Raut wajah Ralph Hasenhuttl tampak begitu puas setelah peluit panjang dari wasit Craig Pawson berbunyi. Ralph benar-benar menepati janjinya sebelum laga kalau ia akan memberikan perlawanan sengit kepada United dan tidak akan mengulangi lagi hasil buruk seperti dua pertemuan terakhir. Semalam, Soton membuat United tidak bisa berbuat banyak dan bermain imbang 1-1.
“Secara keseluruhan, ini adalah performa yang luar biasa. Kami melakukannya di kandang dan dengan suporter yang luar biasa. Menang mungkin akan lebih fantastis, tapi saya puas dengan hasil ini,” ujarnya.
Sebaliknya, United kembali mendapat kritikan. Meski baru pekan kedua, namun penampilan United cenderung berbeda, jika tidak mau disebut mengecewakan, dibandingkan dengan saat mereka menang 5-1 melawan Leeds.
“Tidak ada kreativitas dan tidak ada kualitas,” tutur Roy Keane yang melihat permainan United tidak mencerminkan United sesungguhnya. Sebaliknya, ia menyanjung Southampton. Berikut adalah beberapa sorotan dari permainan United semalam yang dengan hasil imbang ini sukses menyamai catatan Arsenal dengan tidak terkalahkan dalam 27 pertandingan tandang beruntun di Premier League.
Butuh Holding Midfielder?
Semalam, Ole Gunnar Solskjaer melakukan dua rotasi. Scott McTominay disimpan dan diganti oleh Nemanja Matic. Di lini depan, Ole mengganti Daniel James dengan Anthony Martial. Apes, keputusan ini justru membuat Ole kembali mendapat sorotan. Bahkan dua nama ini dianggap sebagai faktor yang membuat United tidak bisa menang.
Duet Matic-Fred tidak tampil dengan dominan. Keduanya justru menjadi titik lemah United semalam. Hanya butuh 16 menit untuk Fred membuat empat kesalahan dalam mengumpan. Sementara itu, Matic beberapa kali kerepotan saat menghadapi pressing dan kerap kehilangan bola.
Disinilah wacana untuk membeli satu pemain di sektor gelandang mengemuka. United tidak punya sosok Holding Midfielder yang bisa bertahan dan menyerang dengan sama baiknya. Nemanja Matic bukan pemain sembarangan, tapi ia kurang dalam hal mobilitas. Di sisi lain, Fred punya daya jelajah yang tinggi tapi tidak diimbangi dengan akurasi passing yang baik.
Inilah kenapa sempat timbul nama Ruben Neves dalam rumor transfer Setan Merah beberapa waktu lalu. Pemain Wolverhampton ini punya kemampuan bertahan dan menyerang dengan cukup baik.
Sektor gelandang memang tampak menjadi krusial bagi beberapa kesebelasan Premier League. Khususnya mereka yang punya target menjadi juara. Sebut saja City yang punya Fernandinho dan Rodri, lalu Chelsea dengan Ngolo Kante, serta Liverpool yang punya pemain komplet sekaliber Fabinho dan Jordan Henderson.
Saat United sedang jaya-jayanya, mereka punya Michael Carrick. Disinilah betapa pentingnya peran gelandang tengah karena ia dituntut untuk menjadi jembatan antara lini belakang dan lini depan.
Menarik untuk melihat apakah United akan membeli gelandang di sisa bursa transfer musim ini atau Ole sudah cukup puas dengan tiga pemain tengah yang ia punya. Tidak sedikit juga yang meminta Victor Lindelof untuk dicoba menjadi gelandang tengah. Namun dengan kelemahan Lindelof yang tidak punya ketenangan saat mendapat pressing, tampaknya Ole tidak akan memilih opsi ini.
Anthony Martial Bikin Pusing
Ada rumor yang menyebut kalau alasan Ole memainkan Martial adalah karena si pemain tampil baik saat laga uji coba tertutup melawan Burnley. Namun, hal itu dibantah Ole yang mengatakan kalau ia memainkan Martial karena dia ingin timnya main dengan dua striker.
“Saya memainkan Martial karena saya ingin melihatnya berduet dengan Mason (Greenwood). Martial akan menusuk dari sisi kiri, sedangkan Mason akan melakukannya dari sisi kanan,” ujarnya.
Alih-alih melihat Martial tampil baik, penampilannya justru membuat suporter United naik darah. Kontribusinya nol. Bahkan selama 45 menit pertama, Martial hanya 10 kali menyentuh bola alias sekali tiap empat setengah menit. Saat transisi United ke menyerang pun ia juga tidak banyak terlibat. Ia pun hanya bermain 59 menit sebelum diganti Jadon Sancho.
Inilah yang membuat suporter gemas dengan Martial. Wacana untuk melepas si pemain kembali mengemuka. Mereka tampaknya sudah kecewa berat karena inkonsistensi parah si pemain yang tidak pernah menunjukkan kalau dia adalah salah satu penyerang potensial.
Meski sudah mencetak 78 gol dan bermain tujuh musim, namun Martial masih belum bisa memenuhi beberapa aspek yang dibutuhkan untuk bermain di tim sekelas United. Dia belum tahu kapan harus diam, kapan harus bergerak mencari ruang, kapan harus turun bertahan, dan kapan harus menyerang.
Inilah yang membuat supoter United ramai-ramai berharap Ole langsung memainkan Sancho sejak awal dan tidak lagi menjadikan Martial sebagai pilihan utama. Jika Martial yang bermain buruk saja masih bisa mendapat peluang bermain sebagai starter, maka Sancho juga pantas bermain sejak awal.
Akan tetapi, Ole tampaknya masih meminta Sancho untuk beradaptasi terlebih dahulu. Tidak tertutup kemungkinan kalau musim ini nasib Sancho layaknya Van De Beek pada musim pertama. Semoga saja pemikiran terakhir ini tidak ada dalam kamus Ole.