Sebuah potongan video menampilkan betapa frustrasinya Andreas Pereira ketika melihat Fred tidak bisa mengontrol bola kirimannya dalam situasi United sedang memegang kendali serangan. Andreas hanya bisa melongo melihat bola tersebut keluar dan build up play mereka kembali gagal.
Fred menjadi salah satu pemain yang mendapat kritik keras sepanjang musim ini. Dibeli dengan harapan bisa menjadi pengendali lini tengah melalui kecepatan dan akselerasinya, Fred nyatanya justru menjadi pesakitan dan kerap tidak bisa menunjukkan penampilan terbaik meski kerap diberi kesempatan bermain baik oleh Jose Mourinho atau ketika tim dipegang Ole Gunnar Solskjaer.
Seberapa mengenaskannya Fred bisa dilihat dari statistik berikut. Terakhir kali ia membuat umpan terobosan dengan sukses terjadi pada bulan April lalu. Bayangkan, sudah enam bulan Fred tidak bisa mengirimkan umpan terobosan. Ini baru sebatas umpan saja, belum menghitung umpan kunci atau bahkan asis. Sejauh ini, ia juga baru membuat satu asis dan rataan umpan kunci per musimnya pun tidak sampai satu buah per laga.
Catatan yang benar-benar menyedihkan untuk pemain yang direkrut hampir 50 juta paun. Mantan pemain Shakhtar Donetsk ini berada di urutan keenam pembelian termahal sepanjang Setan Merah. Namun dari daftar 10 besar pembelian termahal, hanya dia yang belum bisa menunjukkan kontribusinya dengan baik. Bahkan Angel Di Maria dan Romelu Lukaku saja masih bisa menunjukkan kontribusinya meski kebersamaannya di klub sangat singkat.
Satu-satunya yang bisa dibanggakan Fred di atas lapangan adalah akurasi umpannya yang cukup tinggi. Rata-rata akurasinya mencapai lebih dari 85%. Namun ketika melihat fakta di atas lapangan, mayoritas umpan Fred hanya diberikan ke samping dan ke belakang. Sangat jarang progresi umpan Fred dilakukan ke depan. Hal ini yang membuatnya seperti orang bingung ketika sedang memegang bola. Tidak sedikit yang menyebut Fred layaknya anak ayam yang kehilangan induk sehingga hanya bisa berlari kesana kemari tanpa arah.
“United sangat tidak kompeten. Terutama ketika Fred sedang membawa bola. Dia adalah lelucon di Manchester United. Saya tahu kalau Newcastle United adalah tim yang bagus tapi jika dia adalah seorang gelandang, maka Anda tidak boleh membiarkan lini tengah Anda diserang dan harus bisa mengontrol bola dan melepaskan umpan dari tengah,” tutur Keown.
Pujian yang Hilang dalam Waktu Singkat
Fred adalah seorang gelandang bertahan dengan penampilan yang sedikit dimodifikasi. Dia bukan pemain yang pergerakannya statis. Dia adalah pemain yang berani untuk berduel fisik dengan pemain lain dan memiliki stamina yang luar biasa. Dia bisa melindungi lini belakang, memutus aliran serangan, memulihkan penguasaan bola, dan mengatur serangan. Dialah otak dari keberhasilan Shakhtar mendominasi kompetisi domestik.
Segala atribut ini membuatnya mendapat pujian dari Pep Guardiola. Berkat Fred, Shakhtar memutus rangkaian kemenangan Manchester City pada 2017 lalu. Sang maestro taktik tersebut menilai tinggi Fred dan sempat membuatnya masuk dalam daftar incaran.
“Fred adalah pemain hebat yang bermain untuk Shakhtar, Dia tampil sangat bagus. Pep Guardiola bertanya kepada saya mengenai pemain ini,” tutur Tite.
Namun jika melihat penampilannya kini, maka sangat disayangkan ketika talenta hebatnya belum bisa muncul bersama Manchester merah. Sebaliknya, pujian itu langsung berganti dengan olok-olok dan tertawaan dari para penggemar maupun orang-orang yang menyaksikannya secara langsung.
Disaat kondisi lini tengah United yang berantakan, Fred sebenarnya diharapkan bisa menjadi pemberi harapan setelah United tidak jadi mendatangkan Bruno Fernandes atau bahkan Christian Eriksen. Apalagi Kieran McKenna menjadikannya sebagai contoh ketika ia masih bertugas sebagai pelatih tim akademi. Sebuah bentuk penghargaan yang sangat tinggi bagi dirinya meski Jose Mourinho sebenarnya tidak mengizinkan kehadiran Fred di dalam skuadnya (The Athletic).
Lebih Jago Urusan Cinta
Oleh para penggemar United, khususnya di Indonesia, Fred disebut sebagai bucin alias budak cinta. Secara harafiah, bucin diartikan sebagai orang-orang yang merasa dirinya dilahirkan untuk membahagiakan pasangannya. Orang-orang dengan predikat bucin ini mau melakukan apa pun demi orang yang dia cintai.
Sebagai seorang pria, Fred jelas harus membahagiakan pasangannya. Apalagi ia diberikan anugerah berupa istri cantik yaitu Monique Salum dan anak laki-laki yang lucu bernama Benjamin. Ia jelas harus membahagiakan keluarganya karena keluarga adalah sumber dari kekuatan, inspirasi, sekaligus pemberi motivasi.
Sayangnya, aktivitas Fred dengan pasangannya ini sempat mengganggu profesinya sebagai pesepakbola. Ambil contoh pada musim panas lalu. Saat rekan-rekan setimnya sudah kembali lebih cepat untuk melakukan sesi pra-musim, Fred justru melangsungkan upacara pernikahan dengan Monique. Menariknya, setahun sebelumnya kedua pasangan ini juga sudah melangsungkan upacara pernikahan sehingga upacara yang dilakukan pertengahan 2019 lalu adalah yang kedua kalinya.
Soal upacara pernikahan biarlah menjadi urusan mereka. Toh pada akhirnya Fred sendiri begitu menyesal ketika dirinya tidak bisa mengikuti ritme dari rekan-rekan setimnya karena terlambat bergabung ke pra-musim demi melangsungkan acara pernikahan tersebut
“Saya telah bergabung dengan skuad untuk pra-musim. Hal ini yang membuat kebugaran saya tertinggal dari pemain yang lain. Setiap orang boleh memberi kritik dan beberapa kritik tersebut mengarah ke sebuah hujatan. Saya hanya bisa mencubit diri saya sendiri. Meski begitu, kami akan bertarung untuk mengembalikan United ke posisi yang seharusnya,” ujarnya.
***
Fred punya misi yang cukup sulit untuk dilakukan. Dia harus membuat citra dirinya sebagai pesepakbola hebat kembali. Caranya adalah dengan memperbaiki penampilannya di atas lapangan. Jangan sampai, hingga akhir kariernya ia hanya dikenang sebagai pemain dengan istri yang cantik dan sosok pria yang pandai dalam urusan cinta alih-alih sebagai pemain dengan penuh kontribusi untuk Manchester United.