Manchester United berhasil mengalahkan Real Sociedad 4-1 dalam lanjutan leg kedua babak 16 besar Europa League. Ada yang menarik dari laga ini di mana United mencetak gol dari dua penalti serta pemain lawan yang dikartu merah. Apa yang sebenarnya terjadi?

Kartu Merah yang Ubah Keadaan

Kartu merah yang diterima Jon Aramburu pada menit ke-63 seolah mengunci pertandingan antara Manchester United dan Real Sociedad. Tanpa kartu merah itu, Sociedad masih ada harapan untuk membalas. Namun, kartu merah itu yang membuat United menambah dua gol di akhir laga sekaligus lolos ke perempatfinal Europa League.

Pertanyaannya. Layakkah Aramburu dikartu merah?

Momen ini terjadi pada menit ke-63 saat Joshua Zirkzee mengirimkan umpan panjang ke Patrick Dorgu di sisi kiri. Kondisinya saat itu, tidak ada pemain lain di depan Dorgu kecuali kiper. Meski memang, jaraknya masih setengah lapangan.

Lalu dengan kesadaran penuh, Aramburu menghentikan laju Dorgu. Wasit langsung memberikan kartu merah. Tapi pertanyaannya, memangnya layak?

Untuk mendapatkan jawaban yang valid, kita bisa membuka kita Laws of the Game. Di bagian Laws 12 tentang fouls and misconduct, ada bagian pelanggaran yang wajib mendapatkan kartu merah. Salah satunya, “Denying a goal or an obvious goal-scoring opportunity (DOGSO)”. Bahkan, soal ini dibikin satu penjelasan khusus.

Maksudnya adalah saat pemain melanggar lawan yang punya peluang jelas untuk mencetak gol. Peluang jelas seperti apa yang dimiliki Dorgu? Dalam hal ini ada istilah: Last man standing atau bek terakhir.

Masalahnya Aramburu bukanlah bek terakhir, masih ada satu bek Sociedad yang lain. Dalam hal ini, subjektivitas wasit yang berbicara. Wasit memandang kalau satu bek Sociedad yang lain tidak akan mampu berbuat apa-apa kalau Dorgu lepas dari Aramburu.

Wasit menganggap Dorgu tengah berada dalam siotuasi “obvious goal-scoring opportunity” alias itu peluang 99 persen gol. Jadi kalau ada yang bilang, wasit mihak MU karena pelanggaran pada Dorgu itu terlalu soft, ya mungkiin dia cuma suka bola tanpa tahu aturannya.

Empat Penalti?

Empat penalti dalam satu pertandingan bisa dibilang jarang, apalagi MU dapet 3. Aneh banget, kayak Arsenal juara Liga Champions. Sebenarnya, layakkah keempat penalti tersebut hadir di laga tersebut? Spoiler, tiga layak, satu tidak.

Ada kesamaan dalam ketiga penalti tersebut. Dalam laws of the game, dijelaskan bahwa penalti diberikan saat pemain bertahan melanggar pemain lawan di dalam kotak penalti. Kalau pelanggarannya dilakukan tidak dalam posisi berusaha merebut bola, maka wajib kartu merah.

Dalam penalti untuk Sociedad, tampak kalau Matthijs de Ligt berniat membuang bola. Namun, di saat yang bersamaan, kaki penyerang Sociedad masuk. Apa yang dilakukan De Ligt hitungannya pelanggaran meski ia tidak berniat menekel pemain lawan. Soalnya, kaki pemain Sociedad sudah lebih dulu masuk untuk menendang bola. Tidak kartu merah karena wasit merasa De Ligt memang berupaya membuang bola.

Sementara itu, penalti kedua mirip dengan penalti pertama. Bek berusaha menghentikan bola, tapi Rasmus Hojlund sudah masuk lebih dulu. Sama seperti De Ligt, layak penalti, dan kartu kuning karena pelanggaran keras.

Dalam penalti ketiga, Dorgu dilanggar. Debatable sebenarnya, tapi ini dijelaskan dalam LOTG. Jadi, pelanggaran bisa terjadi saat pemain lawan menghalangi arah gerak. Dalam hal ini kontak sudah terjadi, meski pemain Sociedad cuma diam dan tak menekel Dorgu. Ini dianggap salah karena Dorgu dihalangi saat tengah bergerak mengejar bola.

Kasusnya mirip dengan Jordi Amat yang melanggar pemain Jepang di Piala Asia 2023, di mana ia menghentikan arah pergerakan lawan.

Penalti keempat tidak penalti karena bahkan Dorgu pun bilang kalau itu bukan penalti. Soalnya, bek Sociedad ada di depan bola, tekelnya bersih meski Dorgu terjatuh. Gimana menurut kalian, layak tidak 4 penalti di laga MU dan Sociedad?