Foto: Football Espana

Ketika Manchester United mengumumkan kedatangan Raphaël Varane musim panas lalu, rasanya seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Sepakbola selalu didorong oleh imajinasi, dan suporter adalah kumpulan orang yang paling imajinatif. Dan saat ini mereka terus membayangkan seperti apa nasib klubnya di masa depan, dan bursa transfer selalu jadi momen puncaknya.

Selama bertahun-tahun, Varane telah menjadi nama yang diimpikan oleh para suporter Setan Merah bahwa suatu hari nanti ia akan menjadi pemain United. Tahun lalu, mimpi itu menjadi kenyataan. Namun terkadang, ketika mimpi terwujud menjadi kenyataan, ada proses untuk sebuah penyesuaian.

Kedatangan Varane memberi Manchester United apa yang mungkin dideskripsikan sebagai pemain bertahan yang tidak sesuai ekspektasi. Kedatangannya melonggarkan apa yang sudah longgar pada struktur pertahanan tim. Padahal sebelumnya banyak yang percaya bahwa Varane akan menopang segalanya di lini belakang Setan Merah.

Sayangnya, sepakbola tidak sesederhana asumsi barusan. Sementara di beberapa pertandingan, terutama pada debutnya melawan Wolves, ia memang sempat menjadi Man of the Match. Di sana ia hampir sendirian mempertahankan separuh lapangan dari ancaman Adama Traoré. Varane mampu melakukannya dengan baik, tapi sayang, itu tidak bisa berlanjut.

Kurangnya struktur, ditambah dengan masalah kebugaran yang sering drop, membuat Varane tampak kesulitan di musim pertamanya di Old Trafford. Kebugaran dan penampilan yang ditunjukkan rekan-rekan beknya juga tidak membantu ia dalam usahanya untuk menyesuaikan diri. Secara keseluruhan, situasi pertahanan United memang sangat kacau balau.

Lingkungan seperti United ini bukanlah lingkungan di mana pesepakbola dapat berkembang. Karena pemain membutuhkan dukungan dari rekan satu tim mereka, dan ini adalah dasar pondasi yang membuat tim menjadi hebat. Dalam podcastnya, Vibe with Five, Rio Ferdinand mengkritisi hal ini. Ia berbicara tentang seorang bek tengah yang sering disamakan dengannya, ya siapa lagi kalau bukan Varane.

“Dia (Varane) pergi dari satu tim besar yang memberinya penghargaan di level atas ke tim yang sedang kacau balau. Semua pemain bermain secara maksimal secara konsisten di klubnya yang dulu, dan dia masuk ke situasi terbalik secara mutlak. Di mana timnya saat ini (United) tidak memiliki fungsionalitas, kepercayaan diri, dan panduan. Tidak ada struktur di sekitarnya,” tutur Rio Ferdinand.

“Dia (Varane) masuk ke sebuah skenario asing di mana dia harus bermain dengan cara yang aneh. Saya belum pernah melihat ini sejak saya berada di tim akademi. Untuk beralih dari taktik dan budaya kelas dunia seperti di Real Madrid, harus ada standar yang selevel untuk membuatnya membaik di Manchester United. Jadi perlu ada perubahan yang sangat besar.”

Rio Ferdinand sangat kuat dalam membedakan antara keadaan kedua klub Raphael Varane yakni Manchester United dan Real Madrid. Tidak hanya soal perkara di atas lapangan, tetapi dalam cara kedua klub itu beroperasi di luar lapangan. Mantan bek timnas Inggris tersebut lalu menyoroti seberapa jauh United tertinggal dari Madrid.

Ditambah lagi Los Blancos baru saja memenangkan gelar ganda La Liga dan Liga Champions. Sementara Setan Merah hanya mampu kembali bermain di Europa League. Tentang penampilan Varane sendiri, Ferdinand berkomentar bahwa bek tengah Prancis itu mungkin kaget dan berkata dalam hati, ‘Wow, klub macam apa ini?

“Dia (Varane) bukan pemain yang United harapkan ketika dia datang ke sini. Dia sudah memberi tahu Anda itu dari penampilannya. Karena dia tidak bisa bermain sebagus sebelumnya jika sistem yang ada seperti apa yang kita lihat di United. Saya pikir dia akan berkata, ‘saya harus naik level tahun depan, saya butuh bantuan, dan saya butuh rekan satu tim yang baik’,” tambah Ferdinand.

Memang benar bahwa, seperti kebanyakan pesepakbola tingkat elit, Raphael Varane pasti merasakan ada perbedaan dari cara bermainnya sendiri. Ia akan melihat apa yang perlu ditingkatkan dengan cermat, dan itu tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi untuk unit pertahanan secara keseluruhan.

Sebelum bergabung dengan skuat Manchester United musim panas lalu, ia sempat meminta rekaman kepada manajer sehingga ia bisa menganalisis secara pribadi. Ia sudah mencoba memahami skema pertahanan tim barunya. Dan hasilnya, kita semua tahu, bahwa sistem pertahanan United memang sedang tidak baik-baik saja.