Entah kebetulan atau tidak, Liverpool selalu sukses mengalahkan Manchester United di Old Trafford saat status mereka adalah penantang utama gelar Premier League. Pada 2009, mereka menang 4-1. Lima tahun kemudian, Luis Suarez membawa Si Merah kembali menang telak 3-0. Akankah hal serupa kembali terjadi ketika keduanya bertemu di tempat yang sama akhir pekan nanti?
Kedua tim datang dengan kondisi kepercayaan diri yang sama-sama tinggi. United terus mempertahankan momentumnya dengan 11 kemenangan dari 13 pertandingan yang sudah dijalani oleh Ole Gunnar Solskjaer. Sementara Liverpool ingin mengalahkan mereka untuk kembali ke puncak. Kebetulan, pekan ini Manchester City tidak ambil bagian karena menjalani final Piala Liga.
Kemenangan akan mengangkat posisi mereka kembali ke urutan pertama dan melebarkan selisih menjadi tiga poin. Banyak yang menyebut jika Liverpool bisa memenangi laga kali ini, maka peluang juara akan terbuka lebar. Alasannya sederhana, United adalah satu-satunya lawan kuat Liverpool yang harus dihadapi sebagai tamu. Dari tim-tim penghuni enam besar, tinggal United, Spurs, dan Chelsea yang belum dihadapi mereka pada paruh kedua. Dua nama terakhir nampaknya bisa dikalahkan mengingat laga akan dimainkan di Anfield.
Namun Jurgen Klopp tetap waspada. Dalam konferensi pers Jumat malam kemarin, ia mengkhawatirkan serangan balik United yang menjadi ciri khas klub sejak dipegang Ole Gunnar Solskjaer. Bahkan menurut Giorginio Wijnaldum, United yang akan mereka hadapi nanti sudah jauh berbeda dibanding pertemuan terakhir mereka Desember lalu yang berujung pemecatan Mourinho.
“Saya pikir ini tantangan besar bagi kami setelah pertemuan pertama di Desember. Sejak manajer baru datang, mereka bermain semakin baik dan memenangi banyak pertandingan yang membangun kepercayaan diri tim. Laga ini akan sulit, namun kami harus tampil baik agar pertandingan nanti enak ditonton,” tutur Wijnaldum.
Wajar jika Wijnaldum waspada. Timnya saat ini sedang terkena guncangan yang cukup mengganggu. Lini pertahanan mereka semakin mudah ditembus dalam lima pertandingan terakhir. Bahkan tim seperti Crystal Palace saja bisa membobol gawang mereka sampai tiga kali. Selain itu, rekor mereka di Old Trafford juga tidak terlalu baik. Setelah kemenangan 3-0 melawan United era David Moyes pada 2014, Liverpool tidak pernah menang lagi di Teater Impian.
Bermain Terbuka Atau Pragmatis
Di sisi lain, Ole Gunnar Solksjaer memerintahkan para pemainnya untuk mawas diri. Ia meminta timnya untuk tidak terlalu percaya diri dan bisa menahan emosi mereka agar tidak menggebu-gebu. Ole memetik pelajaran dari pertandingan melawan PSG kalau mereka masih banyak sekali kekurangan.
“Kami memasuki pertandingan melawan PSG dengan rasa percaya diri, tetapi kami diingatkan kalau kami belum pantas untuk berada di sana. Kalau kami ingin menang melawan Liverpool, maka penampilan kami harus jauh lebih baik dari pertandingan melawan PSG. Kami memiliki pemain yang harus terus fokus sepanjang 90 menit karena laga ini akan ditentukan oleh hal-hal yang kecil,” tuturnya.
Saking tidak ingin terlalu jumawa, Ole bahkan tidak mengeluarkan pernyataan yang bersifat psywar kepada lawannya nanti. Padahal, Ferguson dan Mourinho sering mengeluarkan kalimat-kalimat yang “ajaib” apabila mereka akan menghadapi lawan yang di atas kertas setara atau jauh lebih baik dibanding Setan Merah.
“Saya tidak merasa kalau Jurgen Klopp akan membaca pernyataan saya hari ini. Begitu juga sebaliknya. Saya tidak punya rencana untuk ke arah sana (psywar) saat ini.” Dari pernyataannya, Ole nampak sudah tidak sabar untuk berdiri di pinggir lapangan.
Namun pria asal Norwegia tersebut tengah dipusingkan dengan masih ragunya kesehatan Anthony Martial dan Jesse Lingard. Ia mengatakan kalau skuad seperti pertandingan melawan Chelsea akan diturunkan jika kedua pemain cepat tersebut belum pulih dari cedera yang dialami. Itu berarti, pola 4-3-1-2 dengan Juan Mata merangkap peran sebagai attacking midfielder sekaligus false nine.
Jika formasi yang dimainkan seperti pertandingan melawan Chelsea, maka pucuk dari empat pemain tengah, yaitu Juan Mata, diharapkan bisa bermain baik seperti tengah pekan lalu. Mata bisa dikatakan adalah pemain yang konsistensinya cukup dipertanyakan dalam beberapa musim terakhir.
Bisa jadi, Ole akan mengulangi pendekatannya seperti pertandingan melawan Chelsea. Mereka menunggu lawan gagal dalam melakukan build up serangan sebelum menghukumnya dengan build up cepat khas United di bawah arahan Ole.
Cara seperti ini sebenarnya serupa tapi tak sama seperti yang dilakukan Jose Mourinho musim lalu. Ketika itu, Mou menekankan para pemain United memasang blok rendah untuk menutup ruang gerak para pemain Liverpool. Namun mereka menghukum Liverpool saat itu dengan dua umpan panjang yang dianggap membosankan.
Sebenarnya, United bisa saja bermain terbuka. Namun berkaca pada pertandingan melawan PSG lini belakang Setan Merah masih rentan dari serangan lawan. Counter attack dari trio Mane, Salah, dan Firmino, jelas lebih menakutkan dari sekadar pergerakan seorang Eden Hazard. Disinilah kepintaran seorang Ole Gunnar Solskjaer akan diuji. Jika dengan permainan membosankan saja, United bisa menang melawan Liverpool, maka mereka seharusnya bisa meraih hasil serupa dengan permainan yang jauh lebih menghibur.
***
Sejak Peter Schmeichel masih bermain untuk United hingga memiliki anak yaitu Kasper Schmeichel, Liverpool belum pernah menjadi juara Premier League. Bahkan hal itu belum berubah sampai tulisan ini dibuat.
Para pendukung mereka mungkin sudah bosan kerap diolok-olok dengan guyonan tersebut. Begitu juga dengan para pemain mereka. Kini, mereka punya momentum untuk menjadi juara setelah 29 tahun menunggu. Namun saat ini, ada hambatan yang menghadang dalam wujud Manchester United. Klub yang mutlak tidak rela apabila rival abadinya menjadi juara. Pertanyaan terbesarnya adalah bisakah United menahan ambisi mereka?
Perkiraan Formasi
MANCHESTER UNITED:
David De Gea, Ashley Young, Victor Lindelof, Chris Smalling, Luke Shaw, Nemanja Matic, Ander Herrera, Paul Pogba, Juan Mata, Anthony Martial, Marcus Rashford
LIVERPOOL:
Alisson Becker, Trent Alexander Arnold, Joel Matip, Virgil Van Dijk, Andy Robertson, Giorginio Wijnaldum, Fabinho, Naby Keita, Mohamed Salah, Roberto Firmino, Sadio Mane