Foto: This Is Anfield

Tidak ada comeback untuk Manchester United. Tidak ada juga kepastian Liverpool bermain di Europa League. Yang ada justru kekalahan berikutnya. Kekalahan yang membuat United dan para suporternya mulai khawatir akan perjalanan musim mereka yang bisa saja berakhir anti-klimaks.

Jadwal padat Manchester United resmi berakhir dini hari tadi. Hasilnya, dari empat pertandingan yang berlangsung delapan hari, anak asuh Ole Gunnar Solskjaer ini menderita tiga kekalahan dan satu kemenangan. Kekalahan terakhir didapat dari rival abadi mereka yaitu Liverpool dan untuk kedua kalinya secara beruntun mereka kalah di kandangnya sendiri.

Ketika kalah dari Leicester City beberapa hari sebelumnya, banyak suporter United yang yakin kalau tim kesayangannya akan tampil jauh lebih baik saat melawan Liverpool. Alasannya sederhana, ketika melawan Liverpool Ole akan menurunkan pemain intinya. Selain itu, rivalitas keduanya akan memberi energi lebih bagi United. Apalagi posisi tuan rumah yang lebih unggul dari tamunya itu.

Akan tetapi, yang terjadi justru sebaliknya. United yang justru bermain buruk. Kesalahan demi kesalahan melingkupi mereka sepanjang 90 menit. Cavani, Bruno, Rashford, Pogba, tidak bisa berbuat banyak untuk timnya. Sebaliknya, Liverpool yang sukses memanfaatkan kesalahan demi kesalahan tersebut yang membuat gawang Dean bisa dibobol sampai empat kali. Laurie Whitwell dari The Athletic menyebut kalau inilah performa terburuk United sepanjang musim ini.

Segalanya sebenarnya berjalan baik bagi United. Sejak peluit kick-off dibunyikan, United langsung tampil agresif. Beberapa aksi individu dari Pogba dan Fred membuat Liverpool kesulitan mengembangkan permainan. Hingga kemudian mereka bisa mencetak gol melalui trivela Bruno.

Namun setelahnya, keadaan justru memburuk bagi United. Liverpool lebih sering mengancam. Aktifnya dua fullback mereka begitu kontras dengan milik United. Begitu pula dengan duet center back. Lindelof dan Bailly yang tampaknya sangat solid justru begitu rapuh, sebaliknya duet Phillips dan Williams di kubu Liverpool justru semakin baik setelah kebobolan.

Insiden Bailly yang nyaris menghasilkan hukuman penalti bagi United memperlihatkan buruknya koordinasi mereka. Hal ini juga ditambah dengan ketidakmampuan pemain United menghadapi pressing tinggi yang dimainkan oleh anak asuh Jurgen Klopp itu.

Pemain United begitu mudah kehilangan bola ketika ruang gerak mereka ditutup hingga tiga pemain. Tidak ada yang bisa menguasai bola dengan tenang. Hampir semuanya gelagapan melawan pressing Liverpool.

Proses gol ketiga dan keempat adalah contoh. Pada proses gol ketiga, Fred salah melakukan passing. Sebenarnya bola bisa direcovery oleh Shaw. Namun keputusan Shaw melakukan manuver membuat bola hilang lagi dan menghasilkan gol dari Firmino. Sementara proses gol keempat datang dari Matic yang kehilangan penguasaan bola. United sebenarnya juga memainkan taktik high press. Hanya, tidak berhasil karena kurangnya ketenangan dari para pemainnya.

Menurut United Arena, setidaknya ada lima aspek dimana United kalah mutlak dari Liverpool. Kalah dalam duel, kalah dalam penguasaan bola, kalah dalam transisi, kalah dalam sprint, dan yang terakhir kalah dalam hal set piece.

Untuk aspek yang terakhir, Liverpool bisa memaksimalkannya dengan baik. Sadar, kalau United musim ini cukup lemah dalam situasi bola mati dan Liverpool punya kelebihan di sana, maka Liverpool bisa memanfaatkannya dengan baik. Musim ini, United sudah kebobolan 14 gol dari situasi bola mati. Hanya kalah dari Leeds yang satu angka lebih buruk.

Kehilangan Harry Maguire benar-benar terasa bagi lini belakang United. Lini belakang kehilangan sosok yang bisa memberi komando dan progresi bola ke lini depan. Bailly tidak buruk, hanya agresivitasnya kadang merugikan. Sedangkan Lindelof benar-benar tidak dalam performa terbaik pada laga kemarin.

United benar-benar kalah telak dari Liverpool semalam. Ole Gunnar Solskjaer pun mengakui hal itu. Ia juga menyebut kalau keputusannya memaksa main build up dari belakang adalah keputusan yang salah.

United hanya butuh tiga angka untuk mengunci posisi kedua. Sayangnya, mereka belum bisa melakukannya dengan cepat. Pekan depan, mereka akan kembali diuji dengan melawan Fulham. Tidak ada alasan lagi untuk kalah mengingat Fulham sudah terdegradasi, dan jeda istirahat jauh lebih panjang.

Yang dikhawatirkan saat ini adalah performa para pemain United khusunya di lini belakang. Delapan hari terakhir, performa mereka benar-benar mengecewakan. 10 gol sudah bersarang dari empat laga tersebut. Sosok kapten kini mulai dirindukan. Semoga saja perjalanan mereka tidak anti-klimaks mengingat mereka masih punya dua tugas yang penting yaitu mengunci peringkat dua dan membawa pulang Liga Europa.