Foto: Football Express

Langkah Manchester United untuk melepas kutukan semifinal di rezim Ole Gunnar Solskjaer, tampaknya mendekati kenyataan. Dini hari tadi, United menang dengan skor telak 6-2 melawan AS Roma di Old Trafford. Drama delapan gol ini membuat lapang jalan United menuju Gdansk karena minimal mereka tinggal mempertahankan keunggulan tersebut.

Jika melihat skor, maka United tampaknya menjalani laga ini dengan mudah. Nyatanya tidak demikian. Mereka memang sempat membuka keunggulan melalui Bruno Fernandes, namun United justru tertinggal terlebih dahulu 1-2 pada babak pertama. Lorenzo Pellegrini menyamakan kedudukan melalui tendangan penalti yang disusul oleh gol Edin Dzeko.

Dua gol Roma ini sebenarnya tidak mencerminkan kalau mereka bermain bagus. Proses penalti lahir dari tangan Paul Pogba yang aktif dan menyentuh bola, sedangkan gol Dzeko lahir dari koordinasi empat pemain belakang United yang saat itu tidak berada dalam shape yang bagus. Intinya, gol Roma lebih karena ada andil dari kesalahan pemain United.

Pasalnya, Roma sendiri hanya membuat tiga shots on target sepanjang pertandingan. Setelah dua gol itu, mereka hanya punya satu peluang tepat sasaran melalui sundulan Edin Dzeko. Sisanya, Roma lebih banyak tertekan.

“Sulit untuk menganalisis permainan ini lebih mendalam karena Roma bermain sangat buruk. Kami memang bermain luar biasa, tapi Roma membuat segalanya tampak berjalan mudah dalam banyak kesempatan. Dengan demikian, kami bisa memanfaatkannya,” kata admin akun Twitter Utdarena ketika melihat pertandingan semalam.

Roma bukannya tidak memperkuat diri mereka dengan bertahan. Mereka membangun pertahanan mereka dengan menumpuk banyak pemain. Bahkan Edin Dzeko beberapa kali bisa lebih dekat dengan kotak penaltinya sendiri ketimbang dekat dengan kotak penalti United. Akan tetapi, bola dari pemain United masih begitu mudah menembus pertahanan mereka. Selain gol penalti Bruno Fernandes, gol-gol United lahir dari situasi yang sebenarnya bisa digagalkan oleh pemain belakang Roma jika mereka bisa bertahan dengan baik.

Belum lagi pergerakan pemain United yang begitu fluid sepanjang pertandingan. Baik itu Rashford, Bruno, Cavani, Pogba, lalu Greenwood, semuanya menunjukkan betapa pentingnya pergerakan tanpa bola. Cavani contohnya yang tiga pergerakannya menghasilkan dua gol plus momen penalti untuk Bruno. Atau Paul Pogba yang kembali menunjukkan kapasitasnya sebagai false winger

Tidak hanya itu, Roma memang benar-benar bernasib sial semalam. Meski unggul 1-2 pada babak pertama, namun Paulo Fonseca saat itu sudah menghabiskan tiga pergantian yang mereka punya karena para pemainnya mengalami cedera. Baru dua menit, mereka sudah kehilangan Jordan Veretout. Disusul kemudian penjaga gawang Paul Lopez lalu Leonardo Spinazzola. Tiga pemain ini adalah tulang punggung Roma musim ini. Kehilangan ketiganya secara bersamaan membuat Fonseca tidak bisa mengubah strategi dan terpaksa melihat timnya dibombardir lima gol.

“Kekalahan ini berat untuk diterima. Saya merasa kalau kami memiliki babak pertama yang bagus, tapi babak kedua kami bermain buruk. Kami kehilangan tiga pemain dan tidak ada pergantian lagi. Amadou Diawara dan Chris Smalling kesulitan bermain sehingga tidak bisa mengganti mereka. Itu adalah babak kedua yang sulit,” kata Fonseca.

Meski tampak pasrah karena harus mengejar empat gol pada leg kedua, namun Ole Gunnar Solskjaer meminta anak asuhannya untuk tetap fokus menghadapi leg kedua nanti. Wajar saja mengingat Roma pernah membuat Barcelona tersingkir dari Liga Champions dengan salah satu comeback dramatis yang pernah ada sepanjang sejarah. Hal ini berarti, mereka masih punya kesempatan untuk melakukan hal serupa ketika bertemu United nanti.