Foto: WatfordObserver

Frasa “Bukan Man United namanya jika tidak menyulitkan diri sendiri” tampaknya tepat untuk mendefinisikan penampilan klub ini beberapa tahun terakhir. Terkadang, kegagalan mereka meraih kemenangan bukan karena lawan yang bermain baik tapi karena Unitednya sendiri yang mempersulit situasi itu.

Hal itu terjadi lagi pada pertandingan Premier League melawan Watford kemarin. United bermain sangat spartan. Mereka bermain dominan dan menguasai hampir di semua jengkal lapangan. Bahkan tim tamu seperti sudah siap untuk menerima hujan gol. Tapi apa daya, United hanya bisa bermain imbang 0-0.

Catatan 22 percobaan tendangan menegaskan betapa mendominasinya United pada pertandingan ini. Sayangnya, dominasi mereka tidak diikuti dengan kemampuan untuk menghabisi lawannya. Dari total 22 tendangan tersebut, hanya tiga yang mengarah ke gawang.

Sah-sah saja menyebut United tidak beruntung. Namun jika ketidakberuntungan itu datang terus-terusan dalam beberapa pertandingan terakhir, saya lebih menyoroti ada yang salah dari cara pemain-pemain ini melakukan eksekusi.

Pada pertandingan kemarin, United sebenarnya punya angka xG yang begitu besar yaitu 2,53. Dengan angka ini, anak asuh Ralf Rangnick seharusnya bisa mencetak dua sampai tiga gol. Bahkan pada babak pertama, United punya dua big chances dari Ronaldo dan Bruno. Sayangnya, dua-duanya tidak ada yang menjadi gol.

Pada babak kedua, United tampil seperti babak pertama. Menekan hingga memaksa tamu untuk terus kehilangan bola. Namun, pada babak kedua terlihat United tidak bisa lagi menciptakan peluang berbahaya layaknya babak pertama. Inilah yang membuat anggapan kalau United tidak beruntung juga sedikit kurang tepat.

Makin lama permainan United makin monoton dan serangan menjadi tidak beraturan. Ditambah Watford yang bermain low block membuat United makin kebingungan. Alih-alih merusak pertahanan rendah, justru beberapa kali posisi pemain United menjadi berjauhan. Bahkan beberapa momen di sisi sayap, pemain United harus berhadapan dengan dua pemain lawan. Sayangnya, tidak ada pemain yang membantu karena jarak yang berjauhan tadi. Pada akhirnya hal-hal seperti ini juga memengaruhi hasil akhir selain eksekusi yang memang ancur-ancuran.

Rangnick sendiri bingung dengan lini depan timnya. Masalahnya, hal ini tidak satu dua kali terjadi tapi sudah berkali-kali. Burnley, Middlesbrough, Norwich, lalu sekarang Watford. Sepertinya memang ada yang salah dari para pemain ini.

“Tugas kami adalah menciptakan sebuah tim yang bisa membuat banyak peluang dan jumlah peluang yang kami dapat hari ini seharusnya cukup untuk membuat kami menang,” ujar Rangnick setelah laga.

Kegagalan United mencetak banyak gol meski sudah membuat banyak peluang menimbulkan pertanyaan terkait kapasitas lini depan mereka. Untuk ukuran tim yang mempunyai Ronaldo, Rashford, Sancho, Elanga, Cavani, hingga Bruno, seharusnya gol bukan menjadi barang langka.

Sayangnya, hal itu tetap tidak menjamin. Pada laga ini saja, Ronaldo membuat tembakan dengan xG yang hanya 0,25. Artinya, selain peluangnya yang kena tiang pada babak pertama, kontribusi Ronaldo hampir tidak ada sama sekali. Sentuhannya beberapa kali lepas, dan terkadang memilih melakukan keeping ketimbang menendang langsung ke gawang.

Pada akhirnya, hasil seri kali ini kembali murni karena kesalahan pemain United sendiri. Bukan karena Watford yang bermain bagus. Imbasnya sudah pasti pertaruhan di zona empat besar dimana United hanya unggul dua poin dengan pesaing seperti Arsenal dan Spurs memiliki tabungan laga tunda yang cukup banyak.

Selain berharap dari tim lain, nasib United juga sudah pasti ditentukan oleh diri mereka sendiri. Selagi masalah ini belum bisa teratasi, maka jangan harap empat besar bisa terealisasi. Bulan Maret jadwal United layaknya neraka karena akan bertemu City, Spurs, Liverpool, Leicester, dan Everton.

Cara terakhir sudah pasti adalah dengan menjadi juara Liga Champions. Peluang itu memang masih ada. Tapi ya tetap hanya akan jadi mimpi belaka ketika lawan Atletico Madrid nanti, United tidak bisa membuat gol meski mencetak berpuluh-puluh peluang.

Bukan tidak mungkin musim depan United justru akan main di Europa Conference League. Kalau dipikir-pikir, opsi ini tentu tidak buruk, bahkan bisa menjadi ajang latihan asah ketajaman melawan tim-tim kelas tiga Eropa.