Foto: Corriere dello Sport

Awal musim panas lalu, Manchester United memutuskan untuk meminjamkan beberapa pemain tim utamanya ke tim lain. Alasan peminjamannya pun beragam. Ada yang dipinjamkan atas dasar untuk menimba pengalaman, namun ada juga yang dipinjamkan karena kalah bersaing dengan para pemain lain.

Ada tiga pemain utama yang peminjamannya saat itu mendapat sorotan. Dean Henderson dipinjamkan ke Sheffield United karena persaingan ketat di sektor penjaga gawang. Selain itu, United juga meminjamkan Chris Smalling. Peminjaman penggawa asal Inggris ini terbilang mengejutkan mengingat ia adalah pemain berpengalaman dan merupakan salah satu kapten yang dimiliki klub. Nama terakhir adalah Alexis Sanchez. Penggawa asal Cile ini dilepas sementara karena Ole Gunnar Solskjaer tidak bisa memberikan jaminan main bersama tim utama.

Menariknya, tiga pemain ini sama-sama mencuri perhatian pada pertandingan terakhir yang mereka jalani. Ada yang tampil elegan dan menjadi pemain terbaik, Ada yang debutnya berantakan karena aksi konyolnya, serta ada yang melakukan blunder fatal yang menguntungkan rival dari tim induknya.

Pembuktian Chris Smalling

Edin Dzeko menjadi pahlawan kemenangan AS Roma saat mengalahkan Lecce 1-0 di Via Del Mare pekan lalu. Namun sorotan utama justru dipegang oleh Chris Smalling. Sang bek tengah terpilih menjadi pemain terbaik di akhir pertandingan berkat penampilan apiknya selama 90 menit.

Mantan penggawa Fulham ini selalu memenangi duel udara dengan akurasi 100%, melakukan lima sapuan, dua blok, sepuluh kali melakukan recoveries ball, dua intersep, dua tekel, dan ajaibnya melepaskan empat tembakan.

“Kami jauh lebih unggul dari mereka di atas lapangan. Kami berada selangkah di depan dan kami menciptakan beberapa peluang. Jika kami bermain seperti pada babak kedua, maka kami akan membuat jalannya pertandingan menjadi sedikit lebih mudah. Semakin sering kami bermain bersama, maka chemistry akan semakin mudah terbentuk,” tuturnya di situs resmi Roma.

Apa yang ditampilkan pada laga melawan Lecce seolah menjadi jawaban bagi Smalling kepada mereka yang meragukan kapasitasnya. Sebelumnya, ia dicibir setelah tidak bisa melindungi gawangnya dari ancaman Atalanta pada pertandingan sebelumnya. Namun saat itu, ia merasa kakinya mengalami kram dan masih mencoba beradaptasi. Beruntung ia hanya butuh satu pekan untuk memulihkan penampilannya.

Rusaknya Debut Manis Alexis

Penampilan lumayan ketika menjadi pemain pengganti pada laga melawan Udinese dan Lazio membuat Antonio Conte berani memainkan Alexis Sanchez dan mengistirahatkan Romelu Lukaku pada laga melawan Sampdoria. Keputusan yang sempat membuahkan hasil manis.

Sanchez menjadi sosok penting dari keberhasilan mereka meraih kemenangan 3-1 di Luigi Ferraris. Ia mengubah arah sepakan Stefano Sensi pada proses gol pertama. Meski ia sudah melakukan perayaan, namun otoritas Serie-A mencatat kalau gol itu milik Sensi. Beruntung, Sanchez mendapatkan gol yang ia cari setelah lolos dari jebakan offside.

Namun debut manis Alexis dirusak oleh kesalahan konyol yang ia lakukan. Dua menit babak kedua dimulai, mantan pemain Udinese ini terjatuh di kotak penalti. Alih-alih memberi penalti, wasit Gianpaolo Calvarese justru menganggapnya melakukan diving. Ia pun memberikan kartu kuning kedua setelah pada babak pertama ia lebih dulu memberikan kartu kuning kepada Sanchez akibat tekel kasarnya.

Beruntung Inter bisa menambah satu gol lagi melalui Roberto Gagliardini dan membawa Inter meraih enam kemenangan beruntung pada awal musim sekaligus mengulang catatan apik musim 1966/67 yang membuat hilangnya Sanchez menjadi sedikit tidak berarti.

“Senang untuk kemenangan yang diraih, terutama sikap tim dan dua gol pertama saya. Namun saya sedih dengan kartu merah yang menurut saya tidak adil untuk diterima. Sekarang adalah waktu yang tepat memikirkan laga berikutnya,” ujar Sanchez.

Sanchez mungkin terkena kartu merah karena permainannya yang terlalu bersemangat mengingat ini adalah debutnya sebagai starter. Beruntung, tiga hari kemudian Inter akan bermain melawan Barcelona dalam Liga Champions sehingga ada peluang bagi dirinya untuk menumpahkan rasa semangatnya di atas lapangan sebelum harus duduk manis ketika Derby d’Italia melawan Juventus.

Henderson Lapangkan Jalan Liverpool

Jika dua pemain sebelumnya mendapat pertandingan yang cenderung bagus, maka tidak bagi Dean Henderson. Pemain Setan Merah yang dipinjamkan ke Sheffield United ini justru melakukan kesalahan fatal ketika timnya menjamu Liverpool.

Sepakan Giorginio Wijnaldum yang sebenarnya tidak terlalu keras, justru gagal ditangkap oleh Deano. Momen yang mengingatkan fans United kepada aksi Massimo Taibi dalam laga melawan Southampton dua dekade lalu. Sang penjaga gawang terlihat menyesali perbuatannnya. Hal ini bisa dilihat dari wajahnya yang penuh raut penyesalan. Pasalnya, ia bermain cukup bagus pada pertandingan kali ini. Beruntung, Dean mendapat banyak dukungan.

“Jika dia ingin menjadi pemain sepakbola profesional, maka hal seperti ini akan sering terjadi. Tetapi jika dia ingin menjadi pemain top di klub besar dan ingin bermain untuk tim nasional, maka dia harus bermain lebih baik lagi dan berkonsentrasi,” tutur manajer Sheffield, Chris Wilder.

Dean tidak perlu takut akan kesalahan. Usianya masih sangat mudah dan punya waktu panjang untuk terus berkembang. Perlu diingat pula kalau pada awal kedatangannya, David de Gea membuat 13 error jika merujuk pada catatan Utd Arena. Namun berkat latihan ekstra, ia kini bisa menjadi salah satu penjaga gawang hebat di dunia. Dean memiliki kualitas itu.

“Kepala saya terangkat lebih tinggi. Tidak sabar untuk kembali bermain lagi. Aku selalu kembali lebih kuat, terima kasih atas dukungan Anda Bladesman,” ujarnya pada akun Instagramnya.