Akhir pekan kemarin menjadi hari yang bersejarah bagi kesebelasan perempuan Manchester United. Pada Sabtu (7/9), mereka menjalani debutnya dalam kompetisi FA Women’s Super League (WSL), kompetisi tertinggi bagi sepakbola perempuan Inggris.

Akan tetapi, United mengawali kompetisi dengan hasil yang kurang bagus. Menghadapi Manchester City, mereka takluk dengan skor tipis 1-0 akibat gol jarak jauh Caroline Weir. Penampilan United sebenarnya tidak terlalu buruk. Mereka mendominasi serangan dan beberapa kali sukses merepotkan lini belakang City.

Sejak didirikan pada 28 Mei 2018 lalu, perkembangan tim perempuan United melampaui ekspektasi banyak orang. Mereka tidak sekadar langsung mendapatkan tiket promosi, melainkan juga menjadi juara kompetisi, unggul sembilan poin dari Tottenham, membuat 98 gol, dan yang paling menakjubkan adalah gawang United hanya kebobolan 7 gol saja.

Namun debut skuad kesebelasan asuhan Casey Stoney ini tidak akan mudah. Pasalnya, mereka langsung dihadapkan dengan tiga lawan berat dalam tiga pertandingan awal. Setelah menghadapi City, United akan menjamu juara bertahan, Arsenal, sembilan hari kemudian. Disusul kemudian oleh pertandingan melawan Liverpool. Tentu ini menjadi tantangan sekaligus tekanan baru bagi Stoney dan timnya.

“Tekanan sudah pasti bertambah di level atas. Tetapi tekanan itu datang diiringi dengan harapan kalau Anda harus menang karena Anda Manchester United. Tapi kami juga paham kalau perjalanan tim ini masih panjang. Musim lalu kami menunjukkan kalau kami bisa bersaing di WSL tetapi lawan yang akan kami hadapi sekarang membuat kami harus memperkuat persiapan kami minggu demi minggu,” tuturnya kepada Manchester Evening News.

“City telah menjadi tim luar biasa selama tiga sampai empat tahun dan secara konsisten memenangi trofi dan finis dua besar. Tekanan lainnya adalah kami akan bermain di Etihad dengan kerumunan besar, tetapi para pemain tahu kalau kami memiliki pemain yang hebat.”

Perombakan pemain sudah dilakukan mantan pemain timnas perempuan Inggris ini. Nama-nama seperti Charlie Devlin, Naomi Hartley, Lucy Roberts, dan Ebony Salmon, dilepas. Yang menarik, mereka juga melepas bintang mereka, Alex Greenwood. Bek kiri andalan United ini hijrah ke Lyon demi karier sepakbola yang jauh lebih baik.

Kehilangan Greenwood tak lantas membuat United kekurangan pemain bintang. Sebaliknya, mereka mendatangkan bintang muda Belanda, Jackie Groenen. Groenen adalah pemain yang menjadi pahlawan Belanda pada semifinal Piala Dunia Perempuan pertengahan 2019 lalu. Selain itu, ada pula Abbie McMnanus, Mary Earps, Jane Ross, Hayley Ladd, serta yang terbaru Lotta Okvist. Hal ini yang membuat Casey terlihat cukup tenang meski harus kehilangan salah satu pemain terbaiknya.

“Jika saya boleh jujur, saya sudah ingin merekrut pemain-pemain di beberapa posisi tertentu sejak Natal tahun lalu. Kami butuh lebih banyak pemain berpengalaman dan berkualitas di beberapa sektor tertentu, dan saya ingin benar-benar memperkuat tulang punggung tim kami dan memberi kami lebih banyak pilihan,” tutur Stoney.

“Kepergian pemain seperti Alex memang sangat merugikan. Namun tim telah menerima keputusan (perginya Alex) tersebut. Kepindahan itu sangat baik bagi Alex dan ketika kami tahu kalau Alex memiliki niatan untuk pergi, kami pikir sebaiknya ia harus pergi. Kami ingin memastikan bahwa kami membangun tim ini untuk jangka waktu yang panjang.”

Kami Belum Layak Bermain di Old Trafford

Pertandingan melawan Manchester City kemarin digelar di Etihad Stadium, bukan di Academy Stadium, yang menjadi markas utama mereka. Laga tersebut memecahkan rekor penonton untuk pertandingan tim perempuan di Inggris yaitu 31.213 penonton. Jumlah ini mengalahkan rekor sebelumnya yaitu 5.265 penonton saat Arsenal menghadapi Brighton and Hove Albion.

Apa yang dilakukan City membuka kemungkinan bagi tim perempuan United bermain di Old Trafford suatu saat nanti. Meski begitu, Stoney tidak mau terburu-buru main di Teater Impian. Alasannya, para penggemar yang hadir mendukung mereka masih sedikit. Ketika bermain di Leigh Sport Village, rataan penonton mereka hanya mencapai 4.835 orang saja. Bayangkan Old Trafford hanya diisi oleh segelintir orang saja.

“Saya lebih suka tim ini bisa menjual tiketnya hingga habis. Sebelum kita bisa mendapat jumlah yang sesuai dengan kapasitas stadion (10-15 ribu), maka sebaiknya kami belum memikirkan bermain di Old Trafford. Tempat itu akan menjadi kota hantu jika kami bermain di sana.”

“Bermain di Old Trafford, dengan penggemar yang masih sedikit, tidak akan menghasilkan atmosfer apa pun. Bermain di kandang kami dengan 12 ribu orang ada di depan kita, adalah atmosfer yang menyenangkan,” tutur Stoney menambahkan.

Saya Tidak Bahagia Jika Belum Juara Liga

Kesebelasan perempuan United terhitung baru di dunia sepakbola profesional. Namun daya ledaknya langsung mencuri perhatian ketika mereka tampil begitu dominan pada kompetisi divisi dua.

Meski begitu, Casey merasa kalau dia belum puas dengan kinerja para pemainnya. Ada beberapa target yang musim lalu gagal dipenuhi Katie Zelem dan kawan-kawan. Hal ini yang belum membuatnya bahagia. Ia bahkan berkata kalau kebahagiaan itu akan datang jika tim sukses menjuarai WSL dan Liga Champions.

“Saya tidak akan pernah bahagia. Saya tidak senang karena musim lalu kami gagal membuat 100 gol dan kebobolan tujuh. Saya tidak akan bahagia sebelum kami memenangkan WSL dan berhasil di Liga Champions. Itulah target jangka panjang kami.”

“Jika kita berada pada papan atas di klasemen sementara dan tampil kompetitif dalam beberapa minggu, serta sukses mengambil poin dari tim lawan, maka itu akan menjadi sesuatu yang bagus bagi tim ini.”