Man City dan Liverpool bertarung sengit demi gelar juara. Arsenal dan Tottenham sama-sama tampil kesetanan dan mencetak banyak gol. Leeds United dan Burnley juga tidak mau kalah mengeluarkan 100 persen demi bisa bertahan di Premier League. Di sisi lain, Manchester United tetap saja menjadi badut.
Padahal mereka masih bertarung demi dua hal. Yang pertama adalah tiket ke Europa League. United memperebutkan tiket Liga Malam Jum’at itu dengan West Ham United yang unggul selisih gol meski kalah dari jumlah poin.
Yang kedua adalah bertarung demi tempat dalam skuad pada musim depan. Kemarin, Erik ten Hag datang ke Selhurst Park untuk menyaksikan langsung pertandingan itu untuk menilai siapa-siapa saja yang pantas dipertahankan dan siapa yang akan ia jual. Alih-alih bermain ngotot karena ini laga terakhir yang bisa memengaruhi penilaian mereka kepada manajer baru, United bermain seperti biasanya yang tidak tahu bagaimana memainkan sepakbola yang baik dan benar.
Kelamaan mengambil keputusan masih menjadi masalah United sampai pekan terakhir. Dari passing yang salah lalu kemudian berakhir dengan eksekusi yang berantakan. Itulah gambaran dari pertandingan melawan Crystal Palace semalam. Mereka masih saja ceroboh. Terbukti, gol dari Wilfried Zaha datang dari bola yang sedang dikuasai oleh United. Bruno main tendang saja demi sirkulasi cepat tapi tidak diikuti dengan akurasi dan awareness kalau Zaha masih dekat dengan pemain belakang mereka.
Sepakbola sekarang menuntut kecepatan untuk berpikir dan itu yang masih tidak bisa dilakukan oleh individu-individu milik United. Ketika ada kesempatan menembak, kadang pemain ini memilih untuk melakukan keeping yang ujung-ujungnya tidak sempurna.
“Kami memiliki terlalu banyak kesalahan sendiri dan memberi mereka hadiah cuma-Cuma. Itulah cara kami kebobolan. Pencetak gol kemenangan laga ini adalah Wilfried Zaha, tapi yang memberikan assist untuk golnya adalah pemain kami sendiri (Bruno),” kata Rangnick.
Jujur saja, saya tidak menyaksikan laga United hingga selesai karena setelah kebobolan lewat gol Zaha tersebut saya tidak melihat adanya peningkatan dari performa hingga babak kedua menyisakan 15 menit. Saya lebih memilih untuk melihat persaingan City dan Liverpool berebut gelar liga yang berjalan sangat menarik.
Banyak suporter United yang sudah dalam fase tidak peduli untuk menonton United musim ini. Toh untuk apa ditonton. Hasilnya sudah pasti kalau gak kalah ya seri, sementara menang akan menjadi momen besar. Saya sendiri sebenarnya masih menonton laga United namun tidak membawa harapan kalau mereka akan menang di setiap pertandingannya alias tidak berekspektasi lebih.
Beruntung bagi United karena kekalahan ini tidak membawa mereka bermain di Uefa Conference League. Di tempat lain, West Ham kalah dari Brighton dengan skor 3-1. Mereka yang sebelumnya hampir akan bertanding melawan tim-tim seperti Spartak Trnava, Viking, hingga Vaduz, pada akhirnya hanya akan bertanding dengan tim-tim seperti Feyenoord, Freiburg, Braga, dan beberapa tim yang di telinga kita masih familiar.
Hasil di Selhurst Park tadi melengkapi penderitaan United pada musim ini yang pantas sebagai disebut musim terburuk mereka sepanjang sejarah Premier League. Untuk pertama kalinya sejak 1981, United kalah dalam enam pertandingan tandang liga berturut-turut. Tidak hanya itu, United juga mengakhiri kampanye musim ini dengan 58 poin yang merupakan poin terendah mereka di era Premier League.
United juga mengakhiri musim ini dengan selisih gol 0. Cetak gol 57 kebobolan juga 57 yang menunjukkan betapa seimbangnya permainan United. Sebuah hasil yang luar biasa untuk kesebelasan yang menghabiskan lebih dari 1 milliar pounds sepanjang 2013.
Kalau ke Europa League saja sesusah ini, bagaimana mereka mau masuk ke Liga Champions bahkan menjadi juara liga?