Foto: D'Marge

Beberapa waktu yang lalu, David Beckham sempat ditanya “apakah ia akan mempertimbangkan dirinya untuk menjadi manajer Manchester United di masa depan?” seperti yang sekarang dilakukan Ole Gunnar Solskjaer. Pertanyaan ini muncul karena Beckham sampai saat ini sudah melakukan banyak hal di sepakbola, termasuk kegiatan-kegiatan yang sedang ia lakukan di Amerika baru-baru ini.

Di sisi lain, mantan pesepakbola asal Inggris itu adalah jebolan Class of 92 yang paling terkenal diantara pemain lain. Kariernya juga begitu gemilang, dan ia pernah mewakili beberapa klub besar di Eropa seperti Real Madrid, AC Milan dan Paris Saint-Germain setelah pergi dari Old Trafford. Sekarang, ia menjadi bagian dari para elit yang mendirikan klub MLS baru di Miami.

Namun, terlepas dari banyak komitmen bisnisnya itu, Beckham ternyata telah mengungkapkan bahwa ia akan mengambil peran lebih aktif dalam sepakbola. Tapi, perannya itu bukanlah sebagai manajer sepakbola. Ini terlihat sedikit mengejutkan, apalagi mengingat bahwa sebenarnya potensi Beckham sangat mampu untuk menjadi seorang manajer.

Di satu sisi, rekan-rekan setimnya yang lahir dari Class of 92 juga sudah mencoba sebuah destinasi karier mainstream bagi para mantan pesepakbola tersebut. Ryan Giggs misalnya, saat ini ia adalah manajer Wales, atau Phil Neville, yang sekarang melatih timnas perempuan Inggris. Pun dengan Nicky Butt, yang sekarang menjadi kepala Developement Team di United.

Tapi sekali lagi, ternyata David Beckham memang tidak tertarik dengan destinasi karier tersebut. Ia mengatakan bahwa ia lebih tertarik untuk melatih anak-anak  dan lebih memilih mengabdi untuk sepakbola di ranah lain (bukan melatih sebuah klub). Menurutnya, manajer adalah sebuah profesi yang sangat tidak dikuasainya, dan ia lebih suka bermain ketimbang melatih.

“Profesi manajer tidak pernah membuat saya tertarik. Saya selalu menikmati melatih anak-anak (mengabdi di bidang sepakbola), tetapi saya tidak pernah memiliki cita-cita untuk menjadi manajer. Saya pikir, profesi itu memang bagus untuk pemain lain, karena mereka memiliki pengalaman, dan itu bisa bagus untuk sebuah klub,” pungkas David Beckham dikutip dari GQ.

“Namun bagi saya pribadi, saya tidak pernah merasa bahwa profesi itu (manajer) adalah sesuatu yang akan saya kuasai. Saya yakin saya akan menikmatinya, dan saya yakin saya akan tumbuh menjadi sosok yang profesional dengan peran itu atau pada akhirnya menjadi yang terbaik dalam profesi itu, tetapi, jujur ​​saja, saya lebih suka bermain ketimbang melatih.”

“Sekarang, saya jauh lebih tertarik memiliki tim atau menjalankan bisnis saya. Mungkin memang ada sebuah pekerjaan yang tepat akan muncul di masa depan, dan mungkin saja itu sesuatu yang berbeda dari yang saya harapkan. Ya, mungkin saja, siapa yang tahu?”

Sementara itu, ketika menerka-nerka jenis pekerjaan apa yang akan diambil, David Beckham hanya mengungkapkan bahwa ia dicap sebagai manajer potensial timnas Inggris, tapi itu di masa lalu. Karena sekarang, label itu sudah tidak ada lagi, dan ia juga sudah menikmati hal baru yang jauh lebih berbeda dari apa yang banyak orang harapkan dulu.

“Saya ingat ketika saya datang menjelang akhir karier saya di timnas Inggris dan kami baru saja tersingkir dari Piala Dunia, seseorang dari FA mengatakan kepada saya agar saya bisa mulai pensiun dan melatih timnas. Jadi waktu itu, saya pikir beberapa orang di FA melihat saya mungkin sebagai manajer Inggris di masa depan, hanya karena mungkin saya memiliki karir yang sukses menjadi kapten Inggris,” ujar Beckham.

Dengan redaksi pertanyaan yang sama (dengan objek yang berbeda), ketika ditanya apakah ia pernah berambisi menjadi manajer Manchester United, suami dari Victoria Beckham itu menjawabnya dengan mengatakan bahwa ia sama sekali tidak pernah memiliki ambisi tersebut. Sebaliknya, ia justru lebih tertarik untuk menerima tawaran bekerja sebagai manajer Three Lion ketimbang Setan Merah.

“Ambisi untuk menjadi manajer United? Tidak, saya tidak pernah sama sekali punya ambisi itu. Tapi, jika seseorang berbalik bertanya kepada saya dan berkata, ‘bila saya ditawari pekerjaan sebagai manajer Inggris, apakah saya akan menerimanya?’, jawabannya akan berbeda dari pertanyaan sebelumnya,” ungkapnya.

“Maksud saya, tentu saja saya akan memikirkannya lebih dari tawaran sebelumnya (sebagai manajer United), karena saya orang Inggris yang bersemangat, dan saya bersemangat tentang tim nasional saya, akan tetapi masalahnya, apakah saya akan bekerja dengan baik dalam pekerjaan saya ini?”

“Profesi ini adalah pekerjaan impian, tetapi Gareth Southgate lebih cocok dan tepat untuk profesi itu sekarang. Anda juga tahu dia sedang melakukan pekerjaan itu dan menghasilkan penampilan yang paling luar biasa beberapa waktu kebelakang. Dia membawa energi dan kegembiraan kembali ke dalam permainan, dan para suporter, termasuk saya sendiri, menikmati semua itu.”

Sumber: Manchester Evening News, GQ Magazine