Pengalaman baru, entah yang menyenangkan atau menyebalkan, biasanya menciptakan suasana tersendiri bagi sebagian besar orang. Tak terkecuali bagi para manajer yang baru merintis karir di Premier League. Mereka pasti merasakan satu hal yang sama, yakni “keluhan tentang jadwal padat.”
Termasuk manajer Manchester United Erik ten Hag yang baru-baru ini mengklaim kalau timnya memiliki “jadwal terburuk di Premier League” musim ini. Walaupun di satu sisi ia tidak menggunakan persoalan ini sebagai alasan dari hasil seri United vs Tottenham Hotspur.
Hanya empat hari setelah pasukan Setan Merah bermain 120 menit + babak penalti untuk mengalahkan Brighton di semifinal Piala FA, mereka harus kembali berlaga melawan Spurs. Di laga tersebut, mereka sempat memimpin 2-0 berkat gol babak pertama Jadon Sancho dan Marcus Rashford.
Namun keunggulan itu sirna saat gol dari Pedro Porro dan Heung-Min Son menyamakan kedudukan. Skor 2-2 pun bertahan hingga peluit akhir dibunyikan. Menyikapi hasil seri ini, Ten Hag merasa ada hal yang tak mungkin diabaikan untuk dinilai sebagai sebabnya, yakni jadwal yang padat.
“Kami saat ini memiliki jadwal terburuk di Premier League, dan itu semua tidak akan berubah sampai akhir musim. Tapi tak perlu dipikirkan, karena saya harus menerima itu. Anda tidak bisa menggunakan itu sebagai alasan. Waktunya masih ada untuk bisa pulih,” ungkap Ten Hag dikutip dari Sky Sports.
“Sejauh ini pemain kami dituntut untuk selalu siap. Namun hari ini mereka belum siap. Kami pikir 90 persen sudah cukup, itu sebabnya kami bisa mengungguli terlebih dulu. Dan ketika Anda tidak melakukan pekerjaan Anda dalam mempertahankan keunggulan, Anda pasti kebobolan.”
“Setelah babak pertama, kami tampak menunjukkan perbedaan. Kami kehilangan kendali. Kemudian kami harus berjuang. Ya, ketika Anda kalah dalam pertarungan, pasti sebab umumnya adalah Anda tidak memiliki penguasaan bola dan tidak memiliki peluang. Itulah yang terjadi pada kami. Maka Anda harus puas dan ambil poinnya.”
Sekali lagi, meskipun sedikit mengeluh soal jadwal padat, namun Ten Hag tidak membahasnya lebih lanjut. Karena bagi manajer asal Belanda itu, timnya harus siap 100 persen dan tak boleh ada alasan apapun. Karena tujuan dari kesiapan tersebut adalah untuk meraih kemenangan dan hasil positif.
“Tim ini sudah dipaksa harus siap 100 persen. Anda harus membawa prinsip ini setiap saat. Saya tahu mereka bukan robot dan ini adalah jadwal yang sulit. Tapi Anda tidak bisa menjadikannya alasan saat Anda bermain untuk Manchester United dan mengenakan jersey ini,” tegas Ten Hag.
“Anda harus memberikan 100 persen kemampuan di setiap kesempatan dan setiap pertandingan. Dan sebagai sebuah tim, Anda harus mengatur permainan, mendapatkan kemenangan, dan itu membuat semua orang senang serta puas.”
“Tapi jangan lupa pondasi dasarnya, yaitu Anda harus selalu memberikan segalanya tanpa merasa terbebani. Dan begitulah cara Anda harus mempersiapkan diri sebagai pemain. Anda wajib siap untuk pertandingan, untuk pertarungan, dan untuk meraih kemenangan.”
Di satu sisi, Erik ten Hag hanya mengeluh soal rencananya yang gagal. Dimana ia sempat mempertahankan pergantian pemain saat United unggul 2-1. Tujuannya adalah untuk menjaga keunggulan mereka dari Spurs. Tapi ketika pemain seperti Anthony Martial, Fred, Wout Weghorst dan Tyrell Malacia masuk, semua rencana tersebut malah gagal.
“Saya sudah menyiapkan pemain pengganti sebelum 2-1, Anda bisa melihat gol itu datang. Saya kemudian memasukkan Fred yang memiliki energi dan yang bisa memenangkan bola. Lalu membawa Martial, Weghorst dan Malacia masuk. Sayangnya kami malah kebobolan untuk kedua kalinya,” pungkas Ten Hag.