Foto: Talksport.com

Daniel James akhirnya resmi menjadi penggawa Manchester United. Pada Jumat (7/6) malam waktu Indonesia, kubu United dan Swansea sudah menyetujui kesepakatan terkait transfer pemain berusia 21 tahun ini. Si pemain sendiri sudah menjalani tes medis sehari sebelumnya. Perkenalan resmi baru akan dilakukan pada pekan depan atau ketika jendela transfer internasional sudah dibuka.

Banyak yang gembira ketika James diangkut United. Salah satu alasannya karena James bukan pemain bintang yang memaksa United harus menjebol kasnya terlalu dalam. Apalagi United dikenal sebagai kesebelasan yang bisa memoles pemain kategori biasa-biasa saja menjadi pemain penting dalam skuadnya.

Anggapan tersebut memang benar. Patrice Evra, Park Ji Sung, Cristiano Ronaldo, Louis Saha, Nani, Michael Carrick, Nemanja Vidic, Ole Gunnar Solskjaer, dan Ronny Johnsen, adalah beberapa pemain yang belum menjadi bintang di klub lamanya masing-masing. Namun patut diingat kalau mayoritas dari mereka adalah pilar penting di klub lamanya. Yang membedakan hanya nama besar klubnya saja yang jauh kalah tenar dibanding United. Selain itu, mereka semua direkrut dari kompetisi tertinggi di negaranya masing-masing.

Metode transfer mereka ditiru Liverpool beberapa tahun belakangan. Mereka bukan merekrut pemain non bintang melainkan pemain pilar dari klub-klub yang secara nama besar berada jauh di bawah Liverpool. Sebut saja Mohamed Salah, Roberto Firmino, Sadio Mane, Gini Wijnaldum, Xherdan Shaqiri, Fabinho, dan Naby Keita.

Lantas bagaimana jika pemain tersebut direkrut dari divisi yang berada di bawah kompetisi yang diikuti United? Disinilah sejarah buruk menaungi mereka. Setan Merah kerap tidak beruntung jika merekrut pemain-pemain dari divisi yang lebih rendah dibanding Premier League.

Pada 2001, United merekrut Roy Carroll dari Wigan Athletic yang bermain pada divisi tiga saat itu. Kedatangan Carroll diharapkan bisa menghapus kerinduan suporter terhadap sosok Peter Schmeichel yang pergi meninggalkan mereka. Beberapa kali menjadi pilihan utama, namun Carroll tidak memuaskan Sir Alex Ferguson. Sebaliknya, ia akan selalu dikenang berkat kesalahan konyol yang ia buat pada pertandingan melawan Tottenham Hotspur pada musim 2004/05.

Apa yang dialami Carroll juga dirasakan Ben Foster. Pada musim panas 2005, ia direkrut dari klub Championship, Stoke City. Kedatangannya diharapkan bisa mengisi peran Van der Sar yang saat itu hanya menjadi solusi jangka pendek di sektor penjaga gawang. Namun jalan karier Foster sendiri lebih banyak dihabiskan di tim cadangan. Sempat menjadi pilihan utama pada 2009/2010, namun lini belakang mereka nampak lebih nyaman ketika gawang dijaga oleh Van der Sar ketimbang Foster.

Apakah para penggemar United masih ingat nama Nick Powell? Pemain yang lahir pada 23 Maret ini membuat lompatan besar ketika direkrut United pada 2012. Bagaimana tidak, ia diambil dari Crewe Alexandra, kesebelasan yang bermain di League Two alias Divisi Empat sepakbola Inggris. Namun tidak ada dampak signifikan yang bisa diberikan Powell selama kariernya di United kecuali satu gol tendangan jarak jauh ke gawang Wigan.

Yang terakhir ada Wilfried Zaha. Setelah memberikan tiket promosi untuk Crystal Palace pada 2013, ia berganti seragam menjadi merah di bawah arahan David Moyes. Sayangnya, ia hanya membuat empat penampilan saja sebelum akhirnya kembali ke Palace pada musim panas 2014. Ia justru dilanda gosip pernah meniduri anak David Moyes yang membuat nama baiknya tercemar di depan pendukung United.

Meniru Irwin dan Paul Parker

Lantas, adakah pemain yang sukses bersama United ketika direkrut dari divisi di bawah Premier League? Jawabannya ada. Mereka adalah Denis Irwin dan Paul Parker. Irwin direkrut dari Oldham Athletic pada 1990. Saat itu, kesebelasan dengan logo burung hantu tersebut bermain pada divisi dua.

Selepas direkrut, Irwin langsung menjadi pilihan utama Sir Alex Ferguson di sektor bek kiri. Ia mengumpulkan lebih dari 500 penampilan dan menjadi bagian dari tim yang meraih treble pada musim 1998/1999. Ia juga beberapa kali pernah menjadi kapten dan bertindak sebagai penendang penalti utama klub. Namanya dua kali masuk dalam Premier League Team of the Year.

Sementara Paul Parker dibeli dari QPR, tim divisi I pada musim panas 1991. Sama seperti Irwin, Parker langsung menjadi pilihan utama dan sukses sebagai bek kanan utama klub sebelum kariernya merosot karena cedera dan kehadiran Gary Neville. Jalan karier seperti Irwin dan Parker inilah yang harus ditiru James ketika membela United.