Foto: manutd.com

Dalam kisah The Incredible Hulk, sosok Bruce Banner berubah menjadi sosok yang memiliki kekuatan luar biasa ketika terpojok. Kisah nyaris serupa terjadi pada Manchester United. Saat posisinya terpojok dan siap turun ke posisi tiga, United sukses menang 3-1 atas Newcastle United (21/2).

Ketika sebuah tim memiliki poin yang sama dengan tim lainnya, maka Anda sebisa mungkin tidak boleh terpeleset. Gagal dapat tiga poin, maka papan klasemen bisa berubah dengan cepat. Itulah yang akan terjadi jika United gagal menang atas Newcastle. Kekhawatiran tersebut bersifat wajar karena penampilan United sendiri yang masih tidak konsisten.

Di sisi lain, suporter berharap posisi kedua bisa mereka pertahankan hingga akhir musim. Jika posisi pertama dirasa terlalu jauh, maka posisi kedua akan menjadi pencapaian bagus dibanding musim lalu.

Kemarin, United nyaris akan melalui pekan ini pada posisi ketiga. Selain karena kemenangan Leicester City 2-1 atas Aston Villa beberapa jam sebelumnya, penampilan United ketika melawan Newcastle pada babak pertama juga mengkhawatirkan.

Penampilan mereka berubah dari ketika saat mereka melawan Sociedad. United yang efisien, efektif, dan cerdas ketika menekan tersebut justru mendadak menjadi kesebelasan yang bingung di atas lapangan. Setidaknya itulah yang terlihat pada babak pertama.

Sebelum mencetak gol, United sama sekali tidak memberikan ancaman berarti. Pada 15 menit babak pertama, United bahkan belum bisa melepas tembakan kepada Karl Darlow, sedangkan tim tamu sudah punya tiga.

Lini depan mendapat teguran. Dilansir dari Manchester Evening News, Ole Gunnar Solskjaer beberapa kali teriak kepada Anthony Martial untuk lebih sering membuat gerakan tanpa  bola.

Penampilan anak asuh Steve Bruce justru jauh lebih efisien. Dapat bola, mereka langsung kirim ke depan memanfaatkan kecepatan Miguel Almiron atau Allan Saint Maximin. Hanya butuh 27% penguasaan bola, mereka membuat peluang lebih banyak dari tuan rumah. Namun, kelemahan mereka cuma satu yaitu penyelesaian akhir.

Meski sempat keteteran, United justru mencetak gol terlebih dahulu melalui Marcus Rashford. Pada proses golnya, si nomor 10 ini memilih untuk tidak menggoreng bola ketika ruang tembak sudah terbuka. Ini yang menjadi kunci kelegaan Ole pada babak pertama mengingat timnya hanya punya angka expected goals 0,19 saja.

Faktor Bruno Fernandes

Setelah pertandingan, Ole Gunnar Solskjaer menyebut kalau kunci kemenangan United pada babak kedua adalah keberanian ia dan pemainnya untuk meningkatkan tempo pertandingan. Nemanja Matic, yang sebelumnya kurang terlibat pada sisi ofensif United, mulai berani untuk lebih dekat dengan kotak penalti. Ia pun terlibat pada dua gol United setelahnya.

“Kami punya skuad yang kuat dan tim yang kuat. Kami kehilangan beberapa pemain terbaik kami. Pada hari ini, Nemanja semakin berkembang dalam permainan. Saya melihat dia benar-benar dominan terutama pada babak kedua,” kata Ole.

Namun sorotan pertandingan kali ini kembali menjadi milik Bruno Fernandes. Dua gol pada babak kedua merupakan kreasi dari dirinya. Ia memberi assist kepada Daniel James pada gol kedua. Pada gol ketiga, giliran dia yang masuk papan skor setelah mencetak gol dari penalti.

Pemain asal Portugal ini sekarang hanya terpaut dua gol dari Mohamed Salah dalam perburuan gelar Sepatu Emas Premier League. Selain itu, ia juga menjadi pemain ketiga yang mencetak double double dalam urusan mencetak gol dan assist (15 gol dan 10 assists) di lima liga top Eropa. Namanya sejajar dengan Harry Kane (13 gol dan 11 assists) dan Thomas Muller (10 gol dan 10 assists).

Ia juga mengikuti jejak tiga seniornya yaitu Dwight Yorke, Eric Cantona, dan Wayne Rooney sebagai pemain yang bisa mengoleksi 10+ gol dan assist dalam satu musim kompetisi liga. Berkat kontribusinya, United masih menjaga jarak 10 angka dari tetangganya.