Semifinal leg kedua Europa League masih menyisakan cerita. Salah satunya meme yang bertebaran ketika Manchester United mengumumkan susunan pemain mereka. Kira-kira salah satunya tertulis seperti ini: “United begitu percaya diri untuk mencapai final Europa League, mereka bahkan menurunkan Donny van de Beek.”
Mengapa diturunkannya Van de Beek seolah menjadi lelucon? Alasan utamanya karena sang pemain belum mendapatkan kesempatan yang cukup untuk pembuktian dirinya. Ia masih kalah bersaing, bahkan dengan Fred, untuk mengisi pos di lini tengah. Di sisi lain, United mendatangkannya dengan tidak murah. Ajax Amsterdam menerima 35 juta paun buat pemain yang sebenarnya main bagus saat dilatih Eric ten Hag ini.
Tidak sedikit para penggemar yang sinis, menyebut kalau Ajax merampok United dari penjualan pemain timnas Belanda ini. Apalagi, awalnya Van de Beek diproyeksikan pindah ke Real Madrid, meski gagal terwujud.
Awalnya, semua berjalan dengan baik. Ia mencetak gol debut menghadapi Crystal Palace, lalu menampilkan permainan impresif saat masuk dari bangku cadangan di pertandingan melawan Brighton.
Di usianya yang masih 23 tahun, penampilannya meyakinkan. Meski, banyak yang menganggap ia tak sebagus Jack Grealish atau James Maddison saat menyerang. Namun, Van de Beek punya pengalaman di Eropa bersama Ajax, yang menjadi kelebihannya ketimbang gelandang lain. Apalagi, harganya juga masih masuk akal.
Namun, setelahnya, Van de Beek mulai jarang mendapatkan menit bermain. Ia lebih sering duduk di bangku cadangan. Puncaknya adalah saat diturunkan sejak menit pertama di pertandingan menghadapi Roma. Ia bermain bersama Fred, Paul Pogba, dan Bruno Fernandes; sesuatu yang jarang terjadi.
Sayangnya, Van de Beek gagal memberikan dampak besar buat tim. Meski, tentu saja itu bukan kesalahannya. United memang tak memberikan penampilan bagus di Stadio Olimpico. Di sisi lain, Roma sudah tak punya beban untuk terus menyerang di pertandingan itu.
Van de Beek tak tampil semaksimal seperti yang biasa ia tunjukan di Ajax sejak tiba di Manchester pada September tahun lalu. Namun, ada sejumlah alasan yang melatarinya.
Hal yang pertama adalah ia pindah ke lingkungan yang benar-benar baru, baik secara kehidupan pribadi maupun dari perubahan gaya main liga. Secara pribadi, Van de Beek tak bisa kemana-mana. Situasi lockdown membuat pergerakannya tak terbatas dan sulit membangun hubungan erat dengan para penggemar.
Yang kedua adalah soal jadwal padat. Secara teori ini mengharuskan Ole Gunnar Solskjaer untuk melakukan rotasi para pemainnya agar tak kelelahan dan berdampak pada cedera. Van de Beek mestinya masuk dalam hitungan untuk masuk menggantikan gelandang lain, tapi ini jarang terjadi.
Jadwal padat disiasati United dengan perubahan dari sesi latihan. Kebanyakan difokuskan pada pemulihan agar para pemain tetap fit. Ini yang membuat Van de Beek sulit terintegrasi dengan tim. Apalagi, tidak ada pramusim yang cukup, sementara tengah pekan diisi oleh pertandingan lain. Van de Beek jadi sulit untuk melatih kemampuan taktikalnya. Dan itu yang terlihat jelas saat ia diturunkan.
Hal serupa juga terasa pada Alex Telles. Awalnya, ia diharapkan bisa menggantikan Luke Shaw yang main inkonsisten. Namun, hingga saat ini, Telles tak lebih bagus dari Shaw. Pun dengan Amad Diallo yang sepertinya membutuhkan lebih banyak waktu dan arahan sebelum ia benar-benar bisa diturunkan di tim utama.
Pengecualian ada pada Edinson Cavani. Alasan utamanya karena ia adalah pemain veteran. Ia bermain di pos nomor sembilan sebagai striker murni. Ia punya pengalaman panjang di Italia dan Prancis, sehingga adaptasi tak akan sulit dilakukan.
Faktor yang ketiga adalah menit bermain yang amat singkat. Van de Beek kerap diturunkan di menit akhir. Sementara United bila sudah unggul, umumnya tak akan menyerang dan memilih bertahan untuk mempertahankan kemenangan. Richard Fay dari Manchester Evening News menyebut kalau hal ini yang membuat Van de Beek sulit membangun kepercayaan diri.
Van de Beek hampir mustahil main sejak awal bila Bruno Fernandes dan Paul Pogba sama-sama fit. Ia juga tak akan diturunkan di peran yang lebih bertahan karena Fred dan Scott McTominay sudah menjadi andalan Solskjaer di sana. Belum lagi ada Nemanja Matic yang memberikan pengalaman.
Posisi natural Van de Beek adalah gelandang tengah. Namun, Solskjaer menurunkannya di pos sayap kiri saat pertandingan melawan AS Roma. Yang menjadi alasan lain kenapa ia kesulitan menemukan performa terbaik.
Hingga saat ini, Van de Beek cuma main selama 1271 menit dari 33 penampilan di semua kompetisi. Jadi alasan yang jelas pula mengapa ia belum cocok dalam sistem United dan teman-teman barunya belum paham gaya bermainnya.
Solskjaer meyakinkan kalau Van de Beek akan punya peran penting musim depan. Ini pula yang jadi alasan mengapa ia tak dipinjamkan pada Januari lalu. Akan tetapi ide ini mendapatkan tantangan karena Jose Mourinho melancarkan serangan setelah dipastikan sebagai pelatih baru AS Roma musim depan.
Mourinho dikabarkan menawari Van de Beek jalan keluar dari kesulitan di Manchester United. Ia ingin membawa pemain kelahiran 18 April 1997 tersebut ke ibu kota Italia. Selain Van de Beek, Mou juga ingin Nemanja Matic dan David de Gea di timnya.
Sumber: Richard Fay – Manchester Evening News.