“Mereka semua bajingan di atas lapangan. Dikit-dikit tangan ke udara, selalu komplain tentang semuanya. Babak pertama benar-benar gila. Jika mereka terus bermain seperti itu, maka mereka akan membuat banyak manajer dipecat.”
Kutipan di atas keluar dari mulut Gary Neville yang begitu kesal melihat permainan United saat melawan Newcastle United dini hari nanti. Pada pertandingan itu, mereka hanya sanggup bermain imbang 1-1 dengan penampilan yang tidak mencerminkan kualitas sebagai tim pemburu gelar juara.
Kekesalan Gary terbilang wajar. Sebelum laga ini, The Magpies kebobolan 11 gol dari tiga pertandingan terakhir mereka. Total sepakan tepat sasaran yang mereka punya dari tiga laga tersebut hanya tujuh. Namun semalam, mereka sanggup membuat delapan tembakan on target dalam satu pertandingan.
Lupakan dulu soal masalah fisik, semalam taktik Rangnick memang tidak berjalan dengan baik. Entah apakah pemain United mulai kesulitan menjalani taktik sang maestro, namun yang pasti permainan mereka justru seperti tim papan bawah. Berkebalikan dengan penampilan kubu tuan rumah.
Pada era kepelatihannya, Rangnick selalu menekankan pentingnya mengontrol pertandingan. Kontrol yang dimaksud tidak hanya sebatas menguasai pertandingan. Kontrol yang dimaksud adalah memenangi seluruh aspek yang ada di lapangan. Rangnick ingin laga berjalan ke arah yang diinginkan United alias tidak terbawa ritme dari lawan.
Inilah yang sukses ia lakukan pada pertandingan melawan Crystal Palace yang sayangya tidak muncul ketika melawan Newcastle. United selalu kalah duel. Tidak hanya itu, gaya main sepakola direct ala Rangnick juga tidak terlihat. United kembali ke masalah lama yaitu hanya melakukan sirkulasi dan melakukan banyak operan sebelum mengirimkan bola ke depan yang menjadi tidak efektif.
United bukannya tidak bisa menjalankan taktik ini. Melawan Crystal Palace menjadi bukti kalau mereka bisa. Hanya saja memang belum konsisten. Ini masih menjadi bagian proses Rangnick bersama skuad. Yang menjengkelkan tentu saja hasil minor ini justru didapat dari tim yang di atas kertas harusnya bisa mereka kalahkan.
Faktor lain adalah keberhasilan taktik 5-4-1 Newcastle ketika bertahan. 4 pemain tengah Newcastle sukses membuat ruang antar lini mereka tidak terakses dengan mudah oleh para pemain United. Ditambah dengan akurasi sesama pemain yang masih buruk yang berdampak dengan monotonnya serangan United pada pertandingan semalam.
United bukannya tidak berusaha untuk tampil menyerang. Masuknya Sancho, Cavani, dan Matic, bahkan membuat United bermain dengan shape 3-1-6. Ada 6 pemain yang bertugas menyerang pertahanan tuan rumah.
Akan tetapi, menang jumlah saja tidaklah cukup. 6 pemain depan terkadang bermain statis. Tidak ada rotasi yang berjalan dengan baik. Siapa yang bertugas menjemput bola, siapa yang menjadi target di kotak penalti. Hal-hal kecil ini yang tidak berjalan dengan baik.
Sebaliknya, Newcastle siap menghukum mereka ketika serangan United gagal. Hilangnya Fred dan McTominay karena diganti membuat United bisa kebobolan sewaktu-waktu karena Newcastle jago dalam hal transisi serangan balik karena pemain mereka yang punya kemampuan sprint mumpuni seperti Saint Maximin. Di sisi lain, United juga beruntung masih memiliki David De Gea yang beberapa kali menyelamatkan mereka.
Setiap kali membuat preview penulis beberapa kali menegaskan kalau United kerap tampil ajaib ketika bertemu tim papan bawah. Pertandingan melawan Norwich sebelumnya sudah menjadi contoh dan kali ini Newcastle yang lebih layak untuk menang pada pertandingan semalam.
Di sisi lain, United kembali tampil seperti tidak mencerminkan kualitas tim bertabur bintang. Jumat nanti giliran Burnley yang akan menjadi ujian United berikutnya. Bukan tidak mungkin kesulitan serupa kembali menerpa tim karena Burnley adalah tim papan bawah.
Media sosial kini kembali ramai dengan segala kambing hitam yang muncul. Ada yang menyebut kalau Rangnick tidak pantas disebut bapak gegenpressing, ada pula yang menyalahkan pemain-pemainnya.
Menyalahkan Rangnick tentu saja tidak elok karena ia datang dengan skuad warisan manajer sebelumnya. Menyalahkan pemain juga sama karena para pemain ini dianggap pemain yang layak bermain untuk United. Pemain-pemain yang menurut mereka bermain dengan hati.
Di era transisi seperti ini, hasil-hasil ajaib layaknya semalam memang perlu untuk dirasakan. Lagipula Rangnick juga bukan tukang sulap yang bisa membuat tim ini stabil sejak awal kedatangannya.