Foto: Standard

Jika akun Twitter @UnitedStandMUFC tidak memberi tahu kalau tendangan Matic menjadi satu-satunya shots on target yang dimiliki United, saya mungkin tidak akan sadar kalau ternyata Setan Merah masih punya peluang yang mengarah ke gawang Crystal Palace dini hari tadi.

Jujur saja, yang saya ingat hanyalah permainan United yang miskin kreasi, kurang keberanian, serta passion. Menurut @maramperninety, laga ini adalah laga dimana semuanya berjalan buruk bagi United. Build up, progresi, serta kreativitas, semuanya tidak dimiliki United semalam.

Imbasnya, peluang-peluang yang didapat juga tidak banyak yang membahayakan gawang Guaita meski ada 11 ancaman yang dicoba oleh penggawa milik Ole Gunnar Solskjaer tersebut. Untuk pertama kali sejak era Van Gaal, United mendapat tiga hasil imbang tanpa gol secara beruntun. Alih-alih mendekat dengan City, United memilih menjauh dan justru membuka peluang bagi Leicester, West Ham, Chelsea, dan Liverpool untuk mendekati mereka. United yang harusnya bisa memperkuat posisi dua, justru berpeluang untuk turun lagi serta terlibat perburuan sengit di empat besar.

Tanda-tanda United kalau mereka tidak akan menang sebenarnya sudah terlihat sejak awal. Permainan mereka begitu ceroboh. Harry Maguire, Eric Bailly, dan Nemanja Matic langsung membuat satu error sebelum menit ke-30. Setelah itu, United mulai bisa mengambil alih kendali dengan menciptakan beberapa peluang. Namun, penyelesaian akhirnya berantakan. Masalah kronis yang dimiliki United musim ini.

“United begitu lesu pada malam ini. Tidak ada niat untuk menang. United membiarkan permainan mereka berjalan tidak jelas dan seperti orang yang tidur sambil berjalan. Mereka mungkin sudah tahu kalau akan mendapat gol tapi kenyataannya tidak. Yang ada, permainan mereka menjadi mudah ditebak dan membosankan,” kata Gary Neville setelah pertandingan.

Macetnya serangan United juga tidak lepas dari disiplinnya pertahanan tuan rumah. Palace yang bermain dengan 4-4-2 klasik mereka dengan mudah mengatasi permainan United yang memanfaatkan sisi sayap. Satu pemain sayap United akan ditutup oleh satu full-back, winger, dan gelandang tengah yang membuat mereka menciptakan unggul jumlah atau overload.

“Mereka telah menghabiskan banyak uang untuk menyatukan tim sehingga Anda perlu bekerja keras,” kata Roy Hodgson yang cukup puas dengan satu poin ini.

Permainan Palace juga sebenarnya tidak lebih istimewa dari United. Mereka hanya mengandalkan sisi sayap yang dikuasai Townsend dan Eze. Tidak sering mereka menggunakan sisi half-space. Hanya mengandalkan umpan silang kepada Benteke yang juga tidak membuat lini belakang United benar-benar terancam. Pertahanan United juga tampil solid meski sempat membuat kesalahan di awal-awal laga.

Pergerakan tanpa bola juga tidak banyak dilakukan United. Dalam era sepakbola sekarang ini, dimana pentingnya bergerak tanpa bola mencari ruang, United tidak banyak melakukannya. Beberapa kali Cavani mencoba memancing barisan belakang lawan untuk membuka ruang untuk rekan setimnya, namun para pemain lainnya justru hanya diam saja. United benar-benar tidak tahu harus bermain seperti apa ketika menguasai bola karena serba kaku. Persis seperti era Van Gaal.

Permainan United tampak mulai cair ketika McTominay dan Daniel James masuk. Keduanya langsung menunjukkan betapa pentingnya melakukan gerakan tanpa bola. McTominay langsung berada di kotak penalti, sedangkan pergerakan tanpa bola James nyaris memberi mereka keunggulan melalui sundulan.

Ketika datang ke United untuk pertama kalinya, Ole Gunnar Solskjaer meminta United untuk bermain dengan kecepatan. Sesuatu yang hilang di era Mourinho. Akan tetapi, kecepatan di sini bukan karena hasil dari kesuksesan mereka sendiri dengan operan cepat atau dengan pergerakan tanpa bola yang merusak pertahanan lawan, melainkan skill individu dari Rashford, Martial, atau Greenwood yang akan melakukan dribel-dribel menusuk.

Inilah yang membuat serangan mereka mudah terbaca karena lawan hanya tinggal bertahan lebih dalam mengingat United hanya mengandalkan akselerasi dribel para pemainnya dan itu kembali terlihat pada laga semalam. Ketika butuh pergantian, Ole yang bingung karena kualitas di bangku cadangannya juga tidak ada yang memadai.

Ketika Manchester United membeli Van de Beek, Telles, Cavani, Pellistri, dan Amad, banyak yang yakin kalau skuad United kini sudah jauh lebih baik dan lebih dalam dari sebelumnya. Sayangnya, hal itu tidak terbukti seiring berjalannya waktu. VDB dan Telles belum bisa beradaptasi, Cavani rentan cedera, Pellistri dipinjamkan, dan Amad masih terlalu muda. Imbasnya Ole hanya mengandalkan pemain-pemain yang ada. Pemain yang juga penampilannya masih sering naik turun di setiap pertandingannya.