Foto: Sportskeeda

Setelah melewati Real Sociedad, kini satu lagi wakil Spanyol coba menjegal langkah Manchester United pada ajang Europa League. Mampukah anak asuh Ole Gunnar Solskjaer meredam Granada yang tampil mengejutkan dalam dua musim terakhir?

Ketika Ole masuk menggantikan Jose Mourinho pada Desember 2018, Granada saat itu masih berkutat di Segunda Division. Kesebelasan berjuluk Los Nazaries ini kemudian mengakhiri musim degan promosi ke La Liga. Sejak saat itu, penampilan Granada justru melesat bagaikan kilat.

Granada finis di posisi tujuh klasemen akhir La Liga dan masuk semifinal Copa Del Rey. Keberhasilan finis di posisi tujuh membuat Granada harus memulai Europa League dari babak kualifikasi dua. Meski begitu, pencapaian tersebut tentu sudah cukup membahagiakan mengingat Granada terakhir kali menyelesaikan La Liga di posisi 7 besar terjadi pada musim 1973/1974.

Kejutan Granada tidak mau berhenti. Mereka tidak minder meski baru pertama kali main di Eropa. PSV kalah di kandangnya sendiri.  Pada babak 32 besar, mereka menyingkirkan Napoli, kesebelasan yang juga dijagokan menjadi juara. Mantan klub asuhan Ole, Molde, menjadi korban berikutnya pada 16 besar. Kini, giliran United yang menjadi target shock therapy mereka.

“Pada hari Kamis nanti (Jumat dini hari), kami akan memainkan salah satu pertandingan terbesar kami sepanjang sejarah,” ucap Diego Martinez, pelatih Granada.

“Bagi kami, pertandingan ini sangat mengasyikkan. Saya pernah bercanda kalau Granada tidak akan menghadapi United bahkan pada pra-musim sekalipun. Sekarang, kami mendapat kesempatan itu. Kami harus beradaptasi dengan gaya bermain United dan mencoba sedekat mungkin bermain baik seperti versi kami sendiri,” tuturnya.

Terkesan percaya diri? Wajar. Apa pun yang terjadi, Granada sudah membuat pendukungnya bangga. Seandainya mereka tersingkir oleh United pun, Diego Martinez tetap mendapatkan apresiasi. Beda jika melihat Manchester United. Tersingkir dari Granada, maka puasa gelar terpanjang pada era 2000-an siap menghampiri mereka.

“United dibentuk untuk meraih trofi dan kami berhasrat ke arah itu. Kami mencapai semifinal Piala Liga tapi kalah dari City. Raihan itu tentu tidak cukup. Kami harus berada di final untuk memenangkan trofi,” kata bintang mereka, Bruno Fernandes.

Oleh karena itu, United harus bisa memaksimalkan betul laga leg pertama ini mengingat mereka cukup tangguh justru ketika bermain di kandang lawan. Meraih kemenangan dengan selisih 2-3 gol layaknya ketika melawan Real Sociedad adalah harapan mereka demi bisa sedikit bersantai menghadapi leg kedua.

Masalahnya mungkin adalah Granada cukup tangguh ketika bermain di kandang sendiri. Di Europa League, hanya PSV yang bisa mengalahkan mereka di kandangnya sendiri. Mantan klub Andreas Pereira ini juga selalu menang jika menjadi tuan rumah terlebih dahulu pada fase gugur.

Selain itu, catatan rekor United ketika menghadapi klub asal Spanyol juga tidak terlalu baik. Setelah menang atas Celta Vigo pada 2017, United berturut-turut tidak bisa mengalahkan Real Madrid, Sevilla, Valencia, Barcelona, dan Sevilla. Kemenangan ketika melawan Real Sociedad juga terjadi ketika pertandingan digelar di Italia.

Dari kubu United sendiri, mereka sedang dipusingkan dengan beberapa individu yang belum mencapai performa terbaiknya. Anthony Martial dipastikan absen, Marcus Rashford belum tentu bisa main 90 menit, kontribusi Bruno Fernandes juga hanya 1 gol 2 assists sepanjang bulan lalu, sedangkan Cavani juga baru sembuh dari cedera.

Perkiraan Susunan Pemain

GRANADA: Rui Silva, Victor Diaz, Domingos Duarte, Nehuen Perez, Dimitri Foulquier, Yan Brice Eteki, Maxime Gonalons, Antonio Puertas, Roberto Soldado, Kenedy, Jorge Molina

MANCHESTER UNITED: Dean Henderson, Aaron Wan-Bissaka, Victor Lindelof, Harry Maguire, Luke Shaw, Fred, Paul Pogba, Bruno Fernandes, Daniel James, Mason Greenwood, Edinson Cavani