Manchester United sudah berada di jalan yang benar. Setidaknya itu yang diungkapkan oleh Gary Neville beberapa waktu lalu. Bek kanan legendaris United ini menyebut kalau mantan timnya ini sudah melakukan beberapa hal yang tepat seperti merekrut pemain dengan tidak lagi asal-asalan, dan mempercayakan tulang punggung tim ini kepada pemain muda.
Ia kemudian menyebut kalau ada beberapa elemen kecil saja untuk mengembalikan United ke arah yang lebih baik seperti keberadaan pemain-pemain yang memiliki pengaruh, meningkatkan kualitas permainan mereka, serta kepercayaan terhadap proses sekaligus kepada Ole Gunnar Solskjaer sebagai juru racik. Meski performa mereka masih naik turun namun ia menyebut kalau United sudah melangkah dengan tepat.
Akan tetapi, pendapat Gary berbeda dengan apa yang terucap dari mulut Paul Scholes. Jika Gary berusaha untuk bersikap optimis, maka Paul merasa kalau klub ini masih melakukan beberapa kesalahan. Setidaknya ada dua kesalahan yang menjadi perhatian penuh pemain yang akrab dengan tendangan jarak jauhnya ini.
Kesalahan pertama yang menjadi perhatian Scholes adalah keberanian MU yang begitu percaya kepada duet Rashford-Martial alih-alih mencari striker baru. Seperti yang sudah diketahui bersama, United memutuskan untuk melepas Romelu Lukaku, top skor mereka di sektor penyerang, demi mengakomodasi peran dua pemain muda ini.
“United sudah tahu kalau mereka akan menjual Lukaku, tetapi tidak memiliki penyerang tengah bagi saya adalah sebuah kesalahan. Untuk memasuki musim tanpa penyerang tengah, apalagi untuk klub yang dikenal dengan gaya main menyerang dan pernah memiliki empat penyerang tengah hebat pada masa jayanya, lalu datang hanya dengan menggunakan Rashford dan Martial yang Anda tidak yakin apa posisi mereka berdua? Saya tidak yakin mereka bisa berhasil,” tutur Scholes seperti dikutip TalkSPORT.
Martial dan Rashford lebih disukai oleh Solskjaer karena dianggap sesuai dengan gaya permainan United. Namun Scholes merasa kalau dua pemain ini tidak bisa diandalkan menjadi pencetak gol karena posisi mereka yang sama-sama kerap melebar ke sisi sayap sebelah kiri. Meski dua pemain ini sudah mencetak lima dari delapan gol yang dibuat, namun Scholes tetap tidak yakin kedua pemain ini jago bermain sebagai striker ulung di kotak penalti.
“Sulit untuk mengatakan (mereka bisa). Saya tidak tahu posisi Rashford itu apa. Namun saya melihatnya lebih baik bermain sebagai pemain sayap di sebelah kiri. Awalnya, saya melihat Rashford sebagai striker murni. Tapi sekarang saya tidak melihat ketenangannya yang membuktikan kalau dia layak ada di posisi tu. Permainan terbaiknya justru hadir dari sisi kiri. Sama dengan Martial,” ujarnya.
Lini depan United memang menjadi perhatian besar karena mereka sebenarnya masuk dalam jajaran tim yang cukup aktif mengancam gawang lawan. Dari lima laga Premier League yang sudah dilakoni, mereka melepaskan 73 tembakan. Namun hanya ada delapan gol saja yang tercipta.
United Terlalu Sayang dengan Paul Pogba
Kesalahan kedua yang menjadi perhatian Scholes adalah keputusan United yang masih menyimpan Paul Pogba. Gelandang asal Prancis ini sempat menghebohkan banyak kalangan karena ucapannya pada musim panas lalu. Saat itu, ia menyebut kalau dia butuh tantangan baru. Ucapan yang membuat penggemar United murka.
Namun alih-alih menjualnya, United justru tetap mempertahankannya. Bahkan dalam beberapa hari terakhir, mereka sedang mempersiapkan kontrak baru kepada gelandang asal Prancis ini. Sebuah keputusan yang cukup dipertanyakan oleh Solskjaer karena Pogba pun dianggap tidak terlalu istimewa selama tiga musim membela United.
“Sudah jelas-jelas Pogba ingin meninggalkan klub. Dia sudah mengincar tempat bermain di Real Madrid. Jika United memintanya untuk tinggal selama satu tahun (musim ini) maka kita akan lihat apa yang terjadi. Namun saya menjamin kalau United tidak rugi jika dia pergi dari klub ini.”
“Tiga tahun ia memperkuat klub ini, saya belum melihat bagusnya penampilan dia. Saya yakin kalau ada banyak pemain di sana yang bisa masuk dan melakukan pekerjaan dengan baik,” ujar Scholes.
Mantan pemain Juventus ini merupakan salah satu pemain favorit Solskjaer sehingga ia masih dipertahankan. Sejak musim lalu, Solskjaer seringkali mengungkapkan kalau Pogba akan menjadi pilar utama serangan United di era kepelatihannya. Namun alih-alih memberikannya kebebasan, Pogba justru dijadikan poros ganda dalam formasi 4-3-3 yang membuatnya bermain lebih ke dalam dibanding setengah musim pertama kepelatihan Solskjaer. Hal ini yang membuat penampilannya belum optimal sejauh ini.