Foto: Bitter and Blue

Derby Manchester kali ini bisa menjadi arena bagi Jadon Sancho untuk membuktikan diri kalau Pep Guardiola dan Manchester City telah salah melepasnya.

Jika berkaca dari sisi Pep Guardiola, apa yang ia lakukan pada Juli 2017 lalu sebenarnya sudah tepat. Saat itu, ada bocah berusia 17 tahun yang menuntut jaminan bermain sebagai pemain inti saat Manchester City sedang mempersiapkan kontrak baru kepadanya. Pemuda yang menuntut itu bernama Jadon Sancho.

Pep wajar kesal. Ia ingin pemain jebolan akademinya itu bisa berproses terlebih dahulu dan tidak buru-buru minta dinaikkan menjadi pemain reguler. Sikap seperti itu jelas dipandang sebagai sebuah arogansi. Sancho pun pada akhirnya dikeluarkan dari skuad City yang akan tur pra-musim ke Amerika Serikat dan dilepas City pada penutupan transfer musim panas 2017 ke Borussia Dortmund.

Sancho memang terlihat arogan saat itu, tapi melihat rekam jejaknya di Dortmund, ia seperti menunjukkan kalau dia memang bisa menembus tim utama dengan cepat karena pada dasarnya ia punya kualitas.

Kita semua sudah melihat kiprahnya ketika bersama Borussia Dortmund. Merantau jauh ke Jerman selama empat musim, total ia berkontribusi dalam 114 gol milik tim yang bermarkas di Signal Iduna Park tersebut dengan rincian 50 gol dan 64 assist. Sancho berubah dari bocah biasa menjadi permata penting Bundesliga pada saat itu. Seketika, ia menjadi incaran banyak klub termasuk beberapa klub Premier League.

Pep Guardiola memang tidak se-arogan Jose Mourinho. Namun dia bukanlah orang yang gampang menelan ludah sendiri. Ketika rumor Sancho kembali ke Inggris perlahan-lahan mulai mencuat termasuk kembali ke City seperti yang diberitakan Telegraph saat itu, Pep ambil sikap dengan membantah semua cerita tersebut.

“Tidak, tidak, tidak. Dia yang memutuskan untuk pergi, lantas atas dasar apa dia harus kembali ke sini. Ketika dia memutuskan untuk ke Dortmund, itu bukan berarti dia akan memutuskan kembali satu tahun kemudian. Itu (rumor kepindahan Sancho ke City) tidak masuk akal,” tutur Pep.

Eks pemain Brescia itu juga terus berkata kalau dia tidak menyesal mengambil keputusan tersebut. Saat City bersiap bertemu Dortmund pada babak gugur Liga Champions musim lalu, ia tetap memberikan apresiasi kepadanya. Namun jika ada yang bilang Pep menyesal telah melepasnya, maka ia tidak terima tuduhan tersebut.

Pada akhirnya Sancho kembali ke Manchester. Namun ia memilih sisi merah alias Manchester United. Bagi United, kedatangan Sancho layaknya penantian yang berakhir manis. Menunggu sejak 2019 dengan mencoba mencari alternatif dalam diri Daniel James dan Amad Diallo, pada akhirnya cinta Sancho dan United bisa bertaut.

Kemampuan olah bola yang apik, cakap dalam memberikan operan, serta pandai dalam urusan penyelesaian akhir merupakan alasan kenapa United memilih mendatangkan Sancho dan berani membayarnya mahal. Apalagi United saat itu tidak memiliki winger kanan murni.

Sayangnya, Sancho memulai kehidupan barunya dengan cukup sulit. Seiring dengan mediokernya United pada musim ini, dan juga musim-musim sebelumnya sih, penampilannya juga ikut menjadi medioker.

Alih-alih menjadi winger kanan, Sancho justru lebih banyak bermain di kiri. Inilah yang menimbulkan asumsi kalau United kembali tidak memiliki sosok winger yang cakap bermain di sebelah kanan.

Ia jarang terlihat setidaknya dalam 20 pertandingan awal. Baru kemudian setelah masuknya Ralf Rangnick menggantikan Ole Gunnar Solskjaer, penampilan Sancho makin membaik. Tidak hanya itu, ia juga menunjukkan kalau sosoknya mulai menjadi kunci serangan.

Aspek menyerangnya mulai meningkat. Gol dan assists mulai lahir dari kakinya. Jumlahnya memang belum banyak. Baru empat gol dan dua assists di semua kompetisi. Namun yang pasti, ini tetap menjadi sebuah progres bagus untuk pemain yang dipertanyakan kelayakannya ditransfer triliunan rupiah.

“Akan selalu ada waktu yang dibutuhkan ketika Anda datang ke klub baru. Baru-baru ini saya bermain seperti yang saya biasa lakukan di Dortmund. Saya akan senang jika bisa memproduksi gol dan assist, tapi saya tidak akan mengatakan kalau ini musim yang hebat karena seharusnya saya bisa main lebih bagus sejak awal,” tuturnya.

Bersama Rangnick, performa Sancho mulai membaik. Ia bahkan sudah meraih gelar Pemain Terbaik United untuk bulan Februari. Namun, ia kudu mempertahankan konsistensinya tersebut termasuk ketika menghadapi klub besar. Dalam laga yang mempertemukan United dengan beberapa tim tersebut, dia masih menghilang.

Laga malam nanti menghadapi Manchester City bisa menjadi ajang pembuktian bagi Sancho. Pembuktian kalau ia mulai terus berprogres sekaligus pembuktian kepada tim lamanya yang telah melepasnya.

Tentu akan menjadi script yang epik ketika di Etihad nanti Sancho muncul sebagai kunci kemenangan United yang tidak hanya membuat City kehilangan tiga poin tapi juga membuat pusing karena singgasananya di klasemen sementara semakin diganggu Jurgen Klopp yang menang tipis 1-0 atas West Ham ketika tulisan ini dibuat.