Foto: Manchester Evening News

James Garner sedang berproses bersama Nottingham Forest dan sejauh ini prosesnya berjalan dengan baik. Tempat di tim utama Manchester United tampak semakin terbuka.

Saban kali Manchester United menerima hasil minor sorotan akan selalu mengarah kepada satu lini yaitu lini tengah. Terlepas dari hasil dalam sebuah pertandingan sepakbola disebabkan oleh kolektivitas antar lini namun ruang mesin United akan selalu menjadi kambing hitam.

Entah sudah berapa kali kita mendengar kutipan kalau Fred dan Scott McTominay bukan gelandang yang top. Roy Keane menyebut kalau United tidak akan dapat apa-apa jika masih mengandalkan dua pemain ini. Ungkapan yang lebih kasar bahkan diutarakan oleh Dean Saunders. Ia menyebut kalau Fred dan McTominay adalah gelandang terburuk yang pernah bermain bersama Ronaldo.

“Orang-orang menuding Ronaldo, tapi dia bermain dengan orang yang sepertinya tidak sepaham dengan dia. Mereka punya amunisi untuk menekan lawan, tapi mereka hanya memiliki empat bek dengan kualitas rata-rata dan tidak ada pemain yang bisa menjadi mesin di tengah lapangan. Mereka semua tidak memenuhi standar,” kata Saunders.

Jika melihat penampilan di atas lapangan, Fred dan McTominay sebenarnya tidak seburuk yang dikira. Pada awalnya, Fred memang bagaikan ayam tanpa kepala. Namun di era Ole Gunnar Solskjaer, Fred bermain seperti seorang gelandang tengah seutuhnya.

Memang ada beberapa faktor yang membuat Fred masih belum cocok dengan United. Di Shakhtar, ia mendapat kebebasan menggiring bola sebanyak mungkin. Hal ini tidak ia dapat di United yang menuntut permainan direct dan sirkulasi bola cepat. Tidak jarang, inilah yang membuat akurasinya berantakan atau kehilangan penguasaan bola akibat terlalu lama menahan bola.

Ole pun kemudian mengubah peran Fred. Dalam sebuah video di The Coaches Voice, Ole hanya meminta Fred menyentuh bola satu sampai dua kali saja sebelum mengumpan. Inilah yang membuat peran Fred sedikit lebih baik dari sebelumnya.

Fred punya partner dalam diri Scott McTominay. Seorang gelandang yang punya teknik, kokoh dalam hal fisik, serta determinasi dan keberanian melakukan duel. Sekilas, United sudah punya pasangan dua pemain bagus dengan banyak kelebihan di tengah.

Akan tetapi, mereka tidak punya kemampuan untuk mengontrol laga alias membuat laga berjalan sesuai dengan keinginan manajer. United butuh gelandang yang tidak hanya disiplin menjaga zona dan merebut bola, tapi juga bisa melakukan progresi serangan melalui dribel dan umpan-umpan panjang. Sialnya, baik Fred maupun McTominay belum bisa mengemban tugas itu.

***

Oleh karena itu, bursa transfer musim panas menjadi ajang United mencari gelandang tengah baru. Declan Rice, Ruben Neves, dan Amadou Haidara menjadi kandidat. Namun, ada satu kandidat lain yang juga tidak boleh dilewatkan. Dia adalah James Garner.

Pesepakbola berusia 20 tahun ini seperti bergerak dalam senyap. Disaat perdebatan siapa yang terbaik untuk United antara Rice, Neves, dan Haidara terus berdatangan, Garner memilih untuk memanfaatkan betul peminjaman yang ia jalani di Nottingham Forest sembari berharap takdir bagus menghampiri dirinya musim depan.

Ketika Garner diumumkan akan kembali ke Nottingham Forest, Ole Gunnar Solskjaer menyebut kalau peminjamannya kali ini sudah masuk dalam tahap “hampir selesai”. Melihat performanya sejauh ini, Garner memang sudah dalam fase tersebut dan siap menuju pintu tim utama secara reguler.

Musim ini bisa dibilang merupakan musim terbaik Garner sepanjang karier. Bermain sebagai gelandang tengah, ia punya peran penting dalam setiap serangan yang dibangun Forest. Entah itu melalui umpan-umpan pendek jarak dekat atau umpan jauh. Selain itu, ia juga bertahan dengan sangat baik ketika timnya sedang dalam fase transisi.

Pada pertandingan terakhir melawan Blackburn Rovers, Garner menunjukkan kelebihannya tersebut. Ia mencetak satu gol pada laga yang berakhir 2-0 untuk Forest tersebut. Tidak hanya itu, ia juga melepaskan empat umpan kunci dan tujuh kali membuat ball recoveries. Total, ada 16 kali Garner membuat ball recoveries dari tiga laga terakhir.

Garner pun tidak terlihat gugup saat menghadapi lawan yang punya kualitas lebih bagus dari timnya. Pada dua laga Piala FA terakhir, Forest menang melawan Arsenal dan juara bertahan Leicester City. Dan pada dua laga itu juga Garner tampil tanpa cela. Inilah yang membuat banyak suporter United merasa kalau Garner bisa menjadi jawaban dari krisis lini tengah United.

Bersama Forest, Garner memang lebih sering bermain sedikit lebih ke depan dalam formasi 4-2-3-1 atau 3-4-3. Hal ini memang tidak lepas dari aspek menyerangnya yang begitu bagus. Meski begitu, menurut si jurnalis Garner lebih baik bermain di posisi gelandang tengah yang lebih ke dalam. Dengan peran ini Garner bisa memberi pengaruh bagi tim ketika bertahan maupun menyerang secara bersamaan.

Di United, peran ini hanya bisa dilakukan oleh Matic seorang. Sayangnya, Matic sudah tua dan masa jayanya sudah habis. Di sisi lain, McTominay dan Fred punya kelemahan terutama dalam hal transisi bertahan ke menyerang.

Salah satu jurnalis Nottingham Post menyebut kalau apa yang ditunjukkan Garner sejauh ini sudah pantas membawanya ke Premier League. Meski begitu, layaknya pemain muda pada umumnya, masih banyak hal-hal yang perlu diperbaiki oleh pria kelahiran Birkenhead tersebut.

“Saya tidak ragu dia akan menjadi pemain Premier League, tapi Championship dan Premier League adalah dua hal yang berbeda. Masih ada beberapa aspek dari permainannya yang perlu diperbaiki terutama dalam hal konsistensi. Meski begitu, dia punya potensi untuk ke sana dan masa depannya akan bagus jika terus membuat kemajuan,” kata si jurnalis.

Garner sudah punya modal yang bagus untuk mencapai impiannya. Tinggal bagaimana ia sekarang menjaga konsistensi dan memenuhi ekspektasi para pendukung United seandainya ia sukses menembus tim utama pada musim depan.