Ralf Rangnick bilang kalau tujuan utamanya bersama Manchester United adalah meraih kemenangan. Akan tetapi, ia ingin United memainkan gaya main yang ia harapkan.

The Red Devils cuma menang 1-0 atas juru kunci, Norwich City, pada Minggu (12/12) dini hari WIB. Sebelum laga tersebut, catatan kebobolan Norwich adalah yang terburuk di Premier League dengan bobol 31 kali. Di atas kertas, United harusnya bisa menang besar, dong?

Namun, yang terjadi justru tak sesuai ekspektasi. Penguasaan bola United hanya berkisar 53 persen. United, hanya melepaskan attemps sebanyak 13 kali, berbanding 11 kali milik Norwich.

Soal ini, Rangnick pun menyatakan kalau laga vs Norwich berbeda jauh dengan pertandingan menghadapi Crystal Palace.

“Norwich menampilkan penampilan yang berani, sangat proaktif, dan agresif layaknya mereka bermain seperti kami bermain melawan Palace,” terang Rangnick.

“Masih menjadi pertanyaan tentang bagaimana kami menghadapi dengan sepakbola yang dimainkan tim lain. Di bagian permainan, kami punya masalah dengan sepakbola macam ini.”

“Aku berharap kami lebih fisikal, keinginan untuk memenangi duel satu-lawan-satu dan kami harusnya melakukan lebih baik di beberapa bagian pertandingan.”

Meski demikian, Rangnick memuji dua gelandang bertahan United, termasuk David De Gea. Ia menyebut mereka tampil dengan sangat baik.

“Fred dan Scott McTominay memainkan level yang tinggi. Bek tengah dan dua fulbek juga bagus. Secara penyerangan, kami punya gerakan bagus tapi tak selalu menemukan solusi terbaik di babak pertama,” ucap Rangnick.

Menurut Rangnick, lini serang United tidak bermain dengan intensitas yang sama seperti menghadapi Palace. Namun, ini terjadi sebagai akibat dari gaya main Norwich yang berbeda.

Alasan Rangnick Turunkan Lapis Kedua

Di pertandingan terakhir babak grup Liga Champions menghadapi Young Boys, Rangnick memilih menurunkan pemain lapis kedua. Pemain seperti David De Gea dan Cristiano Ronaldo bahkan tidak ada dalam daftar pemain yang dibawa.

Rangnick bilang kalau itu adalah kesempatan bagi para pemain pelapis untuk unjuk gigi dan mendapatkan menit bermain. Soalnya, banyak dari mereka yang sudah cukup lama tak bermain. Di saat yang sama, para pemain utama diistirahatkan dan lebih difokuskan untuk berlatih.

Para pemain muda yang dibawa Rangnick sebenarnya bermain juga di liga U-23 dan U-19. Menjadi sulit karena di hari yang sama mereka harusnya bertanding. Namun, Rangnick merasa telah melakukan hal yang tepat karena itu juga bagus buat para pemain muda untuk tampil di tim utama. Sementara para pemain utama, menyiapkan dirinya untuk laga melawan Crystal Palace.

Rangnick sendiri menilai kalau akademi itu penting bagi United. Untuk itu, ia berusaha untuk tak ketinggalan menyaksikan para pemain akademi yang berlaga di liga. Nantinya, dua atau tiga pemain akan dipromosikan ke tim utama.

“Ya, akademi itu sangatlah penting, terutama di Inggris. Kalau Anda melihat jumlah pemain yang telah berkembang di 10 tahun terakhir, Inggris mungin ada di top two atau top three di Eropa dalam mengembangkan pemain muda yang top dan bertalenta,” terang Rangnick.

Saat ini, Rangnick sudah punya Jadon Sancho, Mason Greenwod, dan Marcus Rashford di tim utama. Ia pun memastikan kalau di masa depan, United punya dua sampai tiga pemain bagus dari akademi yang layak main di tim utama, setiap tahunnya.

Gaya Main Menyerang

Rangnick ingin United bermain lebih progresif dengan umpan-umpan ke depan. Secara kualitas, Rangnick melihat kalau di tempat latihan, para pemain bisa dan mampu bermain tajam dengan umpan mendatar di antara mereka.

“Dan mereka secara teknik mampu,” kata Rangnick.

“Ini lebih ke soal kapan dan di mana mereka mengumpan bola ke depan. Buatku, kami masih terlalu sering bermain aman dan mengumpan ke belakang,” terang Rangnick.

Buat mantan pelatih RB Leipzig tersebut, sebisa mungkin para pemain bermain vertikal. Apalagi, United punya pemain bagus di depan yang cepat dan bisa menahan bola, macam Cristiano Ronaldo dan Marcus Rashford. Jadi, ini bukan soal kemampuan teknik para pemain, melainkan mengubah cara pandang para pemain untuk terus main menyerang.

“Dan ini adalah sesuatu yang aku coba untuk ubah.”

Rangnick sebenarnya tak terkejut dengan gaya main Norwich. Soalnya, mereka dilatih oleh Dean Smith, mantan pelatih Aston Villa. Bersama Smith, Villa berhasil promosi musim 2018/2019, bertahan di 2019/2020, dan mencapai peringkat ke-11 di musim 2020/2021.

Di bawah Smith, Norwich main empat kali dengan hasil dua seri dan sekali menang. Perubahan pada Norwich ada pada gaya main mereka yang lebih vertikal dengan sepakbola yang langsung menyerang.

Perubahan gaya main yang lebih menyerang jadi salah satu tujuan Rangnick di United. Soalnya, mereka sudah terpapar gaya main yang tak jelas bentukannya selama beberapa tahun terakhir ini.

Sumber: Manutd.com (1), (2)