Foto: TalkSports

Drama gila terjadi di London Olympic Stadium saat West Ham United menjamu Manchester United. Tuan rumah yang saat itu tertinggal memiliki kesempatan untuk menyelamatkan muka setelah mendapat penalti pada detik-detik terakhir pertandingan. Momen ini kemudian digunakan David Moyes untuk merancang skenario yang akan berkesan untuk mereka.

Sebenarnya, keputusan memainkan Mark Noble sesaat setelah mendapat penalti adalah keputusan yang tepat. West Ham butuh seseorang yang cakap dalam hal mengeksekusi penalti mengingat tiga dari empat penalti terakhir mereka selalu gagal menjadi gol. Di sisi lain, sang kapten punya catatan manis karena tidak pernah gagal menendang penalti sejak Desember 2016.

Di sisi lain, United jelas ketar-ketir. Wajar saja karena De Gea tidak cakap menghadapi penalti. April 2016 adalah terakhir kali dirinya menepis penalti bagi United. Di Premier League, De Gea terakhir kali menahan penalti pada 5 Oktober 2014. Saking parahnya catatan tersebut, De Gea bahkan tidak bisa satu kalipun menahan 11 tendangan penalti Villarreal pada Europa League musim lalu.

Namun, skenario tersebut akhirnya gagal. Noble yang sebelumnya selalu oke menendang penalti justru gagal mengalahkan De Gea. Sebaliknya, Dave mendadak menjadi pahlawan saat semua suporter meragukannya karena catatan penaltinya. Tiga poin akhirnya bisa diamankan.

“Saya punya penendang penalti terbaik di Premier League dan Eropa. Saya akan lebih kesal jika saya tidak memainkan Noble. Saya bertanya kepadanya dan dia berkata kalau dia siap. Wajar saya mengambil keputusan ini karena kami telah melewatkan beberapa penalti baru-baru ini,” tutur David Moyes.

Moyes memang benar-benar sial semalam. Selain gagalnya meyelamatkan wajah West Ham dari kekalahan, sosok yang mengalahkannya adalah mantan pemain yang membawa sejarah untuk dirinya.

Jesse Lingard mendapat sambutan meriah meski tidak bermain di Old Trafford. Para suporter tentu tidak bisa melewatkan jasa si pemain pada musim lalu. Sembilan gol dan lima assists dari 16 pertandingan membuat West Ham bisa kembali main di Eropa sejak 2016 dan yang pertama sejak 2005 untuk seorang David Moyes.

Sama seperti Noble, Lingard juga masuk sebagai pemain pengganti. Namun, ending dari skenario ini berbeda. Ia justru menjadi pahlawan bagi Manchester United. Tendangannya mengarah ke pojok gawang Lukasz Fabianski. Tidak hanya tiga poin, Lingard juga menghapus malu setelah kesalahannya pada Selasa lalu membuat United kehilangan poin di Liga Champions. “Inilah sepakbola, terima kasih atas sambutannya yang hangat,” tutur Lingard.

United memang butuh pemain seperti Lingard. Pemain berusia 28 tahun ini punya kecenderungan memutar untuk menghadap gawang setelah menerima bola. Inilah kenapa dia begitu nyetel dengan gaya permainan West Ham musim lalu. Yang menarik, style Lingard ini pula yang membuat West Ham mengakhiri laga dengan nol poin. Membelakangi gawang lalu memutar badan untuk langsung mencetak gol.

Semalam, United memang benar-benar kerepotan menghadapi West Ham. 4-4-2 sejajar milik Moyes begitu rapat untuk dibongkar. Beruntung, kesulitan mencetak gol bisa diatasi berkat kecerdikan Lingard dan Cristiano Ronaldo yang jeli membaca bola kiriman Bruno pada babak pertama.

Kemenangan ini tidak membawa United kembali ke puncak karena kalah selisih gol dari Liverpool dan Chelsea. Akan tetapi, mereka punya poin yang sama yaitu 13. Menarik untuk melihat perjalanan United musim ini apakah mereka bisa konsisten di papan atas dan bersaing untuk gelar juara sampai dengan Mei nanti?

Di sisi lain, Moyes sedang menerima beberapa kritikan akibat keputusannya tersebut. Roy Keane menyebutnya sebagai manajer yang kelewat pintar karena mengambil risiko yang ujungnya tidak menguntungkan bagi dirinya.

Eks manajer United ini sebenarnya masih punya peluang untuk menyelamatkan muka. Beberapa hari dari sekarang, kedua kesebelasan ini akan bertemu lagi dalam babak ketiga Piala Liga atau Carabao Cup.

Setengah tahun yang lalu, baik Noble dan Lingard bersama-sama menjalani musim yang mengesankan untuk West Ham. Saat golnya membantu timnya, Noble bertaruh jika Lingard bisa mencetak delapan gol, dia akan membayar satu malam untuk Lingard menginap di Corinthia Hotel. Bayangkan betapa dekat relasi mereka saat itu.

Sayangnya, semalam relasi itu sudah tidak ada lagi. Keduanya menjalani nasib yang berbeda. Noble merana sedangkan Lingard bergembira karena sukses menjadi pahlawan bagi timnya.