Foto: United in Focus

Upaya Leicester City untuk mengganggu petualangan Manchester United untuk mempertahankan peringkat dua di Premier League sangat optimal. Pada Minggu (14/3), The Foxes menang 5-0 melawan Sheffield United, namun beberapa jam kemudian United kembali ke posisinya tersebut.

Hal itu tidak lepas dari kemenangan tipis United 1-0 melawan West Ham United. Tiga poin ini tidak lepas dari andil putra daerah Manchester sebagai satu-satunya pencetak gol. Namun, bukan Marcus Rashford yang menjadi pahlawan Setan Merah melainkan Craig Dawson.

Penggawa The Hammers kelahiran Rochdale, salah satu wilayah besar di Greater Manchester, menyundul bola sepak pojok Bruno Fernandes ke gawangnya sendiri pada menit ke-53. Ada gangguan dari Scott McTominay juga dalam proses gol tersebut yang membuat pria berusia 30 tahun ini tidak sengaja mengecoh Lukasz Fabianki.

Gol yang kalau kata Coach Justin adalah gol jatuh dari langit tersebut sangat berharga bagi United. Pasalnya, mereka tidak bisa mencetak gol dari open play. United kesulitan menyerang West Ham dengan mengandalkan tiga penyerangnya yaitu Rashford, Greenwood, dan James.

Masuknya Marcus Rashford dalam daftar susunan 11 awal cukup melegakan bagi United. Dengan kehadiran si nomor 10, maka setidaknya lini depan United sedikit lebih menggigit ketimbang jika Martial yang ada di sana. Sayangnya, masuknya Rashford ternyata belum membuat lini depan United bekerja dengan baik.

Selama 15 menit awal, permainan United tidak begitu baik. Lini belakang kesulitan mengatasi agresivitas Michael Antonio. Ada satu momen ketika Wan-Bissaka justru mengurangi kecepatan ketika Antonio menyisir sisi kanan pertahanan United. Beruntung umpan cut back yang ia berikan tidak membahayakan. Meski begitu, hal ini cukup membuat suporter United deg-degan.

4-4-2 yang digunakan David Moyes berjalan dengan baik. Mengandalkan dua double pivot dalam diri Declan Rice dan Mark Noble, keduanya sukses mematikan kreativitas permainan United yang mengandalkan bola dari kaki ke kaki. Dua pemain ini juga akan lebih dekat dengan lini belakang sehingga mereka bisa memiliki enam pemain yang sejajar di depan Fabianski.

Shape seperti ini memang membuat permainan West Ham menjadi membosankan. Mereka akan dicap tengah melakukan parkir bus atau bahkan parkir pesawat. Namun, taktik yang bagi sebagian orang menyebalkan ini nyatanya cukup untuk membuat serangan United menjadi tumpul. Lagipula, sudah lazim United era Ole kesulitan menembus tim yang bermain low block.

Alih-alih menyalahkan parkir bus West Ham, lini tengah dan depan United juga patut untuk dikritisi. Tiap kali mentok melawan low block, kreativitas mereka kurang berkembang. Bola kemudian hanya diberikan dari tengah, ke kanan, backpass lagi ke tengah, ke kiri, mencari Luke Shaw, backpass ke Fred/Bruno, lalu mengembalikan lagi ke Shaw, crossing. Jarang adanya upaya untuk mencari variasi serangan lain seperti sisi kanan misalnya yang hanya menjadi tek-tokan kepada Bruno.

Sayangnya, crossing yang dilakukan kerap tidak menemui pemain. Inilah yang membuat permainan United kemarin pada babak pertama mengingatkan kita dengan United era Van Gaal yang hanya muter-muter di tengah dengan sedikitnya ancaman.

Akun @utdarena sempat berujar kalau dulu United punya Rooney dan Ronaldo yang pergerakan tanpa bolanya sangat baik. Mereka terus mencari ruang, berlari, memainkan umpan pendek, lalu berlari lagi. Sedangkan tim era Ole ini sama-sama menguasai bola namun para pemainnya lebih suka bergerak ketika bola ada di kakinya. Ketika tidak menguasai bola, mereka hanya meminta pemain yang menguasai bola untuk menemukan mereka. Inilah yang membuat United era Ole kerap mentok jika lawan bertahan dengan rapat.

Keadaan berubah setelah gawang Fabiaski kebobolan oleh temannya sendiri. West Ham mulai keluar mengambil inisiatif serangan dan mengancam melalui bola atas mengandalkan Soucek. Hal ini menimbulkan celah bagi United untuk melakukan counter. Sayangnya, beberapa peluang yang diperoleh tidak menghasilkan gol sehingga skor 1-0 bertahan hingga akhir pertandingan.

Satu pemandangan menarik hadir pada menit ke-81. Ketika itu, kamera menyorot Bruno yang berjalan memegangi pahanya yang diikuti dengan gestur Rashford yang kelelahan. Dua pemain ini tampaknya mulai overload karena terus dipaksa bermain penuh. Bahkan Ole kemarin tidak mengganti pemain sama sekali.

Ole beralasan kalau 11 pemain yang bermain kemarin melakukan pekerjaan yang baik karena membuat United solid secara menyerang dan bertahan. Kekurangan mereka hanya soal penyelesaian akhir. Lagipula, Ole juga tidak punya banyak pilihan di bangku cadangan. Jika Bruno dan Rashford harus ditarik keluar maka penggantinya hanya Amad Diallo dan Shola Shoretire. Kini, Ole berharap Bruno dan Rashford tidak mengalami masalah jelang leg kedua Europa League melawan Milan.