicabut.
Mantan bek kanan United ini meminta kepada Pogba untuk membuat keputusan tentang masa depannya dengan cepat. Apakah dia ingin bertahan dan serius bersama United atau pindah ke salah satu diantara Barcelona dan Real Madrid yang menjadi peminat terbesarnya. Meski begitu, Gary sebenarnya masih menginginkan Pogba bertahan di Manchester dengan catatan ia bisa tampil serius dan bertingkah layaknya seorang leader. Kriteria pemain yang sedang dibutuhkan United saat ini.
“Dia adalah pemimpin. Dia anak baik. Manchester United sekarang berada di hutan belantara. Kapan United bisa sukses lagi? Ketika saya mengenang kembali ke pertengahan 80-an, ada Bryan Robson yang membawa United berjuang melewati hutan belantara. Dia memutuskan tetap bersama United sampai akhirnya ia meraih gelar Premier League di awal 90-an.”
“Pogba punya kemampuan untuk membawa United keluar dari hutan. Saya yakin Anda dapat membangun tim di sekelilingnya. Yang harus ia putuskan adalah apakah ia ingin membawa United ke puncak lagi. Ia punya kemampuan untuk melakukannya karena yang berkelas dunia hanya dirinya saja.”
“Satu hal yang menjadi masalah adalah agennya. Dalam hal ini, dia harus memberi kejelasan kepada klub. Lakukan dengan cepat agar Pogba bisa fokus melanjutkan kariernya dengan cepat di klub ini,” kata Gary kepada Sky Sports.
Pendapat berbeda diungkapkan oleh Jamie Carragher, orang yang kerap berseteru dengan Gary Neville dalam dinginnya studio Sky Sports. Jika Gary menganggap Pogba bisa menjadi pemimpin seperti Bryan Robson, maka Jamie menyebut Pogba sudah tidak pantas lagi disebut pemain kelas dunia apalagi disejajarkan dengan legenda klub sehebat Robson.
“Saya tidak setuju jika dia dibandingkan dengan Bryan Robson. Ketika berbicara Pogba, maka yang saya pikirkan adalah gelandang tengah dan ketika Anda memikirkan gelandang tengah maka ada beberapa pemain hebat seperti Bryan Robson, Roy Keane, Yaya Toure, dan Steven Gerrard. Orang-orang seperti itu yang mengendarai masing-masing klubnya.”
“Masalah saya dengan Pogba adalah dia bukan pemain kelas dunia. Kadang dia dapat nilai sembilan lalu menjadi empat. Bryan Robson bisa mendapatkan tujuh atau delapan dari sepuluh setiap minggu dan bahkan lebih baik.”
“Tidak ada yang diharapkan dari Pogba. Saya tidak berpikir Anda bisa membangun tim di sekelilingnya karena dia terkadang bermain sangat buruk. Pemain yang Anda inginkan bisa membangun tim adalah pemain-pemain seperti yang saya sebut sebelumnya,” tutur mantan penggawal Liverpool tersebut.
Sorotan terhadap Paul Pogba tentu tidak akan berhenti sampai di sini. Laga melawan Manchester City tengah pekan nanti menjadi pembuktian apakah Pogba bisa bermain seperti yang diharapkan Gary Neville yaitu menjadi Bryan Robson generasi baru yang bisa membawa United setidaknya menemukan jalan baru berupa kemenangan meski belum bisa keluar dari hutan belantara.
Namun yang pasti, mayoritas para penggemar United sepertinya sudah pasrah melihat performa Pogba. Jika United ingin menjualnya ya silahkan saja asal dapat pengganti yang jauh lebih baik dan bermain sepenuh hati seperti kata orang-orang. Jika klub ingin tetap menyimpannya, maka manajemen harus mendukung apa yang diinginkan pelatih yaitu memberikan pemain yang bisa membuat Pogba bermain dengan nyaman.