Foto: En.As

Manchester United akhirnya memutus kutukan semifinal yang mereka alami di bawah arahan Ole Gunnar Solskjaer. Dini hari tadi, Setan Merah sukses meraih satu tiket ke PGE Arena, Gdansk, venue final, setelah menyingkirkan AS Roma dengan agregat 8-5.

Meski lolos ke final, namun dini hari tadi United mengalami kekalahan dengan skor 3-2. Beruntung, hasil 6-2 di Old Trafford membuat United masih unggul secara agregat. Dua gol United semalam dicetak oleh Edinson Cavani, sedangkan tiga gol Roma masing-masing dibuat oleh Edin Dzeko, Bryan Cristante, dan Alex Telles.

Berikut adalah tiga hal menarik dari pertandingan yang berlangsung di Stadion Olimpico tersebut.

Pertahanan Kacau Balau

Skor 3-2 menunjukkan kalau jalannya pertandingan sangat menarik. Kedua kesebelasan bermain sangat terbuka. 35 shots on goal dengan 18 diantaranya adalah shots on target menunjukkan betapa menariknya pertandingan tersebut. Akan tetapi, jalannya pertandingan sebenarnya tidak berjalan berimbang. Kendali justru lebih banyak dipegang oleh tuan rumah.

Dari 18 shots on target, 13 menjadi milik Roma. Anak asuh Paulo Fonseca ini memang tampil lebih agresif sejak babak pertama mengingat mereka mengincar gol cepat yang sayangnya tidak bisa mereka dapat pada babak pertama yang berakhir 0-0.

Meski begitu, 45 menit pertama menunjukkan betapa Roma jauh lebih berbahaya. Hanya dalam 15 menit, mereka membuat shots lebih banyak dari 90 menit yang mereka mainkan di Old Trafford.

Sudah tahu lini depan Roma berbahaya, hal ini justru tidak disikapi dengan baik oleh lini belakang United. Hasilnya, mereka kebobolan hanya dalam tempo tiga menit. Sebelumnya, United sudah unggul lebih dulu melalui Cavani yang sepatutnya bisa memberi mereka rasa nyaman untuk menghadapi sisa pertandingan.

Proses tiga gol yang bersarang ke gawang United sebenarnya bisa diminimalisir. Gol kedua dari Cristante misalnya, datang dari kegagalan Fred melakukan trik. Atau gol bunuh diri Telles yang seharusnya bisa digagalkan andaikan penempatan posisi pemain Brasil ini bisa lebih dekat dari Nicola Zalewski.

Beruntung, United masih punya David De Gea yang tampil gemilang. 10 saves ia buat termasuk tiga kali point blank save pada babak kedua. Ole sendiri setelah laga berkata kalau kelolosan ini berkat laga di leg pertama karena jalannya leg kedua begitu buruk bagi United. Tentu ini menjadi sebuah peringatan bagi mereka mengingat Villarreal bukan lawan yang mudah untuk dikalahkan.

Momen ini bahkan sempat membuat Ole panik. Ia kemudian buru-buru memainkan Nemanja Matic demi bisa memberi perlindungan bagi lini tengah yang begitu mudah ditembus.

Cavani Cinta Roma

Give it, give it, give it to Edi Cavani

Pass him the ball and watch him score a goal

Selain De Gea, bintang lapangan United lainnya adalah Edinson Cavani. Striker Uruguay ini mencetak dua gol yang dibuat United dini hari tadi. Lagi-lagi ia memamerkan kemampuannya dalam pergerakan tanpa bola. Gol keduanya sangat berkelas ketika ia berlari melepaskan diri dari penjagaan pemain belakang Roma.

Catatan ini membuat Cavani telah mencetak 6 gol dalam 6 pertandingan terakhirnya. Total, ia membuat 14 gol bagi Setan Merah musim ini. Catatan yang bagus untuk pemain yang terkadang tidak bermain di semua pertandingan.

Empat golnya ke gawang Roma juga menjadikan rival Lazio tersebut sebagai klub Italia favorit Cavani. Total sudah 13 gol ia buat ke gawang Giallorossi bersama Palermo, Napoli, dan Manchester United. Meski begitu, Roma bukan lawan yang paling sering ia bobol gawangnya. Kesebelasan yang paling sering ia bobol adalah AS Monaco dengan catatan 15 gol.

Jumpa Villarreal

Skenario All English Final tidak terjadi. Villarreal sukses menyingkirkan Arsenal yang membuat The Yellow Submarine menjadi lawan United di PGE Arena Gdansk. Mantan klub Diego Forlan ini adalah satu dari dua klub Spanyol yang tidak bisa mereka kalahkan. Dari empat kali berjumpa, pada 2005/2006 dan 2008/2009, keduanya selalu bermain imbang 0-0.