Empat hari sebelum usianya memasuki angka 32, Sergio Romero mendapatkan hadiah berupa pencapaian yang cukup unik. Clean sheet yang ia dapatkan pada pertandingan Piala FA melawan Chelsea, adalah yang ke-27 selama kariernya bersama Setan Merah. Jumlah yang sedikit memang, namun angka nir bobol tersebut diraihnya hanya dalam 43 pertandingan.

Penjaga gawang Argentina ini memiliki persentasi clean sheet terbaik dari setiap kiper yang bermain lebih dari tiga pertandingan bersama United yaitu (64,2%). Torehannya jauh melebihi Peter Schmeichel, Edwin Van Der Sar, dan David De Gea, tiga penjaga gawang terbaik yang pernah dimiliki klub.

Percaya atau tidak, gawang United justru lebih aman ketika dijaga oleh Romero. Ia baru kebobolan 20 gol saja atau rata-rata 0,46 gol per laga. Bisa dikatakan kalau lawan butuh dua sampai tiga pertandingan untuk bisa membobol gawang Romero.

Clean Sheet yang diraih Romero kebanyakan hanya menghadapi tim-tim kecil seperti Reading, Yeovil Town, Shrewsbury, Zorya Luhansk, dan lainnya. Akan tetapi, Romero juga kerap tampil apik ketika dipercaya menghadapi tim yang jauh lebih besar seperti Arsenal atau Chelsea seperti laga kemarin. Bahkan jika para pemain belakangnya tidak sembrono di kandang Valencia, Romero bisa menambah koleksi nirbobolnya.

Pada musim lalu, United melangkah ke final Piala FA. Dari enam pertandingan yang dijalani sejak babak ketiga, empat di antaranya dijaga oleh Romero. Hasilnya adalah tidak kebobolan 100 persen. Lantas ketika gawang United kembali dikawal De Gea, mereka justru kebobolan dan kehilangan piala karena kalah di partai puncak.

Gelar prestisius terakhir yang diraih oleh United, yaitu Europa League, juga ada karena andil Romero. Ia bermain dalam 11 pertandingan secara beruntun sejak gawang United kebobolan dua kali di markas Fenerbahce. Sejak saat itu, gawang United tidak pernah kebobolan lebih dari satu gol bersama Romero.

Mungkin ada perasaat sakit hati dalam diri Romero ketika mengetahui David De Gea tidak jadi pindah. Padahal, ia sudah menyegel tempat utama dalam empat pertandingan awal. Namun alih-alih hengkang dan mencari menit main yang jauh lebih banyak, Romero justru bertahan dan memperpanjang kontrak. Ia tidak masalah menjadi nomor dua.

“Sepakbola itu adalah pelajaran. Anda harus mengambil hal-hal positif dan negatif dari setiap pertandingan pada pekan lalu dan terus menatap ke depan,” tutur Romero beberapa musim lalu.

Seringkali muncul rumor kalau Romero akan hengkang dari United. Racing Club, klub profesional pertama Romero, mengaku berminat membawa pulang mantan pemainnya. Namun ia memilih untuk tinggal meski risiko yang harus ia terima terbilang cukup besar yaitu hanya menjadi nomor dua dan kehilangan tempat di timnas Argentina.

“Saya ingin bertahan di Manchester United. Saya tidak bisa meninggalkan klub ini. Siapa yang tak mau berada di klub terbesar di dunia? Kami memiliki banyak sekali kiper hebat disini dan kami selalu belajar satu sama lain.”

Satu hal yang membuat Romero begitu disukai oleh penggemar United adalah sikapnya yang sangat sederhana dan kalem di dalam maupun di luar lapangan. Saat mentas, tidak ada aksi teriak-teriak seperti yang kerap dilakukan Schmeichel maupun Van Der Sar. Ia jarang membuka mulutnya ketika mengawal gawang United.

Ia akan selalu memanfaatkan segala kesempatan dengan baik. Ketika ia dimainkan pada laga yang tidak menentukan seperti menghadapi Southampton (2016/17) dan Watford (2017/18), Romero masih memberikan Clean Sheet. Bahkan saat menghadapi Soton, ia menepis penalti dari Manolo Gabbiadini.

“Tidak mudah memang ketika Anda bekerja keras setiap hari tapi jarang sekali bermain. Terkadang saya merasa terpuruk tapi saya tahu kalau saya punya kekuatan dalam diri saya. Saya adalah yang terbaik di Argentina, saya punya mental kuat. Mungkin saya tidak akan bermain selama dua bulan, tapi ketika ada kesempatan saya akan selalu siap,” tuturnya.

Di luar lapangan, Romero juga terlihat santai. Ia tetap mengendarai Fiat seharga 300 juta rupiah disaat rekan setimnya mengendarai mobil yang jauh lebih mahal. Ia juga tidak terlalu aktif di media sosial. Yang lebih penting, Romero tidak pernah merengek kepada media. Hanya kerja keras yang mungkin ada di pikirannya setiap hari.

“Sergio adalah penjaga gawang hebat dan profesional. Dia menampilkan performa yang luar biasa, khususnya di ajang Europa League yang kami menangkan. Luar biasa United memiliki Sergio dan David (De Gea) yang memegang peran penting di atas lapangan,” kata Mourinho.

Satu alasan yang mungkin membuat Romero betah meski hanya menjadi kiper nomor dua adalah lingkungan klub yang begitu mendukung keberadaannya. Romero, yang berbahasa Spanyol, memiliki David De Gea, Marcos Rojo, Ander Herrera, Juan Mata, Alexi Sanchez, dan Antonio Valencia yang bisa berbicara dengan bahasa yang sama.

Selain itu, pelatih kiper United dipegang oleh pria Spanyol, Emiliano Alvarez. Selain Alvarez dan juga David De Gea, kiper ketiga United yaitu Lee Grant juga jago berbahasa Spanyol. Hal ini yang mungkin memudahkan komunikasi antar sesama pemain terutama di posisi penjaga gawang. Hal ini juga yang membuat Romero berada serasa di rumah.

Romero mungkin tidak akan pensiun bersama Setan Merah. Namun jika kedepannya ia benar-benar memutuskan untuk pindah, maka hal itu akan menjadi kehilangan yang cukup besar bagi United. Namanya pun mungkin akan berada di buku sejarah klub sebagai penjaga gawang nomor dua terbaik.