Foto: Football365

Seandainya Leicester City sukses mengalahkan Chelsea pada dini hari tadi, maka pekan terakhir Premier League akan menjadi arena hidup atau mati bagi Manchester United. Ole Gunnar Solskjaer sudah pasti pusing karena dituntut untuk membuat prioritas apakah mereka mati-matian mengejar posisi kedua atau melepasnya agar bisa fokus ke final Europa League.

Beruntung hal itu tidak terjadi. Semalam, posisi kedua resmi disegel oleh Setan Merah setelah Leicester kalah 2-1 di markas Chelsea. Poin 71 yang mereka kumpulkan sudah tidak bisa lagi terkejar oleh kedua pesaingnya tersebut. Ole kini tinggal mengalihkan mata mereka ke laga final Europa League pekan depan.

Sebenarnya, United tidak perlu sampai bergantung kepada hasil laga Chelsea vs Leicester untuk menentukan nasib mereka di liga. Akan tetapi, hal itu tidak mereka lakukan dengan baik. United kembali gagal menang setelah hanya bermain imbang 1-1 dengan Fulham.

Laga ini seharusnya menjadi momentum bagi United membenahi hasil buruk yang sebelumnya mereka raih pada dua laga sebelumnya. Suporter sudah diizinkan sehingga Old Trafford kembali bergemuruh. Selain itu, lawan mereka adalah penghuni zona degradasi. Namun, lagi-lagi United didera kegugupan dan kembali menunjukkan permainan yang penuh dengan kesalahan demi kesalahan.

Awal laga berjalan dengan baik. United menguasai pertandingan. Menit ke-15 mereka langsung unggul melalui gol indah Cavani. Setelahnya, situasi justru memburuk bagi tuan rumah. Khususnya pada babak kedua ketika permainan United mendadak tidak berkembang.

Di sisi lain, Fulham menunjukkan betapa pintarnya mereka memanfaatkan kelemahan yang terjadi di kubu United. Sadar kalau Lindelof lemah dalam duel satu lawan satu, maka mereka beberapa kali mengirimkan bola daerah yang memaksa bek Swedia itu harus terlibat duel fisik. Selain itu, minimnya leader di belakang serta lemahnya United melawan bola crossing berhasil dimaksimalkan kubu tamu melalui gol Joe Bryan.

Koordinasi lini belakang United pada babak kedua memang kacau balau. Dalam proses gol Bryan, jebakan offside yang sudah dibangun justru gagal karena Wan-Bissaka. Tidak hanya itu, ia juga tidak melakukan penjagaan man to man.

Gol Bryan sebenarnya tidak akan memberi dampak apa pun seandainya United mencetak satu gol tambahan. Sayangnya, tidak banyak yang mereka dapatkan. Peluang emas dari Mason Greenwood dan sepakan bebas Bruno tidak bisa menaklukkan Alphonse Areola.

Presenter tanah air, Tio Nugroho, dalam akun Twitternya menyebut kalau United seolah caper ke penonton. Hal ini yang membuat mereka justru terlalu menggebu-gebu ingin mencetak gol. Bisa jadi hal ini karena ucapan Solskjaer sebelum laga yang mengungkapkan kalau laga melawan Fulham dan Wolves adalah seleksi skuad untuk final Europa League.

Ucapan Tio itu kemudian diamini oleh Solskjaer. Setelah laga, sang manajer mengkritik pemainnya yang ia anggap kebanyakan gaya. Pemain United terlalu sering membuat gerakan tidak perlu, beberapa kali melakukan trik, yang sayangnya tidak sesuai kapasitas mereka sehingga kolektivitas kemudian ditinggalkan.

Sementara itu, penggemar United lainnya, Pandji Pragiwaksono menyebut kalau United seperti sudah tidak bisa lagi bermain selama 90 menit. Hal ini tentu menjadi sinyal bahaya mengingat United masih punya satu laga yang super penting yaitu final Europa League melawan Villarreal.

Akun Twitter The United Stand bahkan mengibaratkan akhir musim Premier League United seperti mobil Formula 1 yang tiba-tiba mengalami lepas ban. Lambat di awal, kencang di pertengahan, namun berantakan di akhir. United tampaknya mulai kehabisan bahan bakar.

Dua laga terakhir United memang tampak mengkhawatirkan. Mereka mulai kehilangan intensitas pressing, kurang tenang dalam menghadapi situasi, kesalahan individu, dan sistem sirkulasi bola yang membingungkan. Keadaan ditambah dengan masalah taktikal seperti set piece, lini belakang yang semakin mudah diserang tanpa sosok Maguire, hingga masih kurang pekanya mereka membaca situasi.

Jika hal ini tidak bisa diperbaiki dalam kurun waktu 10 hari, bukan tidak mungkin trofi Europa League hanya angan-angan semata.