Foto: Daily Advent Nigeria

Sempat diisukan akan dijual pada musim panas ini, masa depan Anthony Martial bersama Manchester United tampaknya akan aman. Hal ini tidak lepas dari peran co-chairman United, Joel Glazer, yang percaya kalau dirinya masih layak mengenakan seragam merah kebesaran United untuk beberapa tahun ke depan.

Sebelumnya, Martial dirumorkan akan masuk dalam rencana perombakan besar-besaran yang siap dilakukan Ole Gunnar Solskjaer pada bursa transfer nanti. Meski ia baru memperpanjang kontrak hingga 2023 pada Januari lalu, namun banyak yang menginginkan dirinya untuk dilepas ke klub lain.

Satu hal yang membuat banyak suporter tidak menyukai Martial karena fokus dan komitmennya bersama United yang dianggap tidak serius. Penampilannya di atas lapangan juga tidak terlalu konsisten.

Apalagi dengan beredarnya video dirinya yang bermalas-malasan saat rekan setimnya sedang melakukan pemanasan. Hal ini yang mengurangi rasa simpati suporter kepadanya. Masalah ini sebenarnya sudah dikeluhkan sejak era Mourinho yang dua musim menangani pemain berusia 23 tahun tersebut.

Akan tetapi, batu besar nampaknya menghalangi keinginan para pelatih yang ingin melepas Martial. Sosok Joel Glazer menjadi orang yang siap menghalangi siapa saja yang ingin melepas Martial.

Bukan tanpa alasan Joel kukuh untuk mempertahankan Martial. Dilansir dari Mirror, Joel adalah orang yang memaksa Mourinho untuk tidak membeli Ivan Perisic dari Inter Milan pada 2017. Joel sendiri adalah pengagum Martial dan menjadikan pria kelahiran Paris ini sebagai pemain favoritnya di United saat ini. Tidak hanya itu, Joel juga yakin kalau Martial bisa tampil hebat layaknya legenda Brasil, Pele.

Meski belum valid dan masih perlu pembuktian lagi, namun membandingkan Athony Martial dengan pemain bernama lengkap Pele tentu sebuah halusinasi tingkat tinggi yang mungkin pernah dilakukan pemilik klub. Martial jelas masih jauh dari mantan pemain Santos ini dari segi apa pun.

Misi Menyamai Thierry Henry yang Belum Tuntas

Jauh sebelum memperkuat Manchester United, Anthony Martial bersinar sebagai wonderkid di AS Monaco. Musim 2014/15 menjadi musim terbaiknya ketika ia membuat 12 gol dari 48 pertandingan. Penampilannya yang licin, energik, dan penuh dengan skill membuat ia terus dibanding-bandingkan dengan sosok Thierry Henry. Kedua pemain ini kebetulan sama-sama bersinar di usia muda ketika memperkuat AS Monaco dan sama-sama menjalani debut tim nasional ketika memperkuat Les Monegasques.

Tidak hanya soal kesebelasan, keduanya juga memiliki bentuk permainan yang sama. Baik Henry dan Martial sering bermain melebar ke sisi kiri meski posisi aslinya adalah seorang penyerang tengah. Baik Martial dan Henry sama-sama mengandalkan cut inside sebagai senjata utama.

“Martial punya karakteristik yang sama persis dengan Thierry Henry. Buas di depan gawang lawan, cerdas, cepat, dan punya mental pemenang,” kata Mahamadou Niakate, asisten pelatih Martial di Les Ulis, kesebelasan junior yang ia perkuat selama delapan musim.

Ucapan Niakate tersebut diamini oleh beberapa mantan penggawa timnas Prancis. Louis Saha contohnya. Ia saat itu yakin kalau Martial bisa menjadi sosok penting bagi Manchester United untuk meraih trofi.

“Di Prancis, kami memanggilnya the next Thierry Henry karena dia bisa bermain di kiri atau kanan,” ujarnya kepada Independent. “Dia pandai memegang bola, bisa melewati tiga hingga empat pemain dengan mudah. Melewati lawan bukanlah tugas sulit. Dia adalah generasi yang tidak memiliki rasa takut.”

Namun ucapan Saha sejauh ini belum terbukti. Alih-alih menjadi sosok yang bisa membawa United meraih trofi, Martial bahkan kerap kesulitan untuk mempertahankan penampilan terbaiknya. Tidak jarang ia kehilangan kesempatan untuk menjadi starter dalam jangka waktu yang lama.

Hal ini tentu berbeda dengan jalan karier Henry di Inggris. Gagal di Italia, Henry sukses besar dan menjalani nasib yang bahagia bersama Arsenal. Mencetak 226 gol, mengangkat dua gelar Liga Inggris, dan pernah menjadi top skor, menjadi pencapaiannya selama delapan musim bermain di Inggris.

Rekam jejak karier Henry ini yang belum tuntas untuk diduplikasi oleh Martial. Dalam semusim, Martial paling banyak mencetak gol hanya 17 kali yaitu pada musim pertamanya. Hal ini jauh jika dibandingkan Henry yang baru mencetak kurang dari 20 gol pada musim terakhirnya membela Arsenal. Selain itu, Martial baru menyumbang empat trofi yang semuanya adalah turnamen piala. Butuh kerja keras maksimal bagi Martial untuk bisa mengikuti rekam jejak Henry.

Pele Edson atau Pele yang lain

Kita tidak bisa membantah kalau Pele adalah salah satu pemain terbaik yang pernah dimiliki oleh sepakbola. Prestasinya jelas begitu fenomenal. Soal membobol jala lawan, Pemain bernama asli Edson Arantes do Nascimento ini sudah melakukannya lebih dari 1000 kali. Meski tidak pernah bermain di Eropa, namun Pele punya prestasi besar berupa tiga trofi Piala Dunia.

Sama seperti level klub, Martial pun kesusahan untuk menjadi pilihan reguler di timnas Prancis. Ia baru satu kali saja bermain pada turnamen besar yaitu Euro 2016. Pada Piala Dunia 2018 lalu, ia tidak menjadi bagian dari skuad Les Blues yang menjadi juara. Pencapaiannya ini jauh jika dibandingkan Pele yang di usia 18 tahun sudah membawa Brasil menjadi juara dunia.

Menurut para penggemar United, Martial tidak layak disandingkan dengan Pele meski ia masih berusia 23 tahun dan punya masa depan yang panjang. Beberapa penggemar United lainnya ada yang menganggap Martial bisa seperti Pele. Sayangnya, Pele yang dimaksud adalah nama-nama pesepakbola yang memiliki nama Pele di belakangnya seperti Graziano Pelle, Vitor Pele, dan Yohann Pele.

Lagipula, United sudah pernah punya sosok yang dianggap sebagai Pele di masa lampau. Pemain itu adalah Wayne Rooney yang oleh penggemarnya dipanggil sebagai White Pele.